MATERI 5
TEKNOLOGI KINERJA
TEKNOLOGI KINERJA
A. DEFINISI UMUM TEKNOLOGI
Dalam mengkaji berbagai definisi Teknologi Pendidikan dan Teknologi
Kinerja, terlebih dahulu diawali dengan konsep teknologi. Secara umum,
teknologi diartikan sebagai mesin yang bisa mencakup proses, sistem, manajemen,
dan mekanisme pantauan, baik manusia itu sendiri atau bukan (Finn, 1960).
Sedangkan menurut Simon. 1983, ”Teknologi sebagai disiplin rasional, dirancang
untuk meyakinkan manusia akan keahliannya menghadapi alam fisik atau lingkungan
melalui penerapan hukum atau aturan yang telah ditentukan. Sementara menurut
itu Heinich, Molenda dan Russel, 1993: ”Teknologi merupakan penerapan
pengetahuan yang ilmiah, dan tertata .... teknologi sebagai suatu proses atau
cara berpikir bukan hanya produk seperti komputer, satelit dan sebagainya.”[1]
Dari ketiga versi konsep teknologi,
dapat disimpulkan bahwa konsep teknologi terkait dengan sifat rasional dan
ilmiah, walaupun mengacu pada penggunaan mesin-mesin dan perangkat keras namun
dalam penerapannya mengutamakan proses yang memerlukan keahlian dan teknik
khusus.
B. SIFAT TEKNOLOGI
Menurut Sumitro Djojohadikusumo,
teknologi maju yaitu upaya peningkatan kemampuan nasional di bidang penelitian
dan teknologi terkait dengan sumber energi, mineral, nuklir dan beberapa aspek
pokok di bidang teknologi angkasa luar. Menurutnya, teknologi adaptif adalah
teknologi yang bersumber pada penelitian dan perngembangan di negara maju, harus
digarap dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Sedangkan teknologi
protektif, yaitu teknologi yang dipersiapkan untuk memelihara, melindungi, dan
mengamankan lingkungan hidup bagi masa depan.
Quraish Shihab berpandapat bahwa
dalam perpanjangan fungsi organ manusia, teknologi diciptakan untuk membantu
manusia dalam menyelesaikan pekerjaan. Teknologi dapat mengambil alih tugas
manusia sekaligus dapat menjadi seteru manusia itu sendiri. Teknologi
diciptakan berdasarkan temuan teknologi sebelumnya atau memperbaiki dan
meningkatkan mutu teknologi yang sudah ada.
Menurut Robert Heinich, teknologi
dapat ditiru, diulang atau diperbanyak serta diandalkan karena melalui
serangkaian ujicoba. Teknologi mudah digunakan dan dilaksanakan untuk mengatasi
masalah, selain berdampak baik maupun buruk dalam penyebarluasannya.
Berdasarkan sifat-sifat teknologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, dapat digaris bawahi bahwa teknologi tak bisa lepas dari peradaban manusia dengan sifatnya yang selalu berkembang diberbagai bidang, seperti halnya dalam bidang pendidikan dan kinerja manusia. Teknologi dapat membantu mengatasi masalah dan menggantikan tugas-tugasnya, meskipun dalam penyebarluasannya teknologi tersebut berdampak baik maupun buruk. Namun itu semua tergantung pada kebijakan kita sebagai penggunanya.[2]
Berdasarkan sifat-sifat teknologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, dapat digaris bawahi bahwa teknologi tak bisa lepas dari peradaban manusia dengan sifatnya yang selalu berkembang diberbagai bidang, seperti halnya dalam bidang pendidikan dan kinerja manusia. Teknologi dapat membantu mengatasi masalah dan menggantikan tugas-tugasnya, meskipun dalam penyebarluasannya teknologi tersebut berdampak baik maupun buruk. Namun itu semua tergantung pada kebijakan kita sebagai penggunanya.[2]
C. BERBAGAI DEFINISI TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan
teknologi pendidikan ? Pada awalnya pengertian teknologi pendidikan adalah
sarana yang mendukung dalam kegiatan belajar mengajar seperti computer,
overhead projector, tv, video tape recorder, dll.
Kemudian sesuai dengan perkembangan
jaman ada beberapa pendapat dengan apa yang dimaksud dengan teknologi
pendidikan. Definisi Teknologi Pembelajaran Menurut Commission on Instruction
Technology (CIT) 1970, “Teknologi Pendidikan merupakan usaha sistematik dalam
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar untuk
suatu tujuan khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar
dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan
manusia agar belajar dapat berlangsung efektif.”
