KATA
PENGANTAR
Teknologi Informasi dan komunikasi adalah suatu
teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,
menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat
waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, pendidikan, bisnis, dan
pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk
mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan
komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi
digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global. Peran yang dapat
diberikan oleh aplikasi teknologi informasi dan teknologi komunikasi ini adalah
mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang
kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani.
Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi,
perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara
pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa
mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau
faktor lainnya yang dapat menghambat pertukaran pikiran.
Perkembangan teknologi informasi dan teknologi
komunikasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai
sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya
kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik.
Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf
yang dimulai dengan awalan e- seperti e-commerce, e-government, e-education,
e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang
lainnya lagi yang berbasis elektronika.
BAB 1
PENDAHULUAN
a.
Latar belakang
Teknologi
Siaran Sejak PELITA I teknologi berupa siaran radio dan televisi telah diprogramkan.
Memang sarana dan prasarana pada waktu itu belum ada atau belum memadai, namun
dengan perkembangan teknologi siaran, seperti siaran langsung dari satelit dan
pemancar ulang berdaya rendah, telah memungkinkan dicapainya seluruh pelosok
tanah air.
Teknologi
ini terus berkembang sampai dengan PELITA berikutnya, yang kemudian berkembang
dengan munculnya televisi swasta dan jaringan televisi siaran lokal.
Satelit
Komunikasi Sejak tahun 1976, Indonesia telah memasuki era informasi modern
dengan beroperasinya SKSD PALAPA I. Sistem satelit komunikasi ini merupakan
kebutuhan yang unik bagi Indonesia, karena keadaan dan letak geografisnya.
Dasar
pertimbangan pengembangan sistem ini adalah untuk keperluan pendidikan,
penerangan, hiburan, pemerintahan, bisnis, pertahanan keamanan, dan
perindustrian.
Komputer
Perkembangan perangkat keras komputer berlangsung sangat pesat. Selain daya
muatnya yang semakin besar, kecepatan operasinya juga semakin tinggi.
Jika sepuluh
tahun yang lalu microprocessor komputer mampu mengakses memori dengan kecepatan
perjutaan detik, maka saat ini kecepatannya sudah dihitung dengan permiiliar
(nano) detik.
Komputer
meja atau personal computer saat ini sudah tidak dipandang sebagai barang mewah
lagi, melainkan sebagai suatu kebutuhan yang esensial untuk dapat mengikuti
kemajuan. Boleh dikatakan tidak ada satu kantorpun yang tidak memiliki dan
mengoperasikan komputer.
Teknologi
Video (Perekam Video) Perkembangan dalam teknolofi video sejalan dengan
perkembangan komunikasi dan komputer, meskipun orientasi utamanya adalah untuk
keperluan hiburan.
b. Rumusan
masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah maka dapat di rumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan komunikasi!
2.
Bagaimana konsep komunikasi!
3.
Apa fungsi teknologi komunikasi!
c. Tujuan
Adapun tujuan
dari pembuatan proposal in adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian teknologi komunikasi
2.
Untuk mengetahui konsep dasar teknologi komunikasi
3.
Untuk mengetahui fungsi dari teknologi komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori dan Teknologi Komunikasi
Pengertian Teknologi
Kata teknologi
secara harfiah berasal dari bahasa Latin ”texere” yang berarti menyusun atau
membangun. Sehingga istilah teknologi seharusnya tidak terbatas pada penggunaan
mesin, meskipun dalam arti sempit hal tersebut sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Roger (1983) teknologi adalah suatu rancangan (desain)
untuk alat bantu tindakan yang mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab
akibat dalam mencapai suatu hasil yang diinginkan. Suatu teknologi biasanya
mempunyai dua aspek yaitu aspek hardware (terdiri dari material atau objek
fisik) dan aspek software (Jacques Ellul (1967) mengartikan teknologi sebagai
keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi
dalam setiap kegiatan manusia. Gary J. Anglin (1991) mendefinisikan teknologi
sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara
bersistem dan menyistem, untuk memecahkan masalah (Yusufhadi Miarso, 2004).
Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain
agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Menurut Laswell (1979) agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik harus
memiliki komponen-komponen komunikasi yaitu:
1.
Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada
pihak lain.
2.
Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak
kepada pihak lain.
3.
Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam
komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang
mengalirkan getaran nada/suara.
4.
Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak
lain
5.
Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan
yang disampaikannya.
Proses
berlangsungnya komunikasi dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain
mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu
bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa
dimengerti kedua belah pihak.
2.
Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran
baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung
melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
3.
Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi
pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti kedua pihak.
4.
Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas
pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang
dimaksud oleh si pengirim. The International Commission for the Study of
Communication Problems (1980) menekankan pengertian komunikasi sebagai proses
dalam mempertukarkan berita, data, pendapat, dan pesan antara perorangan dan
masyarakat. Komunikasi mempunyai peranan sentral dalam segala kegiatan sosial,
ekonomi, dan politik dalam masyarakat, nasional maupun internasional.
B. Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi
Teknologi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yang pertama dan lazim kita
kenal adalah teknologi fisik atau mekanik yang ditandai oleh mesin, alat dan
perangkatnya. yang kedua kurang sekali dikenal sebagai teknologi, yaitu
teknologi sosial yang merupakan tatanan atau acuan yang ditetapkan oleh orang
lain dalam mengorganisasikan manusia dan lingkungannya, serta hal-hal yang mengatur
tugas, fungsi, wewenang dan kekuasaan.
Perkembangan yang sangat penting tetapi sering diacuhkan adalah bahwa
teknologi pendidikan berusaha memecahkan dan atau menfasilitasi pemecahan
masalah belajar pada manusia dimana saja, kapan saja, dengan cara apa saja, dan
oleh siapa saja. apa yang telah berlangsung selama ini, terutama di Indonesia
masih menitikberatkan pada pemecahan masalah dalam bidang persekolahan. Dengan
memperhatikan: (1) dinamika global yang membawa tuntunan perubahan dan persaingan
yang semakin tajam; (2) keadaan geografis indonesia yang terdiri dari
kepulauan; (3) penyebaran penduduk yang tersebar pulau Jawa; (4) kemampuan,
kelemahan, peluang maupun permasalahanyang melekat pada teknologi itu sendiri;
serta (5) terbatasnya jangkauan pendidikan tatap muka konvensional yang
bersifat formal.
Menurut Robert l.
Mathis dan Jhon H. Jackson (2004) kontributor utama globalisasi adalah perkembangan
dan evolusi telekomunikasi dan teknologi yang membantu pengiriman informasi
yang cepat. Teknologi komunikasi seperti satelit telah menghadirkan televisi
dan layanan telepon nirkabel ke desa-desa terpencil di Afrika, India, China,
dan Amerika Latin. Pertumbuhan pengunaan internet di seluruh dunia telah
menjadikan orang-orang dan perusahaan-perusahan dapat dengan mudah
berkomunikasi dan memiliki akses data dalam jumlah yang sangat besar.
C.
Penerapan
konsep teknologi komunikasi
Pendidikan
terbuka dengan modus belajar jarak jauh akan menjamah pendidikan yang berbeda
diluar jangkauan pendidikan tatap muka konvensional yang bersifat
klasikal Lembaga-lembaga yang mempunyai satu kepentingan untuk
memanfaatkan sumber-sumber secara bersama akan berkolaborasi dalam suatu
pendidikan jarak jauh.
Pendidikan
profesi dan politeknik secara bertahap akan memanfaatkan kemampuan jaringan
e-mail dan e-library untuk akses data atau informasi yang
bersangkutan Daerah-daerah plosok dan terpencilsecara bertahap melalui
kantong-kantong eksperintasi akan diperkenalkan dengan penggunaan dan teknologi
yang tepat guna dalam semangat kebersamaan antara pemerintah, orang tua dan
masyarakat sehingga pendidikan tidak hanya dapat diakses, tetapi juga
terjangkau Penggunaan CD-ROM multimedia dalam pendidikan secara bertahap akan
medapat mengganti TV dan Vidio karena sifatnya yang luwes, interaktif dan tahan
rusak(durable), Sedangkan lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi,
memiliki sejumlah pilihan alternatifuntuk memanfaatkan teknologi telekomunikasi
dan informasi berbagai contoh berikut:
a. Perpustakaan
elektronik
Merupakan
arsip buku-buku dengan dibantu teknologi informasi dan internet dapat dengan
mudah mengubah konsep perpustakaan yang pasif menjadi lebih agresif dalam
berinteraksi dengan penggunanya.
b. Surat
Elektronik (E-mail)
Dengan
aplikasi sederhana seperti e-mail, seorang dosen, pengelola, orang tua dan
mahasiswa dapat dengan mudah berhubungan dengan lainnya.
c. Ensiklopedia
Sebagian
perusahaan yang menjajakan ensiklopedia saat ini telah mulai bereksperimen
menggunakan CD ROOM untuk menampung ensiklopedia sehingga diharapkan
ensiklopedia dimasa mendatang bukan hanya berisi tulisan dan gambar saja,
tetapi juga video, audio, tulisan dan gambar, dan bahkan gerakan.
d. Sistem
Distribusi Bahan Belajar Secara Elektronis (Digital)
Berdasarkan
pengalaman selama ini, beserta program penyetaraan D II yang tinggal didaerah
terpencil karena keadaan geografisnya mengalami kesulitan dalam mendapatkan
bahan belajar cetak (modul).
e. Teledukasi
dan Latihan Jarak Jauh dalam Cyber System
Pendidikan
dan pelatihan jarak jauh diperlukan untuk memudahkan akses serta pertukaran
data, pengalaman, dan sumber daya dalam rangka peningkatan mutu dan
keterampilan profesional dari sumber daya manusia di indonesia.
f. Video
Telecomperence
Keberadaan
teknologi informasi video telecomperence memungkinkan bagi mahasiswa di seluruh
dunia untuk saling berkenalan dan berhubungan satu dengan lainnya, diharapkan
dengan demikian dapat bangsa-bangsa di dunia dan saling mengenal satu dengan
yang lainnya.
