Kamis, Juli 26, 2018

4 Cara Menjual Tanpa Terlihat Seperti Menjual



4 Cara Menjual Tanpa Terlihat Seperti Menjual

"Semakin lama aku berbisnis, semakin aku menyadari bahwa urusan menjual produk atau jasa kecil kaitannya dengan produk atau jasa itu sendiri," kata Paul Spiegelman, pendiri dan CEO BerylHealth, sebuah perusahaan yang bergerak di jasa pelayanan medis. Menurutnya, menjual adalah tentang membangun hubungan kepercayaan. Dan salah satu cara membangun hubungan kepercayaan yang ia lakukan adalah dengan cara menemukan kesamaan.

Sebagai CEO, ia menyadari bahwa ia bertanggung jawab atas penjualan dan ia berada dalam posisi yang unik di mana ia dituntut untuk membangun hubungan dengan relasinya di perusahaan di mana ia berusaha menawarkan produknya.

Masalah yang ia hadapi adalah Beryl merupakan perusahaan yang masih terhitung kecil di tengah-tengah pasar industri kesehatan. Dan ia mendapati bahwa mendekati para "level C", alias Chief atau Direktur, rasanya seperti berjalan menuju acara makan malam di Gedung Putih tanpa undangan. Rasio keberhasilannya kecil. Bahkan lebih besar kemungkinannya digelandang oleh petugas keamanan ke pintu keluar.

Seiring dengan waktu ia menyadari bahwa cara terbaik untuk menjual kepada mereka adalah "meningkatkan pembicaraan" melampaui tema tentang produk atau jasa yang ia tawarkan.

Sebenarnya, menurut Paul Spiegelman, semakin tinggi level seseorang di perusahaan, semakin tidak tertarik ia dengan fitur dan benefit produk Anda.
Sebaiknya, produk atau jasa Anda jangan dijadikan topik di beberapa interaksi pertama Anda. Carilah cara untuk membangun sebuah hubungan kepercayaan, maka order akan mengikuti. Menurutnya, Anda harus sabar dan disiplin.

Berikut ini 4 cara menjual tanpa berusaha menjual oleh Paul Spiegelman :
1.      Jadilah pemimpin yang cerdik
"Tidak ada yang menonjol dari apa yang saya lakukan. Bisnis saya adalah sebuah bisnis komoditi: jasa alih daya call center rumah sakit. Maka saya memulainya dari entitas yang berbeda, sebuah lembaga penelitian, untuk  menangkap pertanyaan dan isu yang lebih besar tentang pengalaman pasien di pelayanan kesehatan", ungkap Paul.

Lembaga ini menghasilkan studi-studi kasus dan paper-paper yang penuh data mengenai topik yang ada di dalam benak para eksekutif industri kesehatan. "Hal ini memberi Beryl sebuah tingkat kredibilitas yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, yang menghasilkan sebuah efek halo yang melampaui kapasitas kami".
2. Temukan passion (hasrat atau gairah) terbesar Anda
"Passion terbesar saya dalam bisnis adalah budaya perusahaan dan keterlibatan karyawan," ucap Paul. Menurutnya, dua hal itu adalah subjek yang paling dicari dan paling ingin dibicarakan oleh para CEO, terutama dalam bidang layanan kesehatan yang saat ini sedang mengalami transformasi budaya.
3.   Berbagi pengetahuan
"Ketika saya menghubungi seorang CEO tentang topik yang ia minati, saya akan mencari berita-berita paling mutakhir tentang topik itu dan menyerap berbagai informasi-informasi tambahan yang relevan. Saya sering mengirim hard copy sebuah artikel penting dengan catatan-catatan pendek tulisan tangan," ungkap Paul.  Sentuhan personal, menurutnya, masih merupakan alat yang ampuh untuk membangun hubungan kepercayaan.
4.   Meminta nasihat
Daripada menjual sesuatu kepada CEO, lebih baik jelaskan visi dan strategi perusahaan Anda, dan tanyakan kepadanya apakah Anda sudah di jalur yang benar. Seorang eksekutif top selalu lebih dari sekedar senang untuk memberi Anda feedback yang jujur. Dan pada saat itulah sebenarnya tanpa dia sadari mulai "membeli" untuk kesuksesan Anda.
"Sadarkah Anda ada yang kurang dari tips ini? Produknya. "Banyak "prospek" saya yang mungkin belum tahu apa yang sebenarnya dilakukan perusahaan saya. Tetapi, dalam prosesnya, saya cenderung sudah belajar tentang tantangan bisnis calon klien saya, sudah tahu apa yang dia mau, dan sudah mengembangkan kepercayaan dan kredibilitas".