Penjelasan mengenai definisi
teknologi pembelajaran di sini lebih fokus kepada penciptaan alat perlu mengajar
dan alat bantu mengajar.
Selanjutnya menurut Silber 1970,"Teknologi
Pendidikan adalah pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi,
dukungan-pasokan, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran (pesan, orang,
bahan, peralatan, teknik dan latar) serta pengelolaan usaha pengembangan
(organisasi dan personal) secara sistematik, dengan tujuan untuk memecahkan
masalah belajar”. Berdasarkan difinisi Silber, ada dua hal yang dikembangkan
yaitu strategi pembelajaran dan material atau alat bantu pembelajaran.
Selain Silber, MacKenzie dan Eraut
1971 berpendapat bahwa Teknologi Pendidikan merupakan pembelajaran sistematik
mengenai cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai.” Menurutnya
pembelajaran merupakan suatu proses yang memiliki langkah-langkah yang perlu
dicapai secara teratur sehinggan suatu konsep mudah dipahami untuk mencapai
tujuan pendidikan.[3]
Pada tahun 1972, AECT (Association
for Educational Communications and Technology) mendefisikan bahwa Teknologi
Pendidikan adalah suatu bidang/ disiplin yang berkepentingan menfasilitasi
belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam: identifikasi,
pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar
serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut.
Kemudian pada tahun 1977, AECT
mengemukakan Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi
meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis
masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah
dalam segala aspek belajar pada manusia.
Dalam definisi ini, AECT berusaha
mengidentifikasi sebagai suatu teori, bidang dan profesi. Definisi sebelumnya,
kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan teknologi pendidikan sebagai suatu
teori.
Definisi AECT 1994 adalah,
“Teknologi Pendidikan adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk
belajar.”
Meski dirumuskan dalam kalimat yang
lebih sederhana, definisi ini sesungguhnya mengandung makna yang dalam.
Definisi ini berupaya semakin memperkokoh teknologi pendidikan sebagai suatu
bidang dan profesi, yang tentunya perlu didukung oleh landasan teori dan
praktik yang kokoh. Definisi ini juga berusaha menyempurnakan wilayah atau
kawasan bidang kegiatan dari teknologi pembelajaran. Di samping itu, definisi
ini berusaha menekankan pentingnya proses disamping produk.
Perbedaan definisi 1977 dan 1994:
1. Proses
evolusi teknologi pendidikan dari suatu pergerakan menjadi bidang garapan dan
profesi, dimana th 1977 menekankan pada peran praktisi, lalu 1994 menekankan
bidang teknologi pendidikan sebagai bidang garapan sekaligus terapan.
2. Pengembangan bidang garapan
dilaksanakan melalui kajian teori serta penelitian.
3. Menurut definisi ini proses sama
pentingnya dengan produk.
4. Definisi ini erat kaitannya
dengan efektifitas dan efisiensi
Pada rumusan AECT, 2004, teknologi
pendidikan adalah studi dan praktik etik dalam upaya memfasilitasi pembelajaran
dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan/ memanfaatkan,
dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Tujuan utamanya
jelas, dalam hal ini masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran agar efektif,
efisien dan menarik dan untuk meningkatkan kinerja.[4]
D. DEFINISI-DEFINISI TEKNOLOGI
KINERJA
Seperti diuraikan sebelumnya bahwa
teknologi merambah ke berbagai bidang termasuk pendidikan dan kinerja. Berikut
dipaparkan beberapa definisi mengenai teknologi kinerja.
Teknologi kinerja sering disebut dengan istilah HPT (Human Performance Technology)
yang disimpulkan oleh Stolovich dan Keeps ; “Human performance Technology can be viewed as a field of endeavor that serves to bring about changes to a system, and in such a way that the system is improved in terms of achievements it values.” Teknologi kinerja dapat di pandang sebagai suatu bidang garapan yang memfasilitasi peningkatan sistem dan peningkatan nilai kinerja seseorang.
Teknologi kinerja sering disebut dengan istilah HPT (Human Performance Technology)
yang disimpulkan oleh Stolovich dan Keeps ; “Human performance Technology can be viewed as a field of endeavor that serves to bring about changes to a system, and in such a way that the system is improved in terms of achievements it values.” Teknologi kinerja dapat di pandang sebagai suatu bidang garapan yang memfasilitasi peningkatan sistem dan peningkatan nilai kinerja seseorang.
