Senin, Agustus 11, 2014

Kisah Ayah & Anak Menemukan ‘Surga’

Kisah Ayah & Anak Menemukan ‘Surga’

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yang sedang membaca koran…
anak : “Ayah, ayah,” kata sang anak.

“Ada apa Nak?” tanya sang ayah.

“Aku capek, sangat capek. Aku capek karena aku belajar mati-matian untuk mendapat nilai bagus, sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek. Aku mau menyontek saja! Aku capek. Sangat capek.

Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek.

Aku capke karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung. Aku juga ingin jajan terus! 

Aku capek, sangat capek, karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.

Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman- temanku, sedang mereka seenaknya saja bersikap kepadaku.

Aku capek ayah, aku capek menahan diri. Aku ingin seperti mereka yang terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah!” Begitu sedihnya, sehingga sang anak pun mulai menangis.

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata: ”Anakku, ayo ikut ayah. Ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu.” Lalu sang ayah menarik tangan sang anak, kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang.  Lalu sang anak pun mulai mengeluh ”Ayah  kita mau kemana sih?? Aku tidak suka jalan ini. Lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi serangga, berjalanpun susah karena ada banyak ilalang. Aku benci jalan ini ayah!” Sang ayah hanya terdiam. Mereka pun tetap berjalan terus. 

Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu - kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang.

“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? Aku suka! Aku suka sekali tempat ini!” Sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.

“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah,” ujar sang ayah. Si anak pun ikut duduk di samping ayahnya.

” Anakku, tahukah engkau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah?”

” Tidak tahu Ayah, memangnya kenapa?”

“Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu.”

” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya, Yah?”

”Nah, akhirnya kau mengerti”

”Mengerti apa? Aku tidak tahu apa yang harus dimengerti”

” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga dan akhirnya semuanya terbayarkan? Ada telaga yang sangat indah, seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa-apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku.”

” Tapi Ayah, bersabar itu tidak mudah. ”

”Ayah tahu. Oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada Ayah dan Ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi ingatlah anakku, kami tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri. Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri. Jadilah pribadi yang kuat, yang tetap tabah dan tawakkal karena kau tahu ada Tuhan di sampingmu. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang. Nah, kau tahu akhirnya kan?”

”Ya Ayah, aku tahu.. Aku akan mendapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti.  Terima kasih Ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar.” Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya..

Sahabat Family Guide, kita tidak tahu seberapa besar cobaan dan rintangan yang Tuhan berikan pada kita. Tapi sahabat mesti tahu, Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kekuataan hambanya. Teruslah berdo'a, tawakal dan pasrah akan kehendak-Nya karena semua telah dituliskan. Sekecil apapun amal ibadah yang kita lakukan akan dibalas beribu-ribu kali lipat, begitu juga sebaliknya. 
Jangan terlena oleh kehidupan duniawi yang semu ini, karena kita hanya hidup sementara saha dan akan kembali kepada-Nya.
Tuhan Maha Mengetahui atas segalanya. 
Kesabaran akan membuahkan hasil yang indah.
Ingat sahabat, Tuhan sangat menyukai orang-orang yang sabar. 

Semoga kita semua bisa menjadi orang-orang yang sabar dan mendapat cinta-Nya. 

Like n share

Kisah Ayah & Anak Menemukan ‘Surga’