Teknologi pendidikan merupakan suatu
disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan dilapangan,
yaitu kebutuhan untuk belajar, belajar lebih efektif, efisien, banyak, luas,
cepat dan lain sebagainya. Di Indonesia sendiri penerapan teknologi
pembelajaran tidak jauh berbeda dengan perkembangan seperti di Amerika Serikat,
hanya terpaut waktu yang cukup lama.
Mereka yang berprofesi atau bergerak
dalam bidang teknologi pendidikan, harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan
tugas profesionalnya yang utama yaitu keselenggaraannya proses belajar bagi
setiap rang, dengan dikembangkan masing-masing pembelajaran serta perkembangan
lingkungan. Karena lingkunganitu senantiasa mengikuti perkembangan atau
perubahan itu dan oleh karena itu ia dituntut untuk selalu mengembangkan diri
sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, termasuk selalu mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi.
D.
Model- model Komunikasi
1. Model dasar : Stimulus Respon
Model iModel
komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi,
khususnya yang beraliran behavioristik. Komunikasi dianggap sebagai suatu
proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Model ini mengasumsikan bahwa
kata-kata verbal (lisan – tulisan), isyarat-isyarat non verbal, gambar-gambar,
dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan
respon dengan cara tertentu. Model ini mengabaikan adanya faktor manusia
seperti sistem internal individu. Singkatnya model ini menggangap bahwa
komunikasi itu bersifat statis. Manusia selalu berperilaku karena adanya
stimulus atau rangsangan dari luar, bukan berdasarkan kehendak, keinginan atau
kemauan bebasnya. Oleh karena itu model ini kurang tepat kalau diterapkan pada
proses komunikasi manusia.
2.
Model Aristoteles
Aristoteles
merupakan filosof yang paling dini mengkaji komunikasi, Model Aristoteles
adalah model yang paling klasik atau disebut juga model retoris (Mulyana, 2005)
Oleh karena itu model ini merupakan penggambaran dari komunikasi retoris,
komunikasi publik atau pidato. Aristoteles adalah orang pertama yang merumuskan
model komunikasi verbal pertama. Proses komunikasi terjadi ketika ada seorang
pembicara berbicara kepada orang lain atau khalayak lain dalam rangka merubah
sikap mereka. Aristoteles mengemukakan tiga unsur yang harus ada dalam proses
komunikasi, yaitu: pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar
(listener).
Dia mengemukakan
bahwa persuasi dapat dicapai oleh:
a. Siapa anda (etos –kepercayaan anda)
b. Apa argumen anda (logos –logika dalam pendapat anda)
c. Dengan memainkan emosi khalayak (pathos –emosi khalayak).
Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa proses komunikasi dipandang sebagai
suatu yang statis dan tidak memperdulikan saluran, umpan balik, efek, dan
kendala2, di samping itu, model ini juga berfokus pada komunikasi yang
disengaja (komunikator mempunyai keinginan secara sadar untuk merubah sikap
orang lain).
3.
Model Lasswell
Harold Laswell
(1948) menyebutkan sebuah model komunikasi yang mungkin paling dikenal
sepanjang masa. Model ini muncul dalam perkembangan studi Laswell tantang propaganda
politik. Model ini merupakan sebuah pandangan umum tentang komunikasi yang
dikembangkan dari batasan ilmu politik. Who says what in which channel to whom
with what effect ? Konsep Model Laswell sama dengan model Aristoteles yaitu
sama-sama menekankan pada elemen speaker, message & audience (tetapi
menggunakan istilah yang berbeda), Baik Laswell maupun Aristoteles sama-sama
melihat komunikasi sebagai proses satu arah dimana inidividu dipengaruhi
individu lain sebagai akibat dari pengiriman pesan (Ruben, 1992)
Penggambaran Laswell tentang berbagai bidang dalam penelitian komunikasi memang
berguna tetapi disisi lain penggambaran tersebut terlalu menyederhanakan bidang
penelitian komunikasi itu sendiri. Braddock (1958) menambahkan dua hal dalam
model Laswell yang dapat mempengaruhi tindakan komunikasi, yaitu:
1. Dalam situasi dan
keadaan bagaimana sebuah pesan itu dikirimkan
2. Untuk tujuan apa
komunikator mengirimkan pesan
Menurut Windahl
model Laswell ini menggambarkan karakter awal model komunikasi. Sudah dianggap
taken for granted bahwa komunikator itu selalu memiliki kesadaran untuk
mempengaruhi komunikan, jadi komunikasi dilihat sebagai suatu proses persuasif.
Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi yaitu: pengawasan lingkungan,
korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan,
dan transmisi warisan sosial.
4. Model
Shannon dan Weaver
Model ini melihat
komunikasi sebagai transmisi pesan yang mengungkapkan isu “efek” dan bukannya
“makna”. Efek secara tak langsung menunjukkan adanya perubahan yang bisa diukur
dan diamati pada penerima yang disebabkan unsur-unsur yang bisa diidentifikasi
dalam prosesnya. (Fiske, 1990:46). Model ini lebih sesuai diterapkan pada
kajian komunikasi massa, hal ini disebabkan latar belakang mereka yang
merupakan insinyur yang bekerja untuk laboratorium telephone Bell di Amerika
Serikat. Tujuan mereka adalah untuk memastikan “the maximum efficiency” dari
kabel telephone dan gelombang radio. Mereka mengembangkan sebuah model
komunikasi yang ditujukan untuk membantu mengembangkan sebuah teori matematis
dari komunikasi (Chandler).