Stolovich & Keeps berpendapat
bahwa teknologi kinerja merupakan praktek sebagai hasil evolusi dari
pengalaman, refleksi, perumusan konsep para praktisi teknlogi pendidikan untuk
meningkatkan mutu kinerja seseorang. Mereka juga mengungkapkn beberapa sifat
kinerja diantaranya sistemik dan sistematis. Teknologi kinerja didasari
teori-teori pengetahuan masa kini dengan bukti-bukti empiris yang masuk akal.
Teknologi kinerja terbuka untuk semua pengertian, artinya tidak terbatas dari
sumber dari sumber dan teknologi yang ada. Menurut mereka teknologi kinerja
juga difokuskan kepada sistem nilai berdasarkan kinerja seseorang. Teknologi
kinerja ini juga relevan terhadap organisasi karena mengikuti pandangan sistem
dari suatu organisasi.
Kedua pakar tersebut mendefinisikan
teknologi kinerja sebagai suatu terapan atau praktek sebagai hasil evolusi dari
pengalaman, refleksi, dan perumusan konsep para praktisi teknologi pendidikan
untuk meningkatkan mutu kinerja seseorang di tempat ia bekerja. Mereka juga
mengungkapkan sifat teknologi kinerja diantaranya adalah sistemik dan
sistematis; serta fungsi teknologi kinerja sebagai suatu lembaga.
Mereka juga memandang bahwa
teknologi pendidikan merupakan bagian dari teknologi kinerja. Teknologi
pendidikan berperan sebagai perumus konsep untuk pengaplikasian dalam
meningkatkan mutu kinerja seseorang. Teknologi pendidikan membuat rencana
bagaimana agar seseorang dapat “belajar” efektif sehingga kinerjanya meningkat.
Sedangkan untuk teknologi kinerja sendiri dianggap sebagai praktek atau
pengaplikasian konsep yang dibuat oleh para praktisi teknologi pendidikan.
Lebih lanjut Stolovich & Keeps
mengungkapkan bahwa salah satu sifat teknologi kinerja yaitu sistematis, yang
artinya berurutan. Mulai dari mendiagnosa masalah secara sistematis dan
menyeluruh. Kemudian menyimpulkan inti penyebab masalah. Lalu merekomendasi,
merancang, melaksanakan dan mengevaluasi serta memonitor pelaksanaan intervensi
atau solusi. Bentuk solusi yang diungkapkan oleh Stolovich & Keeps bersifat
instruksional dan lebih mengarah kepada pelatihan untuk meningkatkan
produktivitas organisasi. Misalnya saja dengan mengganti anggota lama yang
sudah tidak produktif dengan anggota baru yang kinerjanya baik serta produktif.
Dalam proses belajarnya Teknologi
Kinerja tidak hanya berfokus pada behaviour tetapi dia lebih memfokuskan pada
kinerja yang baik sebagai tujuannya.
Main in Piskurich dalam pendapatnya
mengatakan bahwa ada keterkaitan antara teknologi kinerja dengan bidang lain,
seperti sistem informasi. Ia juga membandingkan teknologi kinerja dengan
teknologi pendidikan, dimana menurutnya teknologi kinerja mempertimbangkan
pencapaian keberhasilan bekerja dan organisasi, sedangkan teknologi pendidikan sendiri
menekankan peningkatan kemampuan dan keahlian.
Bentuk-bentuk intervensi yng
dijabarkan oleh Main antara lain dalam bentuk informasi, feedback system,
ergonomic dan pengembangan organisasi. Dalam prosesnya Main lebih menekankan
kepada penggunaan Instructional Technology (IT) untuk meningkatkan kualitas
kinerja dan sebagai intervensi atas problem kinerja yang dihadapi. Main
menyarankan juga untuk memilihdan menggunakan IT yang tepat untuk mendukung
kinerjanya. Oleh krena itu Main juga menyarankan agar kita belajar untuk
menggunakan IT tersebut.
Berdasarkan beberapa pandangan
mengenai konsep teknologi kinerja tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi
kinerja berkaitan dengan proses belajar tanpa henti yang ada pada diri
seseorang dalam menghadapi perubahan-perubahan dan perkembangan sistem yang
semakin maju dalam rangka senantiasa meningkatkan prestasi dan kualitas.
Teknologi kinerja merupakan tanggung jawab semua sistem terkait dalam suatu
lembaga, organisasi maupun perusahaan.