Bila Anda mengikuti nasehat ini, ada kemungkinan teman baru Anda akan bertanya apakah Anda dapat membantunya. Bila tidak, setidaknya Anda telah mendapatkan kesempatan untuk menawarkan bantuan. Dan sekarang, bukan sekedar bekerja untuk perusahaan Anda dan memacu diri Anda lagi dan lagi, tapi Anda telah mendapatkan dukungan, dan membangun kesuksesan Anda dari atas.

"Saya percaya, Anda akan segera melihat pertumbuhan penjualan di luar hubungan yang telah Anda bangun, dan merasa bersyukur membantu menemukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh orang hebat yang baru saja Anda kenali," tegasnya. (LUK/IGW)


Sudahkah Anda Tahu Alasan Mengapa Pelanggan Anda Pindah Ke Lain Hati (Pesaing)?



Sudahkah Anda Tahu Alasan Mengapa Pelanggan Anda Pindah Ke Lain Hati (Pesaing)?

https://interactive.co.id/cart/images/blog/Sudahkah_Anda_Tahu_Alasan_Mengapa_Pelanggan_Anda_Pindah_Ke_Lain_Hati_%28Pesaing%29.jpg

Berlakunya kebijakan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) membuat pertumbuhan wirausaha di Indonesia semakin pesat dan bervariasi. Hal ini berakibat dengan ketatnya persaingan bisnis. Sehinggsa mau tidak mau menuntut para wirausaha untuk membuat sesuatu yang berbeda dari yang lain, karena saingan mereka tidak hanya datang dari dalam negeri saja, tetapi juga luar negeri, Malaysia, Singapura, dan sebagainya.

Bicara mengenai kompetisi dan memenangkan hati konsumen, menurut Coach Cynthia Wihardja dari ActionCOACH South Jakarta, ada 3 alasan yang perlu Anda Tahu mengenai alasan mengapa konsumen Anda pindah ke lain hati (pesaing). Yuk mari kita simak bersama-sama:
  1. 18% konsumen pindah karena faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol seperti pindah lokasi geografis (tempat tinggal), masa kebutuhan sudah selesai, dan lain-lain.
  2. 14% konsumen berhenti membeli karena faktor harga atau produk yang Anda tawarkan.
  3. 68% konsumen tidak lagi berbelanja kepada Anda karena mereka merasa Anda tidak peduli terhadap mereka.
Kabar baiknya, besarnya porsi faktor berpindahnya konsumen ke kompetitor Anda bisa ditanggulangi. Menurut Coach Cynthia, ada 3 hal yang perlu ditinjau seorang pengusaha untuk memberikan “Sense of WOW” guna meningkatkan loyalitas konsumen. 
Mari kita perhatikan dengan seksama:
1. Konsistensi
Proses customer service dari perusahaan tersebut perlu ditinjau kembali  apakah sudah menunjukkan konsistensi yang membekas di hati pelanggan atau belum. Jangan sampai, layanan atau produk yang Anda berikan berbeda-beda setiap pembelian. Hal ini akan mengakibatkan persepsi yang baik akan sangat sulit terbentuk. Ketidakpuasan konsumen pun akan semakin tinggi dan pada akhirnya tidak ada loyalitas konsumen yang terbentuk.
2. Kemudahan dalam membeli
Apakah produk atau jasa yang Anda tawarkan mudah untuk dibeli? Perhatikan proses pembelian pada usaha Anda, jangan sampai proses pembelian terlalu rumit  sehingga calon konsumen yang tadinya antusias untuk membeli malah akhirnya tidak jadi membeli. Pengalaman ini tentu saja bukan kesan awal yang baik bagi produk atau jasa yang Anda tawarkan.
3. Faktor WOW
Sudahkah produk atau jasa Anda memberikan faktor WOW kepada pelanggan? Atau mereka hanya sebatas puas terhadap produk dan layanan Anda? Anda patut waspada dengan kepuasan pelanggan. Apabila kepuasan itu hanya berhenti pada sekadar puas saja, tentu tidak mudah untuk mendorong pembelian kembali. Hal ini akan membuat Anda harus introspeksi lagi apakah produk atau jasa tersebut telah memiliki faktor WOW yang mendorong konsumen membeli lagi pada Anda atau tidak.
Ketiga faktor diatas erat kaitannya dengan strategi pemasaran. Seringkali, dengan banyak konsumen atau klien baru yang Anda dapatkan setiap bulannya namun tidak berbanding lurus dengan keuntungan yang didapatkan. Hal ini terjadi karena upaya meningkatkan konsumen dan mengelola konsumen yang telah direncanakAndan disusun tidak seimbang. Padahal, diperlukan upaya dan biaya yang lebih besar dalam strategi menarik konsumen baru dibandingkan dengan strategi mengelola konsumen setia (lama) yang sudah memiliki pengalaman baik dengan produk atau jasa dari Anda.
Nah sekarang coba Anda bayangkan, seberapa besar bisnis Anda sekarang jika semua klien tetap bersama dengan Anda? Setelah Anda memahami alasan-alasan diatas, saatnya mempraktekkan langsung kedalam bisnis Anda.
Semoga bermanfaat
Disadur dari actioncoachsouthjakarta.com 