Model ini terdiri
dari enam elemen :
a. Information
Source adalah yang memproduksi pesan
b. Transmitter yang
menyandikan pesan dalam bentuk sinyal
c. Channel adalah
saluran pesan
d. Receiver adalah
pihak yang menguraikan/mengkonstruksikan pesan dari sinyal
e. Destination
adalah dimana pesan sampai
f. Noise adalah
segala macam gangguan yang mempengaruhi pesan sehingga menyebabkan sinyal yang
berbeda dari yang dikirimkan (sifatnya disfungsional ).
Shannon dan Weaver
mengidentifikasi 3 level masalah dalam studi komunikasi :
1. Level A ( masalah teknis ), bagaimana simbol2 komunikasi dapat
ditransmisikan secara akurat ?
2. Level B (masalah
semantik), bagaimana simbol2 yang ditransmisikan secara persis menyampaikan
makna yang diharapkan?
3. Level C (masalah
keefektifan), bagaimana makna yang diterima secara efektif mempengaruhi tingkah
laku dengan cara yang diharapkan?
5. Model Schramm
Dalam sebuah artikel
“How Communication Works” yang dipublikasikan tahun 1954, Wilbur Schramm
membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi manusia yang sederhana, kemudian
mengembangkan dengan memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model
komunikasi yang interaktif. Menurut Schram komunikasi senantiasa membutuhkan
setidaknya tiga unsur, yaitu :
a. Sumber
bisa berupa :
• Seorang individual
berbicara, menulis , menggambar, bergerak
• Sebuah organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi)
b.
Pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian
tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.
c.
Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari
sebuah kelompok seperti diskusi kelompok, mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak
massa, pembaca surat kabar, penonton televisi,dll.
Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan
commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena komunikasi berasal
dari kata latin communis yang artinya common (sama).
Schramm mengenalkan konsep field of experience, yang menurut Schramm sangat
berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana yang
diinginkan oleh komunikan.
Schramm
menekankan bahwa tanpa adanya field of experience yang sama (bahasa yang sama,
latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama,dan lain-lain) hanya ada sedikit
kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini
model Schramm diatas adalah pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm
mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi masalah
noise. Menurut Schramm feedback membantu kita untuk mengetahui bagaimana pesan
kita diinterpretasikan.
•
Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan
berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing
•
Jika wilayah irisan semakin besar, maka komunikasi lebih mudah dilakukan.
Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan umban balik
maka ia akan berada pada posisi komunikator (source). Setiap individu dilihat
sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai suatu
proses sirkular daripada suatu proses satu arah seperti pada dua model Shramm
sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga model Osgood dan Schramm.
6. Model
Newcomb
Menurut Newcomb bentuk
situasi komunikasi yang paling sederhana digam-barkan oleh situasi dimana Mr. A
berbicara dengan Mr.B tentang sesuatu hal yang dilabeli X atau dikenal juga
dengan “AtoBreX situation”. Model ini juga dikenal sebagai teori keseimbangan
(Bettinghaus, 1968).
7. Model
Ritual
Seperti yang sudah
dijelaskan pada model-model awal komunikasi bahwa proses komunikasi bersifat
linear (satu arah ). Proses dari sumber ke tujuan. Perkembangan terbaru dari
model komunikasi menawarkan adanya interaksi, umpan balik, dan paradigma
interpretative dalam komunikasi antar manusia. James Carey (1975) yang mulai
mengkritisi model “transmisi” . Dia memberikan pandangan alternatif yaitu model
ritual. Karena komunikasi berhubungan dengan berbagi (sharing), partisipasi,
asosiasi, kenggotaan dan kepercayaan yang sama. Model Ritual tidak diarahkan
untuk perluasan pesan tetapi kepada pemeliharaan masyarakat dan bukan pada
tindakan dalam memberikan /menyampaikan informasi tetapi pada terciptanya
kepercayaan bersama.
Ritual atau model komunikasi ekspresif bergantung pada berbagi makna /
pemahaman. Pesan dalam model komunikasi ritual biasanya bersifat laten dan
ambigu tergantung pada asosiasi-asosiasi pesan yang tidak dipilih oleh
partisipan tetapi sudah tersedia / dikondisikan oleh kebudayaan. Saluran dan
pesan biasanya susah untuk dipisahkan. Komunikasi ritual juga relatif tidak
lekang dimakan waktu dan tidak berubah.
Model pohon natal
dari komunikasi ritual menggambarkan hal tersebut, di dalam satu kebudayaan
sedikitnya, menandakan gagasan dan nilai-nilai keramahtamahan,
persahabatan/beasiswa dan perayaan yang (mana) secara luas dipahami bersama,
sekalipun hanya samar-samar dan dengan berbagai cara. Model ini diterapkan pada
periklanan dan politik. Prinsip-prinsip model ritual seringkali dieksploitasi
(penggunaaan simbol-simbol tertentu, tampilan-tampilan laten untuk nilai-nilai
budaya dan tradisi.