E. PERBANDINGAN TEKNOLOGI
INSTRUKSIONAL DAN HPT
Mengingat adanya intervensi antara
teknologi pendidikan dalam hal disain intsruksional dengan teknologi kinerja,
maka berikut ini dipaparkan perbandingan kedua hal tersebut. Fakta bahwa kemajuan
teknologi membuat kebutuhan akan program pelatihan dan perancang program
pelatihan terus berlanjut dan meningkat. Semua jenis pelatihan harus didisain
menggunakan prinsip-prinsip disain pelatihan . Memiliki fondasi atau landasan
yang kuat dalam disain pelatihan merupakan awal yang baik. Berikut ini adalah
perbandingan Teknologi Pendidikan dengan Teknologi Kinerja dari pendapat Dewi.
S.P dalam Panduan Kuliah Teknologi Pendidikan UNJ, 2007:[5]
Teknologi
Pendidikan:
1.
Berpusat pada pengetahuan dan ketidaksempurnaan keahlian
2.
Berpusat pada pekerjaan, tugas dan kewajiban
3.
Berasumsi sebab utama adalah pengetahuan dan perbedaan kemampuan
4. Secara
normal tidak mempertimbangkan faktor kunci
5. Bekerja
dalam komunitas desain instruksional
6. Membutuhkan
dasar-dasar proyek kemampuan manajemen
7. Disain
Instruksional adalah tujuan akhir
8.
Normalnya, tertutup dalam training department
9.
Filosofisnya berkembang tetap dan tidak mudah berubah.
Teknologi Kinerja:
1.
Berpusat pada pekerja dan prestasi/pencapaian organisasi
2. Masalah
sistem dan sistematik merupakan tema utama
3. Masalah
kinerja merupakan hasil dari berbagai penyebab
4.
Menjamin dukungan dari misi , visi organisasi dan tujuan bisnis
5.
Membutuhkan jaringan (kerjasama) dengan para ahli dari disiplin ilmu yang
berbeda dan khusus.
6.
Membutuhkan proyek peningkatan kemampuan manajemen
7. Membutuhkan
belajar berkelanjutan
8.
Berpartner dengan para klien
9.
Filosofis meluas dan berkembang secara konstan.
Berdasarkan perbandingan kedua
bidang garapan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sasaran dari keduanya berbeda.
Pada teknologi pendidikan sasarannya adalah siswa, sedangkan pada teknologi
kinerja adalah pekerja. Namun kedua sasaran tersebut mempunyai kegiatan yang
sama yaitu belajar. Pembelajaran adalah istilah yang digunakan untuk perubahan
tingkah laku pada teknologi pendidikan, sedangkan pelatihan merupakan kegiatan
pada teknologi kinerja. Walaupun demikian tujuannya sama yaitu agar terjadi
perubahan tingkah laku yang positif untuk mencapai suatu prestasi sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Begitu juga dalam hal pengelolaan, meski pada
teknologi pendidikan membutuhkan kemampuan dasar, sedangkan pada teknologi
kinerja membutuhkan kemampuan pengelolaan lanjut, namun keduanya tetap memerlukan
penanganan yang serius dalam mengatasi masalah-masalah kinerjanya. Berkaitan
dengan perbandingan filosofi, keduanya memiliki filosofi yang senantiasa
berkembang seiring perkembangan teknologi dan informasi dunia.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan definisi Teknologi
Pendidikan menurut AECT 2004, terdapat keterkaitan antara teknologi pendidikan
dan teknologi kinerja. Keduanya merupakan bidang garapan yang berupaya
memecahkan masalah belajar dan pembelajaran untuk tujuan kinerja yang lebih
berkualitas, baik dalam persekolahan maupun organisasi, dalam pembelajaran
maupun pelatihan, selain tujuan efektifitas dan efisiensi.
REFERENSI:
http://www. staffsite.gunadarma.ac.id/widyo. Dikunjungi 10 Juni 2016
http://www. staffsite.gunadarma.ac.id/widyo. Dikunjungi 10 Juni 2016
http://www
tpers.net/wp.content/uploads. dikunjungi 10 Juni 2016
Miarso,
Yusufhadi, 2007. “Menyemai Benih Teknologi Pendidikan”, Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Prawiradilaga,
Dewi Salma. Prinsip Desain
Pembelajaran : Instructional Design Principles. Jakarta : Kencana, 2007.
Seels,
Barbara B and Rita C.R. Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya. Unit
Penerbitan UNJ. 1994
MATERI 6
KAJIAN TEKNOLOGI KINERJA
Pendahuluan
Sebagai awal dari pembahasan Teknologi Kinerja sebagai suatu intervensi Instruksional, terlebih dahulu mari kita perhatikan kembali beberapa definisi dari Teknologi Kinerja menurut beberapa pakar.