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yang sedang membaca koran…
anak : “Ayah, ayah,” kata sang anak.
“Ada apa Nak?” tanya sang ayah.
“Aku capek, sangat capek. Aku capek karena aku belajar mati-matian untuk mendapat nilai bagus, sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek. Aku mau menyontek saja! Aku capek. Sangat capek.
Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek.
Aku capke karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung. Aku juga ingin jajan terus!
Aku capek, sangat capek, karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.
Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman- temanku, sedang mereka seenaknya saja bersikap kepadaku.
Aku capek ayah, aku capek menahan diri. Aku ingin seperti mereka yang terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah!” Begitu sedihnya, sehingga sang anak pun mulai menangis.
Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata: ”Anakku, ayo ikut ayah. Ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu.” Lalu sang ayah menarik tangan sang anak, kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang. Lalu sang anak pun mulai mengeluh ”Ayah kita mau kemana sih?? Aku tidak suka jalan ini. Lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi serangga, berjalanpun susah karena ada banyak ilalang. Aku benci jalan ini ayah!” Sang ayah hanya terdiam. Mereka pun tetap berjalan terus.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu - kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang.
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? Aku suka! Aku suka sekali tempat ini!” Sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah,” ujar sang ayah. Si anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah engkau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah?”
” Tidak tahu Ayah, memangnya kenapa?”
“Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu.”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya, Yah?”
”Nah, akhirnya kau mengerti”
”Mengerti apa? Aku tidak tahu apa yang harus dimengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga dan akhirnya semuanya terbayarkan? Ada telaga yang sangat indah, seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa-apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku.”
” Tapi Ayah, bersabar itu tidak mudah. ”
”Ayah tahu. Oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada Ayah dan Ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi ingatlah anakku, kami tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri. Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri. Jadilah pribadi yang kuat, yang tetap tabah dan tawakkal karena kau tahu ada Tuhan di sampingmu. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang. Nah, kau tahu akhirnya kan?”
”Ya Ayah, aku tahu.. Aku akan mendapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti. Terima kasih Ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar.” Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya..

Sahabat Family Guide, kita tidak tahu seberapa besar cobaan dan rintangan yang Tuhan berikan pada kita. Tapi sahabat mesti tahu, Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kekuataan hambanya. Teruslah berdo'a, tawakal dan pasrah akan kehendak-Nya karena semua telah dituliskan. Sekecil apapun amal ibadah yang kita lakukan akan dibalas beribu-ribu kali lipat, begitu juga sebaliknya.
Jangan terlena oleh kehidupan duniawi yang semu ini, karena kita hanya hidup sementara saha dan akan kembali kepada-Nya.
Tuhan Maha Mengetahui atas segalanya.
Kesabaran akan membuahkan hasil yang indah.
Ingat sahabat, Tuhan sangat menyukai orang-orang yang sabar.
Semoga kita semua bisa menjadi orang-orang yang sabar dan mendapat cinta-Nya....... 

@family guide, 11 agustus 2014

Kesehatan Tulang Itu Tidak Hanya Soal Asupan Kalsium

Kesehatan Tulang Itu Tidak Hanya Soal Asupan Kalsium

 Kesehatan Tulang Itu Tidak Hanya Soal Asupan Kalsium
net
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesehatan tulang tidak hanya soal asupan kalsium, tapi perlu pula asupan nutrisi lainnya yaitu Vitamin D, Magnesium, Seng, Tembaga dan juga Mangan.

"Masing-masing nutrisi ini memiliki peran untuk menjaga dan memelihara kesehatan tulang kita, seperti Vitamin D dan Magnesium yang membantu penyerapan Kalsium secara optimal oleh tubuh," kata dr. Cindiawaty Pudjiadi MARS. MS. SpGK saat peluncuran Caltrate, suplemen Kalsium tinggi dengan Vitamin D di Jakarta belum lama ini.

Sumber utama dari Vitamin D adalah sinar matahari,  sementara sumber tambahan dapat berasal dari minyak ikan, daging, telur dan sereal, sedangkan Magnesium banyak terdapat pada kacang-kacangan, sayur berdaun hijau, susu, yoghurt.

Kata dokter RS Medistra ini,  gaya hidup sekarang ini orang justru sering menghindari sinar matahari, apalagi wanita dengan alasan menjaga kecantikan.

"Akibatnya penyerapan kalsium oleh tubuh kurang maksimal, disinilah seringkali diperlukan suplemen tambahan untuk memastikan kecukupan nutrisi bagi kesehatan tulang," tuturnya.