E. DAMPAK TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Teknologi
Komunikasi telah memberikan dua dampak yang sangat besar artinya dalam pola
pembangunan, yaitu percepatan sejarah dan mobilisasi lingkungan (Daniel Lerner,
1976, dikutif oleh Yusufhadi Miarso, 2004). Dampak dari teknologi komunikasi
yaitu terjadinya perubahan pada tingkah laku individual yang meliputi
pengetahuan, sikap, atau tindakan yang terjadi sebagai akibat dari penyampaian
pesan komunikasi (Rogers, 1986).
Menurut Eric Ashby (1972) teknologi komunikasi telah menimbulkan revolusi yang
keempat. Revolusi pertama terjadi ribuan tahun yang lalu sejak masyarakat
membedakan tanggung jawab orang dewasa, dan tugas mendidik para muda
beralihdari orang tua ke guru dan dari rumah ke sekolah. Revolusi kedua terjadi
dengan dipergunakannya bahasa tulisan sebagai sarana pendidikan. Revolusi
ketiga berlangsung dengan ditemukannya teknik percetakan yang memungkinkan
tersedianya buku secara meluas. Revolusi keempat ditandai dengan perkembangan
elektronik terutama dalam bentuk radio, televisi, pita rekanman, dan komputer.
A. Dampak
Positif Teknologi Komunikasi
Menurut laporan the
Carnegie Commission on Higher Education (1972) revolusi keempat telah
berlangsung selama tiga dekade dan telah mampu menunjukkan karakteristik
futuristiknya. Media baru telah menawarkansejumlah alternatif pemecahan
masalah, tidak hanya yang akseptable tetapi juga yang spektakuler. Berbagai
implikasi perkembangan teknologi, khususnya pada jenjang pendidikan tinggi
antara lain:
Ü Pembelajaran
di luar kampus untuk orang dewasa akan semakin berkembang
Ü
Mahasiswa dalam perguruan tinggi kecil akan mempunyai akses lebih besar dari
berbagai sumber
Ü
Perpustakaan berkembang menjadi pusat sumber belajar dalam berbagai bentuk
ÃœTumbuhnya
profesi baru dalam bidang media dan teknologi
Dalam sejarah perkembangan pendidikan, teknologi komunikasi adalah bagian dari
media yang digunakan untuk menyampaikan pesan ilmu pada orang banyak, mulai
dari teknologi percetakan beberapa abad yang lalu, seperti buku yang dicetak,
hingga media telekomunikasi seperti, suara yang direkam pada kaset, video,
televisi, dan CD.
Perkembangan teknologi komunikasi seperti Internet telah mengarahkan sejarah
teknologi pendidikan pada alur yang baru. Layanan online dalam pendidikan pada
dasarnya adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi pengguna (mahasiswa)
dengan menggunakan internet sebagai media. Layanan online ini dapat terdiri
dari berbagai tahapan dari proses program pendidikan seperti: pendaftaran, test
masuk, pembayaran, perkuliahan, penugasan kasus, pembahasan kasus, ujian,
penilaian, diskusi, pengumuman, dll. Pendidikan jarak jauh dapat memanfaatkan
teknologi internet secara maksimal, dapat memberikan efektifitas dalam hal
waktu, tempat dan bahkan meningkatkan kualitas pendidikan.
Dengan media
internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa
baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time
dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real
audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan
dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan
cara diatas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan
walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan
lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat
dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa.
Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh guru/dosen dapat pula
dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administratif juga dapat
diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan
metode pembayaran online.
Pendidikan jarak
jauh secara online mengatasi keterbatasan yang ada pada jenis-jenis pendidikan
jarak jauh yang lain (yang sebenarnya juga sudah sarat teknologi), yaitu
pendidikan jarak jauh dengan satelit serta teknologi televisi. Pada kedua
teknologi di atas, mahasiswa masih harus berjalan ke fasilitas-fasilitas
pendidikannya; sedangkan peralatannya bersifat khusus dan mahal. Kini dengan
pendidikan online lewat internet, mahasiswa dapat belajar sendiri dari rumah
dengan peralatan komputer sendiri.
Para ahli sepakat bahwa belajar melalui televisi dan film (audio visual) lebih
berhasil ketimbang belajar melalui radio (audio). Sebab, dengan televisi atau
film kesan yang dihasilkannya lebih “dalam” lantaran ia masuk melalui kedua
sensor channel (mata dan telinga). Media teknologi komunikasi ini rupanya telah
meluas dipakai di pelbagai sekolah tidak hanya di kota-kota besar akan tetapi
juga di daerah-daerah. Model pembelajaran yang dipilih (teacher centered
learnig, student centered learning atau problem based learning).
1.Aplikasi teknologi
komunikasi dalam pembelajaran antara lain:
2.Pembelajaran Berbantuan Komputer atau ”Computer Assisted Instruction” (CAI)
3.Pembelajaran Berbasis Komputer atau “Computer Based Instruction” (CBI)
4.Pelatihan Berbasis Komputer atau “Computer Based Training” (CBT),
5.Perpustakaan Elektronik (e-library)
6.Laboratorium
Elektronik (e-laboratory)
7. Pembelajaran
Berbasis Multimedia
Menurut website
http://www.nsba.org (2008) pembelajaran di abad
ke-21 harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
Ü
Ketergantungan lebih besar pada komunikasi baru dan teknologi komputasi yang
mendukung tingkat riset dan kreativitas siswa.
