Senin, Maret 28, 2016

Merchandiser Display (MD)

Apa Itu Merchandiser Display (MD) dan Apa Saja Tugas Seorang MD

Latar Belakang Merchandiser Display (MD)

MD atau Merchandiser Display adalah salah satu bagian dari team promosi yang bertugas mendisplay atau memajang produk di etalase toko dengan baik.  Produk yang tertata rapi di etalase selain sedap dipandang mata juga akan meningkatkan penjualan jika produk ditata sedemikian rupa sehingga mudah dijangkau dan ditemukan oleh pembeli. Inilah yang melatar belakangi kenapa bagian merchandiser display(MD)  itu ada. Seringkali ketika pembeli pergi ke sebuah minimarket untuk membeli suatu produk tertentu tetapi ketika sampai disana, ia melihat pajangan produk lain yang tertata rapi maka bisa jadi keinginannya akan berubah. Tugas Merchandiser Display  tidak hanya bertugas di modern market tetapi juga di retail, di pasar-pasar tradisional akan kita lihat pajangan shampo, deterjen, pelembut pakaian yang tertata rapi. Itu juga hasil kerja Mercandiser Display. Selain itu tugas Merchandiser Display (MD) lainnya adalah memasang alat promosi produk seperti striker, spanduk, banner dan lain sebagainya sebagai bentuk promosi “di darat” untuk menunjang promosi produk yang telah dilakukan “di udara” lewat iklan di TV, radio atau internet.

Untuk lebih jelasnya berikut ini rincian tugas dan tanggung jawab Merchandiser display (MD) serta kualifikasi yang dibutuhkan bagi yang ingin bekerja di bidang ini:

Tugas dan tanggung jawab seorang Merchandiser Display (MD)

Memajang, mendisplay, merapikan dan menata produkMenjaga kebersihan produk yang dipajangMenjalankan semua progam promosi perusahaanMembantu menjaga stok produk dan memperlebar shelving di etalase toko modern market/tradisional marketMembuat hasil laporan yang ditentukan oleh perusahaanMenjalankan tugas kunjungan ke toko sesuai dengan rencana kerjaMemberikan informasi tentang produk baru

Sebagai bagian dari team promosi pabrik, MD walaupun kerja di distributor tetapi secara hirarki berada dibawah koordinasi  area supervisor Principal (pabrik). sedangkan secara pengajian biasanya dilewatkan agensi yang ditunjuk oleh perusahaan.

Demikian artikel sekilas tentang Merchandiser display, semoga memberikan gambaran yang lebih jelas bagi yang tertarik dengan profesi ini.

Implan Gigi

Serba-Serbi Implan Gigi

Implan gigi adalah akar gigi buatan yang ditanamkan ke dalam rahang untuk menggantikan gigi yang tanggal dan berperan sebagai pengganti akar gigi yang hilang serta menahan gigi pengganti.

Jenis-jenis implan gigi
Endosteal (di tulang): Ini adalah jenis implan gigi yang paling umum. Setiap implan menahan satu atau lebih gigi palsu. Implan ini  menggantikan akar satu atau lebih gigi yang hilang untuk mendukung mahkota, jembatan implan atau implan yang didukung gigi tiruan.

Implan jenis ini umumnya digunakan sebagai alternatif untuk pasien dengan jembatan atau gigi palsu yang dapat dilepas.

Subperiosteal (pada tulang): Implan ini ditempatkan di atas rahang dengan menempatkan kerangka logam menonjol melalui gusi untuk menahan prostesis. Implan subperiosteal  digunakan untuk pasien yang tidak mampu untuk memakai gigi palsu konvensional dan yang memiliki tinggi tulang minimal.

Kandidat implan gigi
Kandidat yang ideal untuk implan gigi adalah mereka yang memiliki kesehatan umum dan mulut yang baik, memiliki ukuran tulang rahang yang cukup dan tulang rahang yang cukup kuat untuk mendukung implan.