Strategi Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan



Strategi Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan


Mengapa strategi meningkatkan produktivitas kerja karyawan sangatlah penting untuk Anda pikirkan?
Produktivitas karyawan adalah tumpuan utama dalam bisnis Anda. Tanpa karyawan yang produktif, bisnis Anda beresiko macet atau bahkan berhenti.
Bayangkan jika tim marketing yang harusnya melakukan penjualan tiba-tiba bolos selama berminggu-minggu. Tentu, omzet bisnis Anda akan menurun secara perlahan.
Atau, customer service Anda yang harusnya melayani pelanggan secara ramah, tiba-tiba bekerja setengah-setengah dan meluapkan amarah ketika menerima komplain dari pelanggan. Tentu citra perusahaan Anda akan turun di mata pelanggan.
Ingat: buruknya kinerja karyawan akan berpengaruh buruk terhadap roda bisnis yang Anda jalankan. Karena itulah, memacu semangat dan produktivitas karyawan menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan.
 1. Produktivitas Karyawan Berdasarkan Kehadiran
Ciri utama karyawan yang produktif dapat dilihat dari laporan kehadirannya. Jika terbebas dari bolos, otomatis karyawan tersebut berpeluang memiliki produktifitas kerja yang tinggi.
Sebaliknya, Anda berhak curiga  jika dalam 1 bulan karyawan Anda sering izin dengan berbagai macam alasan, lalu ditambah dengan bolos (tanpa keterangan) selama berhari-hari.
Waspadalah, karena laporan kehadiran seperti ini adalah salah satu tanda karyawan yang tidak produktif.
Mulailah bersikap tegas jika karyawan Anda sering izin dan bolos kerja tanpa alasan yang masuk akal.
 2. Produktivitas Karyawan Berdasarkan Kedisiplinan Menggunakan Jam Kerja
Laporan kehadiran yang terbebas dari izin atau bolos sebenarnya belum menjamin produktivitas karyawan secara penuh.
Anda juga harus melihat bagaimana kedisiplinan mereka dalam menggunakan jam kerja. Apakah mereka selalu datang ke kantor tepat waktu? Apakah mereka menggunakan jam istirahat secara bijak? Apakah mereka puang kerja pada waktu yang tepat?
Tiga pertanyaan tersebut juga harus Anda perhatikan.
Percuma saja karyawan Anda selalu hadir ke kantor, tapi setiap hari selalu terlambat dan pulang lebih cepat. Tentu hasil kerjanya patut dipertanyakan.
Kebiasaan karyawan yang tidak disiplin juga dapat berpengaruh buruk terhadap karyawan lainnya. Bisa jadi, karyawan lain ikut-ikutan tidak disiplin karena meniru kebiasaan buruk temannya.
Ujung-ujungnya, Anda sebagai bos yang harus menanggung kerugian akibat ulah karyawan seperti itu.
 3. Produktivitas Karyawan Berdasarkan Keseharian dalam Bekerja
Produktivitas karyawan dalam bekerja tidak hanya ditentukan oleh kehadiran dan kedisiplinan mereka dalam menggunakan jam kerja. Sekarang, lihatlah keseharian mereka dalam bekerja.
Apakah mereka terlihat semangat dalam bekerja? Apakah mereka terlihat antusias ketika Anda berikan proyek baru? Apakah rona wajah mereka selalu tersenyum, senang, dan bahagia ketika berhadapan dengan komputer-komputer di kantor?
Cobalah lebih empati terhadap keseharian karyawan Anda.
Mulailah waspada jika mereka lebih sering terlihat lesu, murung, banyak mengeluh, dan tidak semangat setiap kali bekerja. Ciri-ciri seperti ini menunjukkan rendahnya produktivitas karyawan.
Untuk itu, coba pahami mengapa karyawan Anda sering terlihat kurang semangat dalam bekerja. Jika hanya terjadi sesekali tidak masalah. Itu manusiawi.
Namun, jika karyawan Anda terus-terusan murung dan tidak semangat sejak pertama kali masuk kerja, sudah dipastikan ada yang tidak beres.
 4. Produktivitas Karyawan Berdasarkan Hasil Kerja
Ciri-ciri produktivitas karyawan yang keempat dapat dilihat dari performa atau hasil kerja yang mereka lakukan. Jika hasil kerja mereka dapat selesai tepat waktu dan menunjukkan performa yang baik, itu berarti karyawan Anda bekerja secara produktif.
Sebaliknya, jika hasil kerja karyawan Anda sering molor dan selalu di bawah standar, bisa jadi hal ini menunjukkan rendahnya produktivitas mereka.
Namun, akan sangat kurang bijak jika Anda menilai produktivitas karyawan berdasarkan hasil kerja mereka saja.
Sebab, performa kerja karyawan ditentukan oleh banyak hal. Ketika performa mereka buruk, bisa jadi bukan disebabkan oleh rendahnya produktivitas, namun karena alasan lain, seperti: minimnya keterampilan, tingginya tuntutan dan tekanan kerja, atau buruknya lingkungan kerja.
Untuk itu, Anda perlu memperhatikan 3 poin sebelumnya dalam menilai produktivitas karyawan Anda dalam bekerja.
Nah, dari keempat poin di atas, apakah Anda menemukan tanda-tanda karyawan yang tidak produktif di perusahaan Anda? Berapa kira-kira jumlah karyawan Anda yang tidak produktif? Apakah jumlah karyawan produktif Anda lebih sedikit daripada karyawan yang tidak produktif?
Sekali lagi, dengan terpaksa saya harus mengatakan: waspadalah!