Ü Satu
perubahan di dalam peran dari para guru dari “para orang bijaksana di atas
panggung” sampai penasihat-penasihat, peneliti-peneliti, penerbit-penerbit,
para pemakai teknologi, produsen-produsen pengetahuan, pecinta risiko dan
pelajar-pelajar kekal.
Ü
Keterlibatan orang tua untuk memainkan peran utama di dalam pendidikan
anak-anak mereka dan untuk bekerja dengan aktif dengan para guru untuk
menghubungkan pendidikan yang informal dan formal.
Ü
Belajar bermitra dari bisnis-bisnis lokal dan organisasi-organisasi masyarakat
lain sehingga mereka secara aktif dilibatkan di dalam kebijakan-kebijakan
sekolah.
Ü
Kerja sama/kolaborasi yang membawa para siswa, para guru, dan peneliti-peneliti
bersama-sama untuk menciptakan kurikulum baru.
Secara umum keuntungan teknologi komunikasi dalam bidang pembelajaran, yaitu:
Ü
Kemudahan mengakses berbagai informasi
Ü
Memperkaya program pembelajaran
Ü Mengurangi/meminimalisasi
biaya
Ü
Mengurangi waktu, sehingga dapat meningkatkan produktivitas
Ü
Mempermudah penjadwalan
Ü Dapat mendatangkan
benefit
Dengan demikian
aplikasi teknologi komunikasi dalam pembelajaran dewasa ini mutlak diperlukan.
B. Dampak
Negatif Teknologi Komunikasi
1.
Dampak Negatif Pada Anak-anak
Aplikasi dari
perkembangan teknologi komunikasi salah satunya adalah ditemukannya televisi,
radio, internet, handphone dan lain-lain. Tidak selamanya teknologi komunikasi
memiliki dampak yang positif dalam kehidupan. Tidak ada penemu yang berani
menjamin bahwa penemuannya tidak akan menimbulkan dampak yang negative. Apalagi
sesuatu hal yang berhubungan dengan kebebasan dan keterbukan. Dengan
berkembangnya teknologi komunikasi, dapat dipastikan semakin kecil jarak ruang
dan waktu.
Salah satu obyek
yang akan terpengaruh dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi adalah
anak-anak. Semua hal kemajuan teknologi komunikasi sudah pasti sangat
berpengaruh pada kehidupan anak-anak. Anak-anak merupakan penerus bangsa yang
sudah pasti harus kita didik dengan baik. Selain iti mereka harus dikontrol
oleh orang tua saat berinteraksi dengan teknologi komunisaksi. Jangan sampai
mereka terpengaruh atau tergiur dengan hal-hal negative yang ditimbulkan dari teknologi
tersebut. Anak-anak juga harus dibatasi saat menonton TV dan mendengar radio,
jangan sampai mereka ketagihan dan melupakan pendidikan.
Selain itu anak-anak juga jangan terlalu dibebaskan dalam mengakses internet.
Dengan adanya internet, keterbukaan dan kebebasan menjadi hal yang biasa.
Apapun dapat diakses dengan mudah melalui internet. Memang tidak semua
teknologi komuniaksi menimbulkan dampak yang positif. Teknologi komunikasi juga
dapat menyebabkan kebebasan yang kebablasan bila digunakan secara berlebihan.
2. Dampak Negatif Pada Pendidikan
Perkembangan baru
teknologi komunikasi dalam kenyataannya melahirkan persoalan yang lain.
Kehadiran media baru, sebagai contoh, di samping melahirkan banyak kajian baru,
pada tataran yang lain melahirkan kesulitan baru yang harus dijawab dan
disiasati dengan cara yang baru pula. Aho (2005), dalam hal ini menengarai dua
masalah penting yang terkait dengan hadirnya media baru tadi, yaitu masalah
sertifikasi dan program pendidikan yang applicable. Dua persoalan ini, perlu
digarisbawahi, harus dipikirkan agar tidak menjadi persoalan laten yang kian
bertumpuk ketika kemajuan teknologi komunikasi menjadi semakin kompleks.
Menurut Hans Jonas sebagaimana digambarkannya dalam buku The Imperative
Responsibility: In Search of an Ethics for the Technological Age (1984:
London), ada dua argumen mendasar mendasari keterkaitan teknologi dengan
eksistensi manusia. Argumen pertama adalah posisi sentral manusia. Berbeda
dengan Abad Pertengahan, di era modern eksistensi manusia menjadi pusat
(antroposentris). Konsep bahwa manusia adalah subjek bagi dirinya sendiri
diajarkan sebagai pandangan universal. Konsekuensi pemahaman itu ialah bahwa
manusia menjadi penguasa atas dirinya dan alam semesta.