Kandidat juga tidak boleh memiliki kondisi yang dapat mengganggu penyembuhan seperti dibaetes tidak terkontrol, atau sedang menjalanj radiasi/kemoterapi  kanker.

Mereka yang membutuhkan implan gigi adalah giginya tanggal namun tetap  ingin memiliki penampilan dan kemampuan mengunyah yang baik.
Implan dapat menjadi solusi apabila yang bersangkutan tidak mungkin memakai gigi tiruan yang bisa dibuka-copot.

Abnormalitas rahang misalnya bagian rahang hilang akibat kecelakaan, penyakit, atau cacat lahir seringkali bisa direkonstruksi dengan menggunakan implan.

Prosedur Implan Gigi
Prosedur implan gigi memerlukan kerjasama antara Anda, dokter gigi dan periondontis. Periondotis dan dokter gigi akan berdiskusi dengan Anda mengenai di mana dan bagaimana implan akan ditempatkan. Semua itu bergantung pada kondisi spesifik dan tipe implan yang Anda pilih.

1. Mengganti satu gigi
Jika Anda kehilangan satu gigi, satu implan dan mahkota dapat menggantikannya.

2. Mengganti beberapa gigi
Jika Anda kehilangan beberapa gigi, jembatan implan pendukung dapat menggantikannya.

3. Mengganti semua gigi
Jika Anda kehilangan semua gigi,  jembatan  implan penuh atau gigi tiruan penuh dapat menggantikannya.

4. Sinus augmentasi
Kunci keberhasilan implan adalah kuantitas dan kualitas tulang di mana implan ditempatkan. Secara tradisional, rahang adalah salah satu daerah yang paling sulit untuk ditempatkan implan  karena jumlah tulang yang tidak mencukupi dan dekat dengan sinus. Sinus augmentasi dapat membantu memperbaiki masalah ini dengan menaikkan lantai sinus dan menambah materil tulang oada rahang sehing bisa untuk  menempatkan implan.

Modifikasi ridge
Cacat di rahang atas atau bawah dapat menyebabkan tulang rahang  tidak memadai untuk ditempati implan gigi. Untuk memperbaiki masalah ini, gusi dapat diangkat jauh dari punggungan untuk mengekspos cacat tulang,  kemudian diisi dengan tulang pengganti tulang untuk membangun punggungan. Modifikasi ini telah terbukti dapat meningkatkan peluang kesuksesan implan  yang dapat bertahan selama bertahun-tahun yang akan datang. (LT)

Ditinjau oleh: dr. Deffy Leksani Anggar Sari
@http://meetdoctor.com/

Training Need Assessment

Dari Sebuah Catatan Untuk Berbagi Dan Mencoba Dalam Mengetahui Suatu Arti Dan Makna Yang Di Cari Di Ilmu Pendidikan

Pengertian Dan Pentingnya Training Need Assessment

Pengertian Dan Pentingnya Training Need Assessment 

Training Needs Assessment (TNA) atau analisis kebutuhan pelatihan adalah suatu langkah yang dilakukan sebelum melakukan pelatihan dan merupakan bagian terpadu dalam merancang pelatihan untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang materi, alokasi waktu tiap materi, dan strategi pembelajaran yang sebaiknya diterapkan dalam penyelenggaraan pelatihan agar pelatihan bermanfaat bagi peserta pelatihan. Dari analisis ini akan diketahui pelatihan apa saja yang relevan bagi suatu organisasi pada saat ini dan juga di masa yang akan datang. Organisasi tidak dapat menentukan pelatihan begitu saja tanpa menganalisis dahulu kebutuhan dan tujuan apa yang ingin dicapai. Penilaian kebutuhan merupakan road map untuk mencapai tujuan organsasi.