Menurut Stolovich & Keeps Teknologi Kinerja merupakan proses untuk meningkatkan kinerja baik perseorangan maupun organisasi dilaksanakan dengan menganalisa masalah-masalah kinerja kemudian membuat solusi terhadap masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut menurutnya, Teknologi kinerja penting diperkenalkan untuk memberi arti sebagai penerapan dimana seseorang memasuki dunia kerja. [6]
Sebagai awal dari pembahasan Teknologi Kinerja sebagai suatu intervensi Instruksional, terlebih dahulu mari kita perhatikan kembali beberapa definisi dari Teknologi Kinerja menurut beberapa pakar.
Menurut Stolovich & Keeps Teknologi Kinerja merupakan proses untuk meningkatkan kinerja baik perseorangan maupun organisasi dilaksanakan dengan menganalisa masalah-masalah kinerja kemudian membuat solusi terhadap masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut menurutnya, Teknologi kinerja penting diperkenalkan untuk memberi arti sebagai penerapan dimana seseorang memasuki dunia kerja. [6]
Selanjutnya
menurut Nickols, kinerja adalah hasil dari tingkah laku. Tingkah laku adalah
aktivitas individu dimana hasil dari tingkah laku adalah bagaimana cara
lingkungan individu tersebut membentuk sesuatu yang berbeda sebagai hasil dari
tingkah laku seseorang. Dalam hal ini perubahan tingkah laku itu sendiri
merupakan hasil dari proses pembelajaran.
“Human Performance Technology is the systematic and systemic identification and removal of barriers to individual and organizational behavior” (Roger Chevalier, Performance in Practice, Summer 1998). Dari definisi ini secara umum teknologi kinerja adalah identifikasi dan pemecahan masalah prilaku yang terjadi dalam individu dan organisasi.[7]
“Human Performance Technology is the systematic and systemic identification and removal of barriers to individual and organizational behavior” (Roger Chevalier, Performance in Practice, Summer 1998). Dari definisi ini secara umum teknologi kinerja adalah identifikasi dan pemecahan masalah prilaku yang terjadi dalam individu dan organisasi.[7]
Gilbert
(1974) , menyamakan kinerja dengan prestasi-prestasi yang dicapai. Sementara
Ryle (1949) yang menggunakan istilah prestasi (achievement), dimana dia
menggunakannya untuk melihat efek-efek prilaku yang berkaitan pada makna
kinerja (performance). Akibatnya, prestasi itu dinilai oleh sistem,
prestasi-prestasi- ini yang terkait dengan Teknologi Kinerja. Istilah ini
sering digunakan dalam mengarahkan pada prosedur-prosedur penerapan yang
berasal dari penelitian ilmiah dan pegalaman para pelaksana dalam memecahkan
beberapa masalah di lapangan (Clark dan Sugrue, 1990; Hawkridge, 1976;
Stolovitch dan LaRocque, 1983).
Teknologi Kinerja adalah salah satu dari berbagai keturunan teori sistem umum, yang digunakan oleh beberapa organisasi. Sistem dianggap sebagai “ sebuah sekelompok kompleks manusia dan mesin dimana dari keseluruhannya terdapat tujuan yang sama.” (Checkland, 1972, p. 91).
Menurut Ainsworth (1979, p. 5), “ sebuah landasan dasar dari HPT adalah sebuah hasil yang signifikan- menemukan dengan benar, tujuan-tujuan kinerja yang berguna dan menyatakannya dalam istilah yang mudah dipahami.” Interversi-interversi yang tepat dirancang untuk merubah, dan ini diawasi dan dimodifikasi sampai sistem itu mencapai standar kinerja yang diharapkan.
Teknologi Kinerja juga membawa sejumlah asumsi dan atribut. Hal ini dinyatakan oleh Geis (1986). Berikut ini adalah poin-poin pentingnya:
Teknologi Kinerja adalah salah satu dari berbagai keturunan teori sistem umum, yang digunakan oleh beberapa organisasi. Sistem dianggap sebagai “ sebuah sekelompok kompleks manusia dan mesin dimana dari keseluruhannya terdapat tujuan yang sama.” (Checkland, 1972, p. 91).
Menurut Ainsworth (1979, p. 5), “ sebuah landasan dasar dari HPT adalah sebuah hasil yang signifikan- menemukan dengan benar, tujuan-tujuan kinerja yang berguna dan menyatakannya dalam istilah yang mudah dipahami.” Interversi-interversi yang tepat dirancang untuk merubah, dan ini diawasi dan dimodifikasi sampai sistem itu mencapai standar kinerja yang diharapkan.