Paradigma antroposentris di atas menjadi pendorong bagi manusia modern untuk
melakukan perubahan dalam segala aspek kehidupannya. Perubahan itu tidak saja
berkaitan dengan paradigma berpikir, melainkan juga bersangkut-paut dengan pola
hidup keseharian. Argumen kedua adalah kemajuan. Kemajuan merupakan ideologi
manusia modern. Karena ideologi itu, manusia modern selalu berusaha untuk
melawan status quo. Status quo dipandang sebagai musuh yang paling berbahaya
karena menghambat kemajuan itu sendiri. Dalam rangka mewujudkan kemajuan,
teknologi memiliki peran penting. Jonas bahkan lebih jauh memperlihatkan bahwa
teknologi sendiri merupakan simbol kemajuan yang paling dominan di era modern.
Simbol-simbol itu terungkap dalam sarana-sarana yang digunakan. Ia bahkan
melihat teknologi telah pula meningkatkan produktivitas yang sangat tinggi
dalam bidang ekonomi global. Bagi konsumen teknologi telah membawa mimpi-mimpi
baru, yakni mimpi untuk menikmati kehidupan yang lebih menyenangkan.
Akan tetapi, ada dua
masalah yang harus dicairkan dan mendapat respons. Pertama masalah dana yang
harus disediakan. Apakah dana yang tersedia cukup untuk pengadaan peralatan
ini, andaikata tiap-tiap sekolah musti dilengkapi dengan peralatan ini? Kedua,
sejauh mana media yang diperlukan dapat disediakan? Ini sebenarnya masalah
perencanaan dan pengambil keputusan akhir, sebab ia akan menyangkut pula
masalah kebijaksanaan. Sementara itu, timbul lagi pertanyaan lain, mengingat
bahwa pemanfaatan media teknologi komunikasi telah menjadi bagian dalam sistem
pendidikan nasional Indonesi, maka pembangunan pusat-pusat media secara
menyeluruh merupakan suatu keharusan. Masalahnya sekarang, sejauh mana dana
yang dapat disediakan untuk ini? Lantas, apakah pemerintah sendiri yang harus
menanggungnya atau sama-sama memikulnya dengan masyarakat? Meskipun dana
pendidikan yang dikucurkan pemerintah tidak menyentuh angka 20 persen sesuai dengan
anggaran yang dijanjikan.
Dengan adanya media
instruksional apakah peran guru dapat dihilangkan? Tentu saja tidak. Dalam
kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang, sebenarnya bila kita tetap
berpegang teguh pada sistem konvensional sedangkan tuntutan pendidikan itu
makin bertambah, maka tidaklah mungkin guru mampu melaksanakan tugasnya
sebagaimana dibebankan ke pundaknya. Maka dengan adanya media instruksional ini
bisa jadi beban guru terbantu. Kemudian, menjadi pemikiran kita pula dengan
adanya lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengadaan media yang diperlukan,
maka mau tak mau sekolah-sekolah yang ada harus pula mempunyai semacam “ruang
media”. Ini merupakan konsekuensi logis, sebab saat sekarang dan masa yang akan
datang, peran media instruksional ini akan bergulir seiring bersama dengan
tatap muka dalam mengembangkan dunia pendidikan. Konsekuensi yang akan terjadi
adalah pergeseran nilai-nilai kuliah yang tadinya sangat rigid dan harus
diambil di universitas lokal menjadi terbuka untuk diambil dari universitas
lain di dunia.
3. Dampak
Negatif Pada Moral Masyarakat
Faktor utama dalam
pendidikan jarak jauh secara online yang dikenal sebagai distance learning yang
selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan
mahasiswanya. Ideologi kemajuan tidak terlepas dari masalah moral.
Sekurang-kurangnya tiga masalah moral mendasar yang muncul dalam ideologi ini.
Pertama, ketidakadilan sosial. Tidak semua orang bisa dan mampu bersentuhan
langsung dengan teknologi canggih. Dengan kata lain, hanya segelintir orang
yang mampu menggunakan teknologi. Dampaknya, hasil-hasil teknologi komunikasi
juga hanya dapat dinikmati segelintir orang. Lebih lagi orang-orang seperti itu
sering kali menggunakan teknologi komunikasi sebagai alat untuk menguasai
kelompok yang tidak memiliki akses terhadap teknologi tersebut. Dampaknya,
jurang antara orang yang memiliki akses dengan teknologi dan orang yang sama
sekali tidak memiliki akses, sangat dalam. Di sini justru terjadi ketidakadilan
sosial. Dengan demikian teknologi komunikasi berperan pula menimbulkan
kesenjangan sosial.
Kedua, bangkitnya sifat utopis. Ide kemajuan yang digaungkan teknologi komunikasi
telah menyebar ke seluruh dunia. Tetapi bagi sebagian besar manusia di belahan
dunia ini, khususnya di negara-negara yang berkembang, ide kemajuan itu
hanyalah utopia, sebuah angan-angan belaka.
Ketiga, potensi deviasi fungsi teknologi. Seperti dikatakan di atas, di satu
sisi teknologi telah memperbaiki kehidupan manusia modern, pada sisi lain
teknologi memungkinkan tindakan kejahatan semakin cepat dan meluas.
Pertanyaan lebih lanjut, bagaimana meminimalkan dampak negatif dari teknologi
komunikasi itu sendiri? Menjawab pertanyaan ini kata yang paling tepat adalah
bangkitnya tanggung jawab moral dalam pengunaan teknologi komunikasi. Ranah
kebangkitan tanggung jawab moral ini dimungkinkan oleh tiga hal.