Pentingnya Training Needs Assessment

Kebutuhan menurut Briggs (dalam AKD LAN 2005) adalah ketimpangan atau gap antara apa yang seharusnya dengan apa yang senyatanya. Gilley dan Eggland (AKD LAN, 2005 ) menyatakan bahwa kebutuhan adalah kesenjangan antara seperangkat kondisi yang ada pada saat sekarang ini dengan seperangkat kondisi yang diharapkan.

Kebutuhan pelatihan dapat diketahui sekiranya terjadi ketimpangan antara kondisi (pengetahuan, keahlian dan perilaku) yang senyatanya ada dengan tujuan yang diharapkan tercipta pada suatu organisasi. Kebutuhan pendidikan (education needs) atau kebutuhan pelatihan (training needs) adalah kesenjangan yang dapat diukur antara hasil yang ada sekarang dan hasil yang diinginkan atau dipersyaratkan. Tidak semua kesenjangan atau kebutuhan mempunyai tingkat kepentingan yang sama untuk segera dipenuhi. Maka antara kebutuhan yang dipilih dengan kepentingan untuk dipenuhi kadang terjadi masalah atau selected gap.

Analisis Kebutuhan Pelatihan menurut Rosset dan Arwady menyebutkan bahwa Training Needs Assessment (TNA) adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam analisis untuk memahami permasalahan kinerja atau permasalahan yang berkaitan dengan penerapan teknologi baru. 

Analisis kebutuhan pelatihan memegang peran penting dalam setiap program pelatihan, sebab dari analisis ini akan diketahui pelatihan apa saja yang relevan bagi suatu organisasi pada saat ini dan juga dimasa yang akan datang, yang berarti dalam tahap analisis kebutuhan pelatihan ini dapat diidentifikasi jenis pelatihan apa saja yang dibutuhkan oleh pegawai dalam pengemban kewajibannya.

Fungsi Training Need Assessment :

1. Mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge dan feeling pekerja.

2. Mengumpulkan informasi tentang job content dan job context.

3. Mendefinisikan kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yang operasional.

4. Melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan.

5. Memberi data untuk keperluan perencanaan.

Pendekatan Training Need Assessment

Ada beberapa pendekatan dalam melakukan TNA, diantara yang paling populer adalah :

1. Makro

TNA yang didasarkan kepada kebutuhan organisasi / perusahaan secara umum, sehingga hasil TNA-nya berlaku untuk semua orang yang ada di dalamnya. Maka dari itu, seringkali disebut Organization-Based Analysis. 

TNA Makro dapat menggunakan sumber data diantaranya :

a. Visi, misi, strategic objective dan target perusahaan.

b. Keadaan ekonomi dan finansial perusahaan.

c. Perubahan budaya.

d. Perubahan teknologi.

e. Tema perusahaan, seperti Pengurangan Biaya, Peningkatan Kualitas, dst.

2. Mikro.

TNA yang didasarkan kepada kebutuhan kelompok tertentu. 

Terdiri dari 2, yaitu :

a. Task-Based Analysis.

Fokus utamanya adalah apakah standar keterampilan yang dibutuhkan pada sebuah pekerjaan sudah dimiliki oleh si pemegang jabatan atau belum.

b. Person-Based Analysis.

Fokus utamanya adalah apakah karyawan sudah dapat melakukan pekerjaan sesuai tuntutan atau belum.

TNA Mikro dapat menggunakan sumber data diantaranya :

1. Job Description

2. Performance Standar 

3. Performance evaluation

4. Observasi kerja

5. Interview 

6. Kuesioner

7. Checklist

Baik Task-Based maupun Person-Based sama-sama memiliki acuan standar pekerjaan, sehingga saling melengkapi.

Tahap Training Needs Assessment

1. Analisis organisasi

Analisis organisasi menentukan di mana pelatihan dapat dilakukan dan di mana seharusnya dilakukan. Analisis ini memfokuskan pada organisasi secara keseluruhan mencakup analisis tujuan organisasi, sumber daya, iklim organisasi, serta analisis lingkungan eksternal dan internal organisasi. Analisis ini bertujuan memperoleh informasi tentang organisasi yang digunakan untuk menentukan tujuan pelatihan yang hendak dicapai. Sebagai tahap awal perlu adanya upaya mengkaitkan penilaian kebutuhan pelatihan dengan pencapaian tujuan organisasi. Dengan mengkaitkan hubungan tersebut, kebutuhan pelatihan akan dapat diidentifikasi. 