Kementerian Kesehatan Indonesia memberikan panduan mendapatkan Vitamin D dengan berjemur 5-15 menit pada muka dan anggota badan 3 kali seminggu sebelum jam 10 pagi atau sesudah jam 4 sore.

"Tanpa Vitamin D hanya 10-15 persen kalsium yang terserap, sedangkan dengan Vitamin D penyerapan kalsium di usus menjadi 30-40 persen, ini dapat membantu menurunkan risiko panggul dan patah tulang lainnya, serta bagi orang tua menurunkan kejadian gigi copot," katanya.

Di Sini Tempat Operasi Katarak Gratis

Di Sini Tempat Operasi Katarak Gratis

Sabtu, 9 Agustus 2014 17:32 WIB
Di Sini Tempat Operasi Katarak Gratis
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Perawat mengecek kadar bola mata pada pasien katarak sebelum dioperasi di Rumah Sakit Tentara (RST), Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (14/2/2014). Sebanyak 97 pasien penderita katarak mengikuti operasi katarak gratis tersebut. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan) 
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai bagian dari kegiatan bakti sosialnya, rumah sakit mata swasta Jakarta Eye Center (JEC) @ Kedoya kembali mengadakan operasi katarak gratis, Sabtu (9/8/2014).
Sebanyak 44 pasien menjalani operasi tersebut. Ini merupakan operasi yang kedua kalinya untuk tahun ini. Pada operasi sebelumnya, JEC @ Kedoya telah mengoperasi sekitar 100 pasien katarak.
"Tahun ini kami menargetkan 400 pasien yang dioperasi untuk kegiatan bakti sosial," ujar Ketua Panitia Pelaksanaan Bakti Sosial dr. Ucok P. Pasaribu, SpM.
Ucok menambahkan pasien dioperasi dengan teknik veco, teknik termutakhir yang tidak menggunakan pisau melainkan laser dalam mengangkat katarak pada mata pasien. "Tidak ada perbedaan penanganan dengan pasien reguler kami," kata Ucok.
Di kesempatan yang sama, Direktur JEC @ Kedoya, dr. Darwan M. Purba, SpM., mengatakan rencananya kegiatan yang sama akan kembali digelar pada Oktober mendatang, bertepatan dengan World Sight Day. "Tidak hanya di Kedoya, kami juga akan keluar. Salah satunya menggelar operasi di Rangkasbitung," kata Darwan.
Ia menambahkan JEC juga mendorong para dokternya untuk menggelar operasi katarak gratis di kampung halamannya masing-masing. Untuk informasi soal pendaftaran operasi katarak gratis di gelombang sekanjutnya, silakan hubungi (021) 2922 1000 atau www.jec.co.id.

Hidup Orang Tak Seindah Media Sosialnya

Hidup Orang Tak Seindah Media Sosialnya


 
Oke, mari kita akui bersama-sama, pasti ada satu titik di mana kita ingin memiliki segalanya. Walaupun definisi ‘segalanya’ bagi tiap orang itu berbeda-beda, tapi yang jelas kita ingin memiliki banyak hal dalam hidup. 
Pertanyaannya adalah: apakah kita benar-benar ingin memiliki segalanya? Apakah kita memang membutuhkan segalanya?Kalu kita lihat dalam lingkup yang lebih sempit, sebagai perempuan, kita sering banget merasa iri ketika melihat bahwa ada perempuan lain yang kayaknya lebih segalanya dari pada kita. Kalau udah begini ujung-ujungnya biasanya kita akan membanding-bandingkan diri kita dengan mereka. 
 