Ingatlah, karyawan yang tidak produktif akan menghambat roda bisnis Anda secara perlahan. Sekarang juga mulai lakukan beberapa langkah strategis berikut untuk meningkatkan produktifitas karyawan Anda dalam bekerja.
 1. Strategi Regulasi
Produktivitas kerja karyawan ditentukan oleh bagaimana sistem regulasi yang dijalankan perusahaan. Ketika perusahaan memberlakukan peraturan yang terlalu ketat dan menekan, karyawan beresiko stress dan bekerja dengan setengah hati. 
Pada awalnya mereka memang produktif, namun hal itu bisa menjadi bumerang di kemudian hari.
Sebaliknya, ketika Anda terlalu longgar dalam menerapkan peraturan, hal ini bisa memicu karyawan Anda bertindak sewenang-wenang.
Untuk itu, buatlah peraturan secara tegas, namun tetap bijak dan manusiawi.
Sebelum menuntut karyawan bekerja secara produktif, analisis sistem regulasi yang Anda terapkan pada mereka. Apakah beban kerja yang Anda tanggungkan sebanding dengan rentang waktu dan besarnya gaji yang mereka dapatkan per bulan?
Analisis pula peraturan jam masuk dan jam pulang, ketentuan izin atau cuti, serta sanksi yang Anda terapkan jika ada karyawan yang melanggar.
Pastikan sistem regulasi yang Anda terapkan bersifat tegas, adil, dan tidak terlalu mengekang secara berlebihan. Untuk mengukur hal ini, coba Anda posisikan diri Anda sebagai karyawan yang harus mematuhi peraturan yang Anda buat.
Kira-kira, apakah Anda sanggup mematuhi peraturan tersebut sepenuh hati? Jika Anda sendiri tidak sanggup dan merasa keberatan, apalagi karyawan Anda!