2. Analisis tugas

Analisis tugas mengidentifikasi pelatihan apa saja yang harus diberikan kepada karyawan terkait dengan pekerjaannya. Tujuan analisis ini adalah mengetahui tentang tugas yang harus dilakukan karyawan, penentuan standar kinerja untuk suatu pekerjaan, penentuan pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang diperlukan dalam suatu pekerjaan.

3. Analisis individu

Analisis individu mengidentifikasi siapa atau karyawan mana yang membutuhkan pelatihan dan pelatihan apa saja yang perlu diberikan. Untuk itu perlu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki tiap karyawan yang meliputi:

a. Penentuan metode pengukuran kemampuan 

b. Penyusunan instrumen pengukuran kemampuan 

c. Pengukuran kemampuan di lapangan 

d. Pengolahan hasil pengukuran kemampuan

e. Gambaran hasil pengukuran kemampuan 

Setelah dilakukan pengukuran kemampuan, maka akan diperoleh gambaran kemampuan karyawan saat ini. Adapun beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:

1) Survei

Survei merupakan metode yang sering digunakan untuk mengumpulkan data. Pertanyaan survei harus benar agar tidak terjadi interpretasi yang keliru dari responden. Keuntungan metode survei adalah dapat diterapkan pada populasi yang besar dan mudah dalam memperoleh feed back.

2) Observasi

Observasi sangat baik digunakan jika populasinya sangat besar dan kompleks. Observasi dilakukan oleh orang yang terlatih dalam teknik observasi dan mengenal proses yang diobservasi.

3) Wawancara individu

Wawancara individu biasanya digunakan bersamaan dengan survei tertulis, tetapi dapat juga dilakukan secara independen. Wawancara individu digunakan untuk mengetahui kevalidan data yang diperoleh saat survei. Keuntungan menggunakan wawancara adalah kesempatan untuk mengadakan interaksi secara langsung dengan karyawan dan merupakan cara paling efektif untuk mengumpulkan data yang lengkap.

4) Focus Groups

Dalam metode ini ada pembentukan kelompok yang melakukan brainstorming mengenai hal tertentu. Data yang diperoleh berupa data kualitatif. 

5) Performance Appraisal

Hasil studi menunjukkan bahwa laporan penilaian kinerja sangat berguna dalam menentukan kebutuhan pelatihan. Yang perlu diperhatikan jika menggunakan laporan kinerja adalah form penilaian harus terstruktur dan pimpinan harus terampil dalam proses penilaian kinerja.

4. Penentuan kesenjangan kemampuan 

Gambaran kemampuan karyawan yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui adanya kesenjangan antara standar dengan kondisi aktual saat ini.

5. Rekomendasi 

Setelah mengetahui bentuk kesenjangan yang ada dan faktor apa yang mempengaruhi, kemudian dapat ditentukan pelatihan apa yang perlu diberikan. Sehingga bisa merencanakan pelatihan dan pengembangan sebelum melaksanakannya.

Pelaksanaan Pelatihan dan Pengembangan

Setelah melakukan analisis serta perencanaan, maka tahap selanjutnya dari pelatihan dan pengembangan adalah melaksanakannya. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut.

Metode Pelatihan dan Pengembangan

Berdasarkan klasifikasi metode pelatihan dan pengembangan tersebut, rincian metode pelatihan dan pengembangan menjadi sebagai berikut :

On The Job

On the job adalah metode pelatihan yang dilaksanakan di tempat kerja yang sebenarnya dan dilakukan sambil bekerja. Kategori metode on the job terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Informal on the job

Dalam metode ini tidak tersedia pelatih secara khusus. Peserta pelatihan harus memperhatikan dan mencotoh pekerja lain yang sedang bekerja untuk kemudian melakukan pekerjaan tersebut sendiri.