Teknologi Kinerja juga membawa sejumlah asumsi dan atribut. Hal ini dinyatakan oleh Geis (1986). Berikut ini adalah poin-poin pentingnya:
a.
Teknologi kinerja manusia sah menurut hukum dan sering diprediksi dan diawasi.
b. Ilmu
tentang prilaku manusia sangat terbatas, oleh karena itu Teknologi kinerja
harus bergantung pada pengalaman dan penelitian para ilmuwan.
c.
Teknologi Kinerja berasal dari beberapa penelitian yang dilakukan pada saat
menghasilkannya.
d.
Teknologi Kinerja adalah hasil dari sejumlah sumber ilmu: cybernetika tingkah
laku, psikologi, ilmu komunikasi, ilmu infomasi, ilmu sistem, ilmu managemen,
dan yang akhir-akhirnya sedang marak yaitu ilmu kognitif.
e.
Teknologi Kinerja tidak diakui pada beberapa sistem pengiriman tidak juga
dibatasi pada golongan tertentu dan area tertentu. Ini dapat digunakan pada
setiap kinerja manusia, tapi biasanya lebih banyak digunakan dalam suatu
organisasi dan dunia kerja.
f.
Teknologi Kinerja bersifat empiris. Ini mebutuhkan sebuah pembuktian sebagai
hasil dari analisa dan usaha-usaha intervensi.
g.
Teknologi Kinerja bersifat mengembangkan. Berdasarkan prinsip-prinsip dasarnya,
namun demikian ini memperbolehkan sejumlah ruang untuk inovasi dan kreatifitas.
h.
Walaupun teknologi kinerja tidak memiliki pondasi teoritis tentang dirinya
namun -teori- dan -pengalaman- yang memandunya dibentuk oleh data-data empiris
yang terakumulasi sebagai hasil praktek yang telah didokumentasikan secara
sistematis. Dalam beberapa cara, Teknologi Kinerja membagi atribut-atributnya
dengan bidang lainnya misalnya managemen, pengembangan organisasi, kesehatan,
dan psikiater. [8]
Dari
keseluruhan definisi yang dipaparkan diatas dapat kita simpulkan bahwa
teknologi kinerja merupakan suatu aktivitas, bidang garapan yang menangani
pemecahan masalah kinerja agar mempunyai perubahan tingkah laku dalam hal
kecakapannya yang dilakukan dalam suatu organisasi. Definisi-definisi tersebut
akan mendukung penjelasan dari adanya intervensi instruksional dalam teknologi
kinerja.
Teknologi
kinerja tepat bila digunakan untuk organisasi, karena teknologi kinerja
menggunakan pandangan sistem tentang organisasi sehingga tekin menghubungkan
kegiatan dan intervensi dari semua elemen organisasi yang berpengaruh pada
kinerja. Oleh karena itu seleksi, pelatihan, umpan balik, insentif, dan desain
organisasi akan dijadikan satu dalam praktek kinerja.
Sifat-Sifat Teknologi Kinerja dan Kaitannya
dengan Instruksional
Teknologi
kinerja bersifat sistematik dan sistemis. Pembahasannya adalah sebagai berikut:
[9]
a. Sistematik
Teknologi kinerja adalah suatu
pengaturan, keras, dan dilaksanakan dalam cara-cara yang metodik. Cara-cara itu
ada dari ijin para praktisi untuk mengidentifikasikan celah kinerja (masalah
dan kesempatan). Penggolongan ini berdasarkan pengukuran dan langkah-langkah yang
terlihat, menganalisis masalah, memilih intervensi-intervensi yang pantas,
memakainya dalam suatu cara yang diawasi dan diterima.
b. Sistemik
Teknologi Kinerja memahami
pengenalan celah-celah kinerja seseorang sebagai elemen sebuah system yang mana
membalik keterkaitan elemen dengan sistem yang lainnya. Teknologi kinerja dapat
menolak atau menerima sebab-sebab yang nyata dan solusi, juga tanpa memeriksa
segi-segi lainnya dari sistem-sistem. Kinerja adalah melihat sebagai
hasil-hasil dari jumlah yang dapat mempengaruhi faktor tak tetap yaitu pilihan,
pelatihan, umpan balik, sumber penghasilan dan pengaturan yang mendukung. Dari
semuanya yang mana harus dianalisa sebelum tepat biaya intervensi yang efektif
dan efisien adalah dipilih dan disebarkan.
c. Terbuka untuk semua makna, metode,
dan media
Teknologi kinerja tidak terbatas dan
kumpulan dari sumber penghasilan atau teknologi yang dapat dipakai. Teknologi
adalah sesuatu yang dengan tetapnya untuk mencari cara yang paling efektif dan
efisien untuk memperoleh hasil-hasil pada biaya yang paling sedikit.