Suatu hari sahabat saya, seorang ibu muda berusia awal 30, berkata dengan nada khawatir bahwa dia takut nggak bisa menjadi seorang ibu yang baik anaknya dan istri yang baik bagi suaminya. Dan saya memandangnya dengan bingung, nggak tahu dari mana semua hal ini berasal. Tiba-tiba pula. Ternyata dia habis membaca sebuah blog, yang ditulis oleh seorang perempuan seumur dia, sama-sama memiliki satu anak, dengan karir yang kelihatan berkilau di sebuah institusi besar, suami yang kelihatannya adorable, belum lagi dia itu kayaknya pintar banget. Tambahannya adalah, perempuan ini menulis blogpost mengenai rencana dan timetable yang amat sangat detail tentang jadwal Makanan Pendamping ASI buat anaknya. Nah, yang terakhir ini yang membuat teman saya tiba-tiba merasa dirinya nggak akan bisa menjadi ibu dan istri yang baik.Dia bilang bahwa, ‘Kok bisa ya, dia kayak superwoman? Karir sukses, anak dan suami juga keurus, masih bisa nge-blog lagi. Sampai bikin jadwal detail gitu untuk makanan anaknya.’Tapi pada saat itu saya berpikir, bisa nggak sih kita berhenti membandingkan diri kita dengan para perempuan lain di luar sana yang kita asumsikan ‘memiliki segalanya’? Mengapa kita terus menerus memberikan diri kita, dan satu sama lain, tekanan bahwa kita harus memiliki segalanya? Padahal ‘segalanya’ itu kan akan berbeda kalau dipandang dari perspektif yang berbeda. 
 
Dan nggak ada juga yang bilang bahwa kita semua harus menjadi superwoman—waktu kita lahir, nggak ada notes dari Tuhan yang bilang bahwa kita harus saling mengalahkan satu sama lain. Memang sih, era informasi yang nggak terbatas ini membuat kita gampang banget menemukan banyak banget perempuan yang sukses di segala bidang, dan menurut saya itu keren banget. Banyak artikel tentang para perempuan hebat ini yang membuat kita terinspirasi. Tapi di sisi lain, saya mengerti mengapa sahabat saya bisa mengalami rasa insecure hanya dengan membaca blog seseorang. 
 
Iya lah, semua informasi di blog tersebut menunjukkan bahwa si pemilik blog adalah orang yang sukses dalam karir DAN superpintar DAN punya suami sempurna DAN anak yang adorable DAN lagi sekolah master di luar negeri DAN menjelaskan semua tahap kehidupannya yang supersukses itu di dalam blog. Dan gimana caranya kita bisa tahu semua informasi ini dengan update? Yes, I blame you, social media. Dan blog juga. Dan internet. Padahal kenyataannya, realita hidup orang tersebut mungkin aja nggak seperti yang kita asumsikan. 
 
Oke, oke. Saya ngaku dosa. Saya sama buruknya dengan orang lain yang memberikan informasi tentang hidup saya di media sosial, dan secara sadar (atau kadang alam bawah sadar yang bekerja) hanya menampilkan yang memang ingin saya tampilkan. 
Bukan berarti saya nggak jadi diri sendiri juga, sih. Hanya saja saya nggak melulu seperti yang terlihat. My life is not all about sunshine and rainbow. Tapi kan orang lain nggak bisa melihat hal lain, karena itu adalah image yang saya tampilkan di depan orang banyak. Kegiatan yang kelihatan shiny, sibuk dan paling penting/keren sedunia. Dan ini adalah pointnya.Kita semua mampu untuk membentuk hidup kita sesuai dengan apa yang kita inginkan orang lain lihat dari kita—dan semua hal-hal buruk kita sembunyikan di sudut terdalam. Mungkin karena hal ini lah, banyak orang yang merasa bahwa hidup mereka selaluuuu aja kekurangan akan sesuatu hal. Material dan non-material. Padahal ya, nggak pas juga membandingkan kehidupan normal kita sehari-hari (yang kita tahu jelek dan bagusnya) dengan mereka yang menampilkan hal-hal yang kelihatan sempurna. Tanpa sadar kita menjadikan diri kita sendiri sebagai musuh yang paling buruk. 
 
Jadi, karena segalanya itu adalah hal yang relatif, menurut saya kita nggak butuh ‘segalanya’ dan ‘segalanya’ yang dimiliki oleh orang lain belum tentu seindah aslinya. Jalani hidup sesuai dengan bagaimana kita ingin menjalani hidup kita—bukan dengan standar orang lain.