2. Formal on the job

Peserta mempunyai pembimbing khusus. Pembimbing tersebut sambil melaksanakan tugasnya, diberi tugas tambahan untuk membimbing peserta pelatihan yang bekerja di tempat kerjanya.

Berikut beberapa manfaat on the job :

a. Karyawan melakukan pekerjaan yang sesungguhnya, bukan tugas yang disimulasikan.

b. Karyawan mendapat instruksi dari karyawan senior berpengalaman yang telah melaksanakan tugas dengan baik.

c. Pelatihan dilaksanakan di dalam lingkungan kerja yang sesungguhnya, dalam kondisi normal tanpa membutuhkan fasilitas pelatihan khusus.

d. Bersifat informal, tidak mahal, dan mudah dijadwalkan.

e. Dapat menciptakan hubungan kerja sama langsung antara karyawan dan pelatih.

f. Pelatihan sangat relevan dengan pekerjaan dan membantu memotivasi kinerja tinggi.

Adapun kelemahan on the job adalah :

a) Motivasi pelatih kurang untuk melatih, sehingga pelatihan jadi kurang serius.

b) Pelatih dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, namun kurang memiliki kemampuan melatih orang lain agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.

c) Pelatih kurang / tidak memiliki waktu untuk melatih dan kemudian menghapus elemen penting dalam proses pelatihan.

d) Karyawan yang tidak terlatih mungkin memiliki dampak negatif pada pekerjaan dan organisasional.

e) Efektif biaya.

Kemudian macam dari on the job adalah sebagai berikut:

1. Rotation of assignment / job rotation / planned progression / rotasi kerja

Tujuan rotasi kerja adalah memperluas latar belakang peserta dalam bisnis. Karyawan berpindah dalam periode tertentu.

Keuntungan menggunakan metode ini antara lain :

a. Memberi latar belakang umum tentang organisasi, dan memberi sudut pandang bersifat organisasional.

b. Mendorong kerja sama antar departemen.

c. Memperkenalkan sudut pandang yang segar secara periodik kepada berbagai unit.

d. Mendorong keluwesan organisasi melalui penciptaan sumber daya manusia yang fleksibel.

e. Mampu melaksanakan penilaian presentasi secara komparatif dengan lebih obyektif.

f. Memperoleh keunggulan dalam setiap situasi.

2. Coaching and counseling / bimbingan dan penyuluhan

Dilaksanakan dengan cara peserta harus mengerjakan tugas dengan dibimbing oleh pejabat senior atau ahli. Penyuluhan efektif bila latihannya diindividualisasikan dan peserta belajar melakukan pekerjaan langsung.

3. Apparenticeship / understudy / magang

Magang dilakukan dengan cara peserta mengikuti kegiatan/pekerjaan yang dilakukan oleh pemangku jabatan tertentu, untuk mempelajari bagaimana cara melakukan sesuatu kegiatan.

4. Demonstration and example / demonstrasi dan pemberian contoh

Pelatih harus memberi contoh/memperagakan cara melakukan pekerjaan/cara bekerja suatu alat/mesin. Sangat efektif karena peserta mendapat teori dan praktek secara langsung.

Off The Job

Off the job method adalah pelatihan yang dilaksanakan di tempat kerja terpisah/di luar tempat kerja dan di luar waktu regular:

1. Simulation (simulasi)

Dilakukan dengan cara menggunakan alat/mesin dalam kondisi lingkungan yang dibuat sama dengan sebenarnya. Simulasi mengacu pada materi yang berupaya menciptakan lingkungan pengambilan keputusan yang realistik bagi pelatih. Adapun macam dari metode simulasi adalah:

a. case study (studi kasus/telaah kasus)

Penyajian tertulis dan naratif serangkaian fakta dari permasalahan yang dinamis dan dipecahkan oleh peserta pelatihan. Pelatih yang menggunakan metode ini hendaknya tidak mendominasi diskusi, memberi kesempatan pada beberapa peserta pelatihan untuk mendominasi diskusi dan mengarahkan diskusi ke arah solusi yang disukainya.