Ringkasnya,
dalam pelaksanaanya teknologi kinerja harus mengikuti urutan atau prosedur yang
berlaku. Urutan tersebut dimulai dari mendiagnosa permasalahan kinerja,
kemudian menyimpulkan inti penyebab menurunnya kinerja, kemudian
merekomendasikan, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi serta memonitor
pelaksanaan intervensi atau solusi. Selain itu teknologi kinerja berdasar pada
teori ilmiah dan bukti empiris, tekin terbuka untuk ide-ide baru dan metode yang
potensial. Bagaimanapun bukti organisasi yang bersistem akan membantu pelaksanaan
teknologi kinerja.
Berdasarkan
sifat-sifatnya yang sistemik dan sistematis tersebut serta dalam pelaksanaannya
yang prosedural dari mulai menganalisis penyebab kelemahan kinerja,
merencanakan program pemecahan masalah, merancang dan melaksanakan program
serta mengevaluasi sebagai umpan balik yang diharapkan akan menghasilkan suatu
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik, Teknologi Kinerja mempunyai
kaitan yang erat dengan instruksional. Instruksional memiliki makna
pembelajaran yang kurang lebihnya sama dengan pelatihan dalam hal perubahan
tingkah laku dari segi kecakapannya. Walaupun secara konteks berbeda,
Instruksional dalam pendidikan dan training (pelatihan) dalam Teknologi kinerja
mempunyai kesamaan tujuan yaitu kegiatan pemecahan masalah belajar pada
individu-individu.
PELATIHAN PEMBELAJARAN
Dari
luar ke dalam, dilakukan oleh orang lain, memiliki asumsi stabilitas relatif
Dari dalam ke luar, berupaya melakukannya untuk diri sendiri, memiliki asumsi
perubahan berkelanjutan
Fokus pada ilmu pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan pencapaian kinerja pekerjaan Fokus pada nilai, sikap, inovasi, dan hasil.
Fokus pada ilmu pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan pencapaian kinerja pekerjaan Fokus pada nilai, sikap, inovasi, dan hasil.
Tepat
untuk meningkatkan kompetensi dasar Membantu organisasi dan individu belajar
bagaimana untuk belajar dan menciptakan solusi sendiri
Menekankan
pada peningkatan Menekankan pada terobosan (metanoia. Tidak penting jika dihubungkan dengan
misi dan strategi perusahaan
Langsung
meresap dengan visi dan perolehan akan kesuksesan perusahaan
Pengalaman pembelajaran terstruktur dengan fokus jangka pendek Formal dan informal, berorientasi masa depan jangka panjang, inisiatif pembelajar sendiri
Pengalaman pembelajaran terstruktur dengan fokus jangka pendek Formal dan informal, berorientasi masa depan jangka panjang, inisiatif pembelajar sendiri
Jika
kita perhatikan perbandingan pada tabel di atas , dari segi pelaku pelatihan, fokus
tujuan akhir , hubungan dengan visi dan misi organisasi maupun fokus jangka
waktu, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa keduanya ada kesamaan dalam hal
perubahan tingkah laku sebagi hasil dari suatu perlakuan.[10]
Teknologi Kinerja sebagai Suatu Intervensi
Instruksional.
Sebagai
intervensi Instruksional, teknologi kinerja memang tepat jika diimplementasikan
dalam Instruksional atau pembelajaran. Hal ini diperkuat dari beberapa definisi
para pakar Teknologi kinerja sebagaimana yang telah dibahas pada bagian
sebelumnya.
Kata
intervensi secara harfiah adalah campur tangan atau keterlibatan. Intervensi
yang dimaksud dalam hal ini, yaitu intervensi intsruksional. Para praktisi
mengemukakan dua kategori intervensi yakni intervensi instruksional dan intervensi
non instruksional. Intervensi-intervensi yang diberikan tersebut diharapkan
mampu membantu seseorang guna mencapai level tertinggi kinerja nya.