2. Strategi Hubungan
Strategi hubungan berkaitan dengan poin ketiga tanda-tanda produktivitas yang telah kita bahas sebelumnya, yaitu produktivitas berdasarkan keseharian dalam bekerja.
Seperti yang telah dipaparkan pada poin ketiga, salah satu tanda karyawan yang produktif yaitu antusias dan penuh semangat dalam bekerja. Sebaliknya, ketika mereka lebih sering terlihat murung dan tidak semangat, bisa jadi hal ini adalah indikasi rendahnya produktivitas mereka.
Untuk itu, sebagai seorang pimpinan yang baik, Anda sangat disarankan untuk membangun komunikasi dan hubungan yang baik dengan semua karyawan. Jika perlu, miliki hubungan yang akrab dan saling memahami secara personal.
Dengan begitu, tingginya tekanan dalam bekerja akan terasa lebih ringan. Sebab, karyawan Anda tidak akan merasa sendirian. Dalam pikiran mereka selalu terngiang bahwa mereka.
 3. Strategi Pengawasan dan Monitoring
Setelah Anda memiliki strategi regulasi dan hubungan yang baik untuk semua karyawan, saatnya Anda juga miliki strategi pengawasan secara cermat.
Bagaimana Anda tahu karyawan Anda produktif atau tidak, jika Anda tidak memiliki strategi pengawasan dan monitoring yang tepat.
Pengawasan secara manual dengan memperhatikan kinerja karyawan sehari-hari masih tidak cukup untuk Anda lakukan.
Lagi pula, mengawasi karyawan satu per satu secara manual sudah pasti membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Sedangkan sebagai seorang pimpinan, Anda memiliki banyak kesibukan lainnya yang lebih penting untuk diprioritaskan.
Lalu, bagaimana solusinya?
Manfaatkan saja kecanggihan teknologi!
Saat ini terdapat teknologi canggih yang dapat membantu Anda melakukan pengawasan  kinerja karyawan secara real time dan dapat diakses secara jarak jauh.
  • Untuk monitoring kedisiplinan karyawan, Anda dapat memanfaatkan teknologi mesin absensi biometrik. Alat ini merekam laporan kehadiran karyawan melalui sensor wajah atau sidik jari, sehingga proses absensi tidak dapat diwakilkan pada orang lain. Dengan begitu, dapat mengurangi kecurangan karyawan yang gemar titip absen.
  • Untuk melakukan monitoring secara lebih cermat, pilihlah mesin absensi yang telah  terintegrasi software payroll. Dengan dilengkapi software tersebut, mesin absensi akan mendeteksi karyawan yang terlambat masuk, kelebihan waktu istirahat, ataupun ketika karyawan Anda terlalu cepat pulang kerja. Perhitungan waktu kerja ini akan secara otomatis menentukan besarnya gaji karyawan Anda. Sehingga, karyawan akan lebih terpacu untuk keluar masuk kantor secara tepat waktu.
  • Lalu, bagaimana untuk mengawasi kinerja karyawan yang bekerja di lapangan? Mungkin, bagi Anda yang memiliki banyak karyawan lapangan seperti marketing, teknisi support, atau kurir merasa kebingungan untuk memonitoring kinerja mereka secara real time. Itu masalah kecil. Anda hanya perlu menggunakan teknologi mesin absensi terbaru yang dapat melakukan pengawasan secara jarak jauh. Salah satu merk terkenal yang bisa Anda pilih yaitu InterActive Time Track. Dengan menggunakan alat ini, karyawan lapangan Anda bisa melakukan absensi dimana pun mereka berada. Mereka hanya perlu selfie (swa-foto) pada aplikasi time track yang dapat diinstall di Untuk memastikan karyawan Anda berada di lokasi yang tepat, Anda dapat menelusurinya melalui hasil foto dan fitur GPS yang terpasang pada aplikasi. Jadi, tidak perlu ada keraguan lagi untuk monitoring karyawan lapangan secara real time dan jarak jauh.
Nah, demikian strategi meningkatkan produktivitas karyawan yang dapat Anda terapkan sekarang juga. Dari beberapa langkah strategis di atas, Anda dapat menarik kesimpulan bahwa produktivitas karyawan itu dapat diciptakan. Tidak perlu mengeluh mengapa karyawan Anda tidak produktif. 
Coba telusuri penyebabnya, dan mulailah perubahan dengan melakukan satu per satu strategi di atas.