Studi kasus dilakukan dengan cara peserta diminta untuk membahas masalah/kasus tertentu dalam organisasi. Pembahasan bisa tertulis ataupun lisan. Pembahasan kasus biasanya diambil dari kasus nyata.

Sasaran yang ingin dicapai ialah:

1) menemukan masalah dari suatu kasus.

2) memiliki kemampuan untuk memisahkan fakta yang penting dari yang tidak penting.

3) menganalisis pokok masalah dan menggunakan logika untuk menjembatani kesenjangan yang ada dalam fakta.

4) Menemukan berbagai cara untuk memecahkan masalah.

b. Role playing (bermain peran)

Tujuan pokok bermain peran adalah menaganalisis masalah antar pribadi dan memupuk keahlian hubungan manusia. Bermain peran lazim digunakan untuk mengasah kecakapan wawancara, negosiasi, konseling, pekerjaan, pendisplinan, penilaian kinerja, penjualan dan tugas pekerjaan lain yang melibatkan komunikasi antar pribadi. Peserta diharapkan memiliki pemahaman pada situasi tertentu dan kondisi tertentu pula, melalui pengalihan dan pengalaman.

Cara menggali pengalaman/pengetahuan yang dapat dicapai dengan metode studi kasus, yaitu :

a. Menguasai pengalaman/pengetahuan praktis.

b. Menguasai pengalaman/pengetahuan dengan cara meniru perilaku yang dikehendaki.

c. Menguasai pengalaman/pengetahuan dengan observasi dan umpan balik.

d. Menguasai pengalaman/pengetahuan melalui analisis dan konseptual.

c. Business game (permainan peran dalam bisnis)

Permainan dalam bisnis adalah bentuk latihan simulasi yang dilakukan dalam kelas. Pengorganisasian para pesertanya dilakukan dengan membagi peserta dalam tim yang bertugas secara kompetitif memecahkan masalah tertentu dari suatu organisasi tiruan. Dengan membandingkan kualitas keputusan pemecahan masalah dan kualitas diskusi yang berlangsung. Sasaran yang ingin dicapai dari metode ini adalah kemampuan untuk mengambil keputusan bersama atau keputusan yang integral.

d. Vestibule Training (pelatihan beranda)

Pelatihan beranda adalah metode pelatihan yang digunakan untuk menggambarkan pelatihan dalam sebuah ruang kelas bagi pekerjaan klerikal atau semi ahli. Metode ini tepat untuk keadaan dimana karyawan yang dilatih banyak (untuk jenis pekerjaan yang sama). Penekanan metode ini cenderung pada belajar dibandingkan dengan produksi. Pelatihan ini biasanya dipakai untuk melatih klerk, teller bank, operator mesin, juru ketik dan pekerja sejenis. Peserta bisa menggunakan alat/mesin yang digunakan di tempat kerjanya nanti dengan dibimbing oleh pelatih khusus.

Dengan metode ini, organisasi bisa menghindar dari kerugian karena terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh peserta. Peserta juga terhindar dari tekanan dan kebingungan dealam bekerja sehingga berkosentrasi pada materi, sehingga diharapkan organisasi dapat memperoleh tingkat kemahiran tertentu dengan lebih cepat.

e. Laboratory training (pelatihan dengan peralatan laboratorium)

Metode pelatihan dengan peralatan laboratorium dilaksanakan dengan cara peserta dibawa ke dalam situasi yang dapat menyaksikan, mearasakan dan mencoba sendiri tentang suatu keadaan/peran sehingga pelatihan dapat lebih mantap dan lebih berkesan.

