CHLOROQUINE & AVIGAN 4 COVID-19: AN OBJECTIVE REVIEW
🍁Karimah Muhammad. Clinical Pharmacist. CPE Alumni ITB
🍎CHLOROQUINE:
Presiden Trump dalam briefing press hariannya sempat mengatakan bahwa chloroquine (klorokuin) telah disetujui oleh FDA (Badan POMnya AS) untuk mengobati infeksi Covid-19. Sayangnya pak Trump tidak akurat: FDA memang sudah menyetujui peredaran chloroquine, tapi untuk terapi malaria, dan Rheumatoid Arthritis (RA), BUKAN Covid-19.
Sampai saat ini FDA belum menyetujui SATUPUN OBAT untuk mengobati, menyembuhkan atau mencegah Covid-19. Namun FDA membenarkan bahwa sedang diadakan studi untuk mempelajari apakah chloroquine efektif untuk menangani Covid-19. Uji klinis besar-besaran juga sudah dicanangkan.
WHO juga mengatakan: “Sampai saat ini belum ada BUKTI yang pasti tentang efektivitasnya, namun masih dalam proses uji yang tengah berlangsung”.
Selain AS, China, Inggris dan Spanyol juga tengah bersiap melakukan uji klinis.
Awal Maret ini AS sempat kehabisan stock chloroquine dan hydroxychloroquine. Tapi tanggal 19 Maret Bayer sudah menyumbangkan 3 juta tablet kepada pemerintah federal, yang akan segera diikuti oleh pabrik lain: Novartis, Mylan dan Teva. Meskipun hasil uji klinis belum akan diketahui dalam waktu beberapa bulan ke depan, namun profil keamanan kedua obat pada dosis yang diresepkan sudah diketahui dengan baik.
🍎STATUS CHLOROQUINE DALAM RISET GLOBAL
Sebagai antimalaria yang tertua, disetujui oleh FDA untuk digunakan sejak tahun 1949, sangat populer, murah dan mudah untuk diproduksi, chloroquine yang efektif untuk menurunkan demam dan mengatasi peradangan (inflamasi) pada penderita malaria, yang disebabkan oleh plasmodium, memang tengah menjadi perhatian para peneliti di seluruh dunia:
🍪Penelitian tahun 2005:
Chloroquine terbukti bisa mencegah replikasi (perkembangbiakan) SARS-Cov tipe 1, penyebab SARS, secara in vitro pada sel-sel monyet yang dibiakkan di kultur jaringan. Jadi diduga bahwa apa yang terjadi pada SARS-Cov tipe 1 itu juga MUNGKIN terjadi pada SARS-Cov tipe 2 (Covid-19).
🍪Penelitian February 2020:
Chloroquine terbukti berhasil menghentikan replikasi (perkembangbiakan) virus Covid-19 di kultur sel manusia. Diharapkan chloroquine juga efektif dalam penanganan pasien. Namun berhubung China kekurangan suplai chloroquine, dan fakta bahwa overdosis chloroquine bisa menyebabkan keracunan akut atau bahkan kematian, maka dipelajari pula obat dengan struktur yang mirip, yaitu hydroxychloroquine, yang toksisitasnya lebih rendah, dan sering digunakan untuk terapi lupus dan RA.
Ternyata terbukti bahwa hydroxychloroquine bisa mencegah replikasi virus Covid-19 pada kultur sel MONYET (uji praklinis). Tanggal 23 Feb 2020 tujuh uji klinis telah didaftarkan di China untuk menguji efektivitas hydroxy-chloroquine melawan infeksi Covid-19.
Mengapa digunakan obat lama?
🌳Karena dunia tengah berpacu dengan waktu: ribuan orang sudah tewas akibat Covid-19, dan ratusan ribu orang di ratusan negara tengah menunggu untuk diobati / diselamatkan.
🌳Sebagian besar dunia yang biasa melakukan riset penemuan obat baru kini justru tengah mengalami lockdown, sehingga menghambat riset
🌳Harus dicari obat yang efektif dalam waktu yang lebih singkat.
Efek samping chloroquine:
🍒Penggunaan jangka panjang dan/atau dosis tinggi, misal: 250 mg fosfat (150 mg base) atau lebih per hari, bisa menyebabkan kerusakan retina yang bersifat tidak dapat balik (irreversible) dan/atau ketulian neurosensorial.
🍒Penggunaan chloroquine untuk pengobatan malaria dalam waktu singkat, efek sampingnya ringan dan dapat balik (reversible).
🍎AVIGAN (favipiravir):
Dalam uji klinis pada 340 pasien di Wuhan dan Shenzhen, favipiravir yang sudah disetujui sebagai obat flu terbukti efektif mempersingkat masa infeksi Covid-19, dan memperbaiki kondisi paru-paru. Tadinya virus terdeteksi hingga 11 hari, dipersingkat menjadi hanya 4 hari. Namun obat ini tidak efektif untuk pasien dengan gejala yang parah, dimana telah terjadi replikasi virus dalam jumlah besar. Jadi hanya efektif untuk kasus yang ringan atau tanpa gejala, dan masih diperlukan uji klinis lanjutan.
Sebagai gambaran: uji klinis untuk obat-obatan agar bisa disetujui FDA untuk dipasarkan:
🌲Fase I: dilakukan pada 20-80 pria sehat. Tujuan: mencari dosis aman dan mengetahui efek samping
🌲Fase II: dilakukan pada 100 - 300 orang sehat dan sakit. Tujuan: mengetahui efektivitas obat untuk penyakit tertentu dan keamanannya
🌲Fase III: dilakukan pada 1.000 – 3.000 orang sakit. Tujuan: MEMASTIKAN efektivitas dan keamanan obat.
Chloroquine, hydroxychloroquine dan Avigan sedang berada di fase I atau II uji klinis.
KM. 21 March 2020
Sumber : Facebook, Prof. Ari karimah