Selasa, Maret 22, 2016

Osteoporosis vs Osteopenia

Osteoporosis vs Osteopenia

Meski identik dengan mereka yang berusia lanjut, Anda yang masih tergolong berusia muda pun dapat mengalami osteoporosis tanpa Anda sadari. Kondisi penurunan kualitas dan kepadatan massa tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan meningkatkan risiko patah tulang ini tidak pernah terjadi dalam waktu singkat dan langsung dapat terdeteksi. Tulang secara bertahap kehilangan massanya tanpa menimbulkan gejala apa-apa hingga patah tulang terjadi.

Sejak dini, berbagai gaya hidup yang sehat dan baik bagi tulang harus mulai dipraktekkan. Beberapa kondisi yang dapat merugikan ketahanan tulang dalam jangka waktu panjang meliputi:
1. Tidak minum susu
2. Terlalu banyak mengonsumsi kafein maupun alkohol
3. Tidak mengonsumsi produk hewani sama sekali
4. Memiliki berat badan di bawah angka normal dan ideal
5. Adanya kondisi Anorexia nervosa (penyakit kejiwaan yang mempengaruhi pola makan dengan dampak penurunan berat badan yang drastis dan membahayakan nyawa)
6. Adanya kondisi radang usus atau saluran cerna
7. Kekurangan asupan kalsium atau vitamin D
8. Memiliki intensitas aktivitas yang berlebihan atau malah sangat kurang beraktivitas
9. Penderita Celiac (jenis penyakit genetik, di mana tubuh mengalami kerusakan pada permukaan usus sehingga penyerapan nutrisi vitamin D tidak maksimal) akan memiliki risiko terkena osteoporosis lebih tinggi.
10. Memiliki riwayat keluarga yang mengalami patah tulang/retak
11. Berkurangnya hormon testosteron (bagi laki-laki) dan berkurangnya hormon esterogen (bagi wanita)
12. Terjadinya ketidakseimbangan hormon. Beberapa hormon, seperti hormon paratiroid dan hormon pertumbuhan, berperan penting dalam pengaturan penggunaan kalsium oleh tulang. Ketika jenis hormon paratiroid berlebihan ada di dalam tubuh, kalsium justru akan terbuang melalui urin.
13. Adanya kadar tiroid yang tinggi.
14. Adanya kebiasaan merokok. Efek racun dari nikotin yang menempel pada sel-sel tulang lama-kelamaan akan menghalangi kemampuan tubuh untuk menggunakan estrogen, kalsium, dan vitamin D.
15. Adanya konsumsi obat-obatan tertentu, seperti konsumsi obat untuk pengobatan asma, reumatoid artritis, psoriasis dan kolitis.
Sementara itu, osteopenia merupakan kondisi kepadatan tulang yang lebih rendah daripada kepadatan tulang normal pada umumnya, namun belum tergolong ke dalam kategori osteoporosis.
Osteopenia membuat Anda berisiko besar mengalami osteoporosis seiring dengan berjalannya waktu.

Osteopenia dapat terjadi akibat pertambahan usia dan terjadinya penipisan tulang karena sel-sel tulang yang secara cepat diserap kembali oleh tubuh, lebih cepat dari pembentukan tulang baru. Akibatnya, tulang pun kehilangan mineral, massa dan strukturnya, membuat tulang semakin lemah dan berisiko retak. Biasanya, massa tulang mulai menurun saat seseorang memasuki usia 30 tahun. Di usia inilah kepadatan tulang perlu mulai diperhatikan dan dijaga baik-baik.

Wanita berisiko lebih tinggi mengalami osteopenia dan osteoporosis daripada para pria karena adanya kepadatan tulang yang lebih rendah dan dipercepat oleh perubahan hormon menjelang menopause. Selain itu, adanya kondisi kelainan pola makan, masalah metabolisme, kekurangan vitamin, kemoterapi yang dijalani karena adanya proses penyembuhan penyakit, konsumsi steroid dan paparan radiasi dapat membuat risiko menderita osteopenia semakin besar selain karena faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat.

Osteopenia, tidak seperti osteoporosis, tidak memiliki gejala yang jelas terlihat dan akan terjadi tanpa dapat disadari oleh orang yang mengalaminya. Tes kepadatan tulang perlu dilakukan menggunakan DXA atau dual-energy X-ray absorptiometry. (PA)

Ditinjau oleh: dr. Nina Amelia Gunawan
@http://meetdoctor.com/