2. Sensitivity Training (pelatihan sensitivitas)

Metode pelatihan sensitivitas adalah metode pelatihan untuk meningkatkan sensitivitas antar pribadi dengan menuntut diskusi yang terbuka dan jujur tentang perasaan, sikap dan perilaku peserta pelatihan. Pastisipasi dalam pelatihan ini didorong agar memberitahukan kepada peserta lainnya secara jujur bagaimana perilakunya di mata orang lain dan pearasaan orang lain terhadap perilakunya.

Tujuan pelatihan sensitivitas ialah :

a. Menjadi kompeten dalam hubungan pribadi seseorang.

b. Mempelajari lebih banyak tentang dirinya sebagai pribadi.

c. Mempelajari bagaimana orang lain bereaksi terhadap perilaku seseorang.

d. Mempelajari tentang dinamika formasi kelompok.

Sasaran pokok pelatihan dan pengembangan yang dilakukan adalah mengembangkan kesadaran dan kepekaan peserta terhadap pola tingkah laku pribadinya dan orang lain. Sasaran tersebut dapat dicapai melalui beberapa sasaran antara lain :

1) Peningkatan keterbukaan terhadap orang lain.

2) Perhatian yang lebih besar kepada orang lain.

3) Peningkatan toleransi atas perbedaan individual.

4) Pengurangan sikap prasangka yang bersifat etnik.

5) Pemahaman atas proses kelompok.

6) Peningkatan kemampuan mendengarkan pendapat orang lain.

7) Peningkatan kepercayaan dan pemberian dukungan kepada orang lain.

Dalam pelaksanaanya, metode ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:

a) T-grouping

Berisi tatacara pengorganisasian peserta pelatihan. Para peserta dibagi ke dalam kelompok kecil 8-12 orang untuk melakukan pertemuan terus-menerus secara tatap muka selama kurang lebih 2 minggu.

b) Exercises

Berisi teknik yang biasa digunakan dalam diskusi pada pertemuan yang dilakukan dalam T-group. Teknik tersebut antara lain :

1. In basket.

2. Panel discussion.

3. Business game.

4. Leaderless group.

5. Intergroup competitive exercises

6. Role playing.

7. Case study.

c) Theory session

Digunakan untuk menjelaskan secara teoritis dan konseptual apa yang terjadi selama kegiatan T-grouping dan exercise. Selama theory session kepada peserta dijelaskan konsep, prinsip dan teori perilaku manusia serta perilaku organisasi.

3. Outbond / widerness (pelatihan alam terbuka)

Metode pelatihan alam terbuka adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan program pengembangan manajemen dan eksekutif yang berlangsung di alam terbuka yang meliputi pendakian gunung, pelayaran, berkano, arung jeram, sepeda gunung, dan lain-lain. Tujuan pelatihan alam terbuka bukanlah pengembangan keahlian teknis namun lebih pada pengembangan dan pengasahan keahlian antar pribadi seperti : keyakinan diri, penghargaan diri, kerja tim, penetapan tujuan dan kepercayaan.

4. Presentation information (presentasi informasi)

Merupakan metode pengembangan yang berupa penyampaian informasi terkait hal-hal yang akan dikembangkan, adapun macam penyampaian yang digunakan dalah sebagai berikut:

a. Lecture (kuliah)

Kuliah adalah penyajian informasi secara lisan. Kuliah yaitu ceramah/pidato dari pelatih yang diucapkan secara ilmiah untuk tujuan pengajaran dan kuliah merupakan pelatihan yang paling umum. Bersifat teori dan dapat menampung peserta dalam jumlah yang besar.

b. Conference (konferensi/seminar)

Konferensi dilakukan secara kelompok, berisi diskusi yang diawasi oleh evaluator. Setelah diskusi selesai, evaluator menilai dan mengukur keseluruhan diskusi yang telah dilakukan perserta.

c. Transactional analysis (analisis transaksi)

