Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit
menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan
sering menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina pada
tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit
ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita
58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%). Selanjutnya sejak saat itu penyakit
Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke seluruh tanah air Indonesia dan
mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan insidens rate mencapai 13,45 % per
100.000 penduduk.
Menurut Rimanews.com, berdasarkan data P2B2,
jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut Media
Indonesia.com, sepanjang 2011 sebanyak 2.141 orang terjangkit demam berdarah
dengue (DBD) di Jakarta. Virus penyakit mematikan itu mengancam masyarakat Ibu
Kota terutama di tengah cuaca yang tidak menentu sekarang ini. Jumlah penderita tersebut berdasarkan data
Dinas Kesehatan DKI sepanjang triwulan pertama 2011. Dengan perincian Januari
sebanyak 1.099 kasus, Februari sebanyak 802 kasus, dan Maret sebanyak 240
kasus.
Jadi untuk
menanggulangi masalah DBD/DHF maka kita perlu mengetahui informasi mengenai apa
sebenarnya DBD/DHF, bagaimana tanda dan gejala DBD/DHF, bagaimana
penatalaksanaannya, dan bagaimana cara mencegah penyebarannya.
Berikut
ini adalah informasi mengenai DBD/DHF yang tentunya akan berguna bagi pembaca
sekalian.
1. Apa itu DHF?
DHF
(Dengue Hemoragic Fever)
atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh
Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
( Aedes albopictus dan Aedes aegypti ). Dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam.
2. Bagaimana Tanda dan Gejala dari
DHF?
TANDA
DAN GEJALA
1. Demam
: Demam tinggi timbul mendadak, terus menerus, berlangsung dua sampai tujuh hari
turun secara cepat.
2. Perdarahan
: Perdarahan disini terjadi akibat berkurangnya trombosit (trombositopeni)
serta gangguan fungsi dari trombosit sendiri akibat metamorphosis trombosit.
Perdarahan dapat terjadi di semua organ yang berupa:
·
Uji tourniquet positif
·
Ptekie, purpura, echymosis dan perdarahan
konjungtiva
·
Epistaksis dan perdarahan gusi
·
Hematemesis, melena
·
Hematuri
3. Hepatomegali
(Pembesaran Hati):
·
Biasanya dijumpai pada awal penyakit
·
Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya
penyakit
·
Nyeri tekan pada daerah ulu hati
·
Tanpa diikuti dengan ikterus
·
Pembesaran ini diduga berkaitan dengan
strain serotipe virus dengue
4. Syok
: Yang dikenal dengan DSS , disebabkan oleh karena : Perdarahan dan kebocoran
plasma didaerah intravaskuler melalui kapiler yang rusak. Sedangkan tanda-tanda
syok adalah:
·
Kulit dingin, lembab terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki
·
Gelisah dan Sianosis di sekitar mulut
·
Nadi cepat, lemah , kecil sampai tidak teraba
·
Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun
sampai 80 mmHg atau kurang dari 80 mmHg)
·
Tekanan nadi menurun (sampai 20mmHg atau
kurang)
5. Gejala-gejala
lain :
·
Anoreksi ,mual muntah, sakit perut,
diare atau konstipasi serta kejang.
·
Penurunan kesadaran
3.
Bagaimana Penatalaksanaan DHF?
Penatalaksanaan
DHF dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1. Pemberian
makanan lunak .
2. Monitor
adanya tanda-tanda renjatan (nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba)
3. Monitor
tanda-tanda perdarahan lebih lanjut (perdarahan di gusi, bintik-bintik merah
dikulit)
4. Periksa
HB,HT, dan Trombosit setiap hari (dilakukan di laboratorium/di rumah sakit)
5. Pemberian
cairan yang cukup, diberikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam tinggi dan muntah.
Untuk itu penderita DHF perlu diberikan minum sebanyak mungkin (1 – 2 liter
dalam 24 jam).
4. Bagaimana Cara Mencegah
Penyebaran DHF?
Pencegahan penyakit DBD sangat
tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun
secara kimiawi yaitu:
1.
Lingkungan
Metode lingkungan untuk
mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN), pengelolaan sampah padat, modofikasi tempat perkembangbiakan nyamuk
hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
PSN pada dasarnya merupakan
pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak berkembang tidak dapat
berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan:
1. Menguras bak mandi dan
tempat-tempat panampungan air sekurang- kurangnya seminggu sekali,. Ini
dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur agar berkembang
menjadi nyamuk adalah 7-10 hari.
2. Menutup rapat tempat penampungan
air seperti tempayan, drum, dan tempat air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak
dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut.
3. Mengganti air pada vas bunga dan
tempat minum burung setidaknya seminggu
sekali.
4. Membersihkan pekarangan dan
halaman rumah dari barang-barang bekas terutama yang berpotensi menjadi tempat
berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah keleng, botol pecah, dan
ember plastik
5. Munutup lubang-lubang pada pohon
terutama pohon bambu dangan menggunakan tanah.
6. Membersihkan air yang tergenang
di atap rumah serta membersihkan salurannya kembali jika salurannya tersumbat
oleh sampah-sampah dari daun.
2. Biologis
Pengendalian
secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan
hewan atau tumbuhan. Seperti memelihara ikan cupang pada kolam.
3. Kimiawi
Pengendalian
secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk serta
jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara
lain dengan:
v Pengasapan/fogging
dengan menggunakanmal athion danf enthion yang berguna untuk mengurangi
kemungkinan penularan aides aegypti sampai batas tertentu.
v Memberikan
bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air,
vas bunga, kolam dan lain-lain.
Semoga informasi ini berguna bagi
anda semua.
Sumber Informasi:
Guyton, Arthur
C.
2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Ismanoe,
Gatoet. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam jilid III, ed. V. Jakarta:Interna
Publishing.