Pertama, kesadaran yang terus-menerus akan sifat dan ciri teknologi komunikasi
itu sendiri. Teknologi hanyalah alat, bukan menjadi tuan bagi manusia. Sebagai
alat ia memiliki keterbatasan. Justru karena keterbatasan itulah kepedulian
terhadapnya sangat diperlukan. Kesadaran yang besar di kalangan orang-orang
yang dekat dan bersentuhan dengan penggunaan teknologi akan mampu mengurangi
dampak destruktif dari teknologi bagi keselamatan manusia yang menggunakannya.
Kedua, terkait dengan butir di atas, tanggung jawab moral juga terungkap dalam
hal maksimalisasi hasil pekerjaan. Orang yang bertanggung jawab adalah orang
yang mampu bekerja secara maksimal dan konsisten dengan aturan yang sudah
ditetapkan.
Ketiga, dampak dalam penggunaan teknologi komuinikasi. Tanggung jawab moral
dalam penggunaan teknologi komunikasi tidak saja pada perawatan terus menerus
dan maksimalisasi kegunaannya, tetapi juga pada dampak negatif yang diakibatkan
dalam penggunaannya.
F. Kegunaan/Fungsi Teknologi Komunikasi Dalam Proses
Pembelajaran
Dalam proses
belajar mengajar, guru harus memiliki seni dalam mengajar. Oleh karena itu,
untuk mencapai interaksi belajar mengajar yang efektif sudah barang tentu perlu
adanya komunikasi yang jelas antara guru (pendidik) dengan siswa (peserta
didik). Sehingga terpadunya dua kegiatan, yakni kegiatan mengajar (usaha guru)
dengan kegiatan belajar (tugas siswa) yang berdaya guna dalam mencapai tujuan
pengajaran.
Sering kita
jumpai kegagalan dalam pengajaran disebabkan lemahnya sistem komunikasi. Untuk itulah
guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses belajar
mengajar. Sudjana (2009: 31) mengemukakan bahwa ada tiga pola komunikasi yang
dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara pendidik dengan
peserta didik.
·
Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Dalam
komunikasi ini, guru berperan sebagai penerima aksi. Guru aktif siswa pasif.
Seperti ceramah, pada dasarnya adalah komunikasi satu arah atau komunikasi
sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa
belajar.
·
Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Pada
komunikasi jenis ini, guru dan siswa dapat berperan sama, yakni pemberi aksi
dan penerima aksi. Keduanya dapat saling memberi dan saling menerima.
Komunikasi ini lebih baik dari pada yang pertama, sebab kegiatan guru dan
kegiatan siswa relatif sama dan tidak menjadikan siswa sebagai objek pasif.
·
Komunikasi banyak arah atau komunikasi
sebagai tranaksi
Yakni
komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan
siswa tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan
siswa yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi seperti ini
mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang
optimal. Sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Seperti diskusi, simulasi
merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi jenis ini.
Ketiga jenis
komunikasi di atas tetap memiliki porsi dimasing-masing kondisi, tergantung
tujuan apa yang ingin dicapai, sifat bahan pelajaran, sember belajar yang
tersedia, karakteristik kelas, dan kemampuan guru itu sendiri. Sekarang tinggal
bagaimana seorang guru akan memilih jenis komunikasi mana yang menurutnya bisa
mengembangkan potensi-potensi yang sudah ada dalam diri siswa.
BAB III
KESIMPULAN
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau
sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya
akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh
penerima pesan tersebut.
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan
(ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling
mempengaruhi diantara keduanya melalui kata-kata (lisan), gerak anggota tubuh,
atau melalui media tertentu. Komunikasi yang baik memiliki komponen komunikasi
yaitu: Pengirim atau komunikator (sender), Pesan (message, Saluran (channel),
Penerima atau komunikate (receiver, dan Umpan balik (feedback).
Komunikasi menjadi lebih cepat, efektif, dan efisien dengan kemajuan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia zaman sekarang. Bahkan dapat dikatakan,
seluruh aspek kehidupan telah bersentuhan dengan teknologi komunikasi.
Teknologi Komunikasi memiliki dampak positif yang
besar terhadap pendidikan, tetapi juga memiliki dampak negatif, oleh karena itu
perlu meminimalisasi dampak negatif tersebut.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA DAN REFERENSI
Mathis,
Robert L, and Jhon H. Jacson. 2004. Human Resources Management. Ohio: Thomson
South Western Publisher.
Miarso,
Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit
Kencana.
Niemiec,
Anne. 1982. “An Interactive Telecommunications System for Health care”.
Communications Technology in Education and Training. Proceedings of the Fourth
national Conference on Communications technology in Education and Training,
March 15-17,1982.: Maryland: Information Dynamics, Inc.
Prawiradilaga,
Dewi Salma dan Evelin Siregar. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Artikel
“Mengenali Arti, Fungsi, dan Manfaat Telematika” (Naswil Idris dan F.B.
Moerwanto). Jakarta: Prenada Media.
Rogers,
Everett M. 1986. Communication Technology The New Media in Society. London: The
Free Press.