Peserta dibimbing untuk menganalisis hubungan antar pribadi dan memahami tiga keadaan ego manusia, yaitu :

1) Ego orang tua

2) Ego anak

3) Ego orang dewasa

Keadaan ego orang tua cenderung mempertimbangkan, merendahkan dan menghukum, keadaan ego anak, ada yang berjiwa bebas, kreatif, dan spontan, sangat pemberontak/sangat penurut. Ego orang dewasa berkaitan dengan kenyataan yang sedang dihadapi, mendengar pikiran terbuka dan menyatakan opini secara singkat, aktif terlibat memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi, serta pengambilan keputusan rasional.

d. Video presentation (presentasi video)

Penyampaian informasi melalui video interaktif dengan tujuan agar yang bersangkutan dapat melihat kembali apa yang telah dilakukannya, untuk dijadikan bahan pelajaran/penyempurnaan.

e. Programmed instruction (instruksi terprogram)

Adalah presentasi informasi yang sudah menggunakan pola terprogram.

5. Kursus Formal

Metode off the job dengan cara karyawan mengikuti kursus di luar agar mampu menambah keahliannya. Metode ini tidak selalu berhasil karena tergantung dari karyawan itu sendiri.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Peatihan dan Pengembangan

Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, berikut tabel yang menjelaskan kelebihan dan kekurangan setiap metode pelatihan dan pengembangan.

Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan

Evaluasi pelatihan dan pengembangan secara khusus mencermati masalah yang terkait dengan aplikasi pembelajaran di tempat kerja, implementasi jangka panjang, biaya dan efektifitas pelatihan serta pengembangan yang diberikan (Rae, 2005). Oleh karena itu untuk pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia sendiri ada metode tertentu dalam mengevaluasi proses pelatihan dan pengembangan.

Metode Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan

Ada banyak metode evaluasi pelatihan dan pengembangan yang dikemukakan oleh para ahli, menurut Kirkpatrick (1994), mengemukakan beberapa alasan perlunya diadakan suatu evaluasi terhadap pelatihan, diantaranya adalah :

1. Mempertanggungjawabkan keberadaan bagian diklat dengan menunjukkan bagaimana bagian ini berkontribusi terhadap tujuan dan cita-cita organisasi.

2. Membuat keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan program pelatihan.

3. Mendapatkan informasi bagaimana mengembangkan program pelatihan selanjutnya.

Kirkpatrick juga mengatakan bahwa untuk melakukan evaluasi pelatihan teradapat empat tahap proses yang dikenal dengan The four level evaluation.

Tahapan itu merupakan serangkaian proses yang dinamis. Meskipun evaluasi pada tahap yang lebih tinggi akan memakan waktu yang lebih lama dan sulit, namun dapat memberikan informasi yang lebih lengkap tentang program pelatihan yang dievaluasi.

Empat tahap evaluasi pelatihan dan pengembangan itu adalah :

1. Reaction

Evaluasi ini dilakukan pada saat dan setelah menerima materi pelatihan, yakni evaluasi untuk mengukur minat dan reaksi peserta atas pelatihan.

2. Learning

Disebut juga evaluasi hasil belajar. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta setelah menerima pembahasan dari para pelatih setiap sesi pelatihan. Penilaian terhadap tingkat pemahaman ini sangat penting untuk mengetahui apakah peserta materi yang diberikan dalam pelatihan.

3. Behavior

Evaluasi ini dilakukan setelah pelatihan. Tujuannya untuk melihat bagaimana perilaku peserta setelah mengikuti pelatihan, langkah apa yang sudah dilakukan serta bagaimana sikap stakeholder terhadap hasil pelatihan.

4. Result

Merupakan evaluasi jangka panjang, yakni evaluasi mengenai kinerja lembaga yang terjadi akibat kinerja anggota organisasi yang mengikuti pelatihan. Evaluasi ini dapat dilakukan tiga sampai empat tahun setelah pelatihan.