Intervensi-inervensi yang diberikan dapat berupa training peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan, peningkatan motivasi, pengaturan
ulang/mengubah lingkungan kerja, dan lain lain. Semuanya di desain guna
membantu memecahkan masalah-masalah kinerja sehingga seseorang dapat
meningkatkan kinerja nya. Seringkali intervensi dianggap sebagai suatu ‘solusi’,
walaupun sulit menentukan apakah masalalah-masalah kinerja tersebut
‘terselesaikan’ sebelum intervensi dikembangkan.
Romizowski
menggambarkan keterkaitan ilmu perilaku, teknologi pendidikan, dan teknologi
kinerja serta perilaku sumber daya manusia dalam suatu skema keilmuan. Ia
mengungkapkan, bahwa pada dasarnya ke-empat bidang tersebut memiliki persamaan
yakni sebagai suatu proses ‘proses belajar’ hanya saja teknologi kinerja lebih
menekankan pada proses belajar guna meningkatkan kinerja sehingga mencapai
keberhasilan bekerja. Pada prinsipnya Instruksional adalah mencapai hasil yang
efektif dan efisien yang memiliki korelasi positif terhadap Teknologi Kinerja.[11]
Teknologi
Kinerja sebagai suatu intervensi instruksional ditinjau dari kandungan materi
pada definisi-definisinya dan sifat-sifatnya yang sudah dipaparkan pada bahasan
di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
•
Teknologi kinerja bersifat sistematis. Hal ini terorganisir, kaku, dan
diterapkan dalam sebuah tingkah laku metodikal. Prosedur- prosedur yang ada
yang mendorong para praktisi untuk mengidentifikasikan perbedaan dalam kinerja
baik masalah maupun peluangnya lalu mengkarakteristikannya secara terukur,
mengawasi, menganalisa, menyeleksi intervensi yang sesuai, dan menerapkannya
dalam sebuah sistem yang terkontrol dan terkendali.
•
Teknologi Kinerja bersifat sistemik yang nampak dengan adanya perbedaan kinerja
manusia sebagai elemen-elemen sistem seperti seleksi, pelatihan, feedback,
sumber daya, pendukung manajemen , insentif, dan campur tangan /intervensi);
semuanya itu harus dianalisis dengan tepat dan intervensi-intervensi hemat biaya
diseleksi dan disebarkan.
•
Teknologi Kinerja Manusia secara ilmiah didasarkan pada teori yang ada dan
fakta-fakta yang empiris yang berasal dari penelitian ilmiah dengan bukti
tersimpan. Teknologi kinerja sangat terbuka pada ide-ide baru dan metode-metode
atau intervensi-intervensi yang bermakna. Hal ini tidak terbatas pada susunan
sumber-sumber atau teknologi yang ada. Namun sebaliknya teknologi kinerja manusia
berusaha mencari cara yang paling efektif dan efisisen untuk mencapai hasil
yang paling maksimal.
•
Teknologi kinerja bertendensi pada perolehan prestasi-prestasi yang bernilai
berupa “kinerja yang layak” di tempat dia bekerja.(Gilbert, 1978).
• Terakhir,
Teknologi kinerja merupakan pendekatan teknik untuk mencapai prestasi-prestasi
yang ingin dicapai oleh manusia. Tugas para teknolog adalah mengambil sebuah
sistem dalam gap kinerja manusia, menganalisa gap dan sistem tersebut secara
sistematis, dan merancang intervensi yang efektif dan efisien yang berdasarkan
pada analisa data, ilmu-ilmu ilmiah, dan data-data panduan, agar dapat menutup
gap yang terjadi.
RFEERENSI
1. Buku Bacaan Teknologi Kinerja ( kumpulan bahan bacaan dari berbagai sumber )
2.
http://www. staffsite.gunadarma.ac.id/widyo. Dikunjungi 16 juni 2016
3.
http://www tpers.net/wp-content/uploads/2007/10/tekkin-tugas-3.rtf dikunjungi 16 juni 2016
4.
http://www tpers.net/wp.content/uploads/2008. dikunjungi 16 juni 2016
5.
http://tpers.net/?p=262 . dikunjungi 16 juni 2016
6.
Piskurich, George M, Peter Becksichi, and Brandon Hall (Eds.2000), ASTD,
Handbook of Design and Delivery .McGraw-Hill- New York
7.
Prawiradilaga, Dewi Salma. Prinsip Disain Pembelajaran : Instructional Design
Principles. Jakarta : Kencana, 2007.
MATERI 7
TEKNOLOGI KINERJA DAN PROSES BELAJAR
Pendahuluan
Lingkungan
kita mengalami perubahan yang terus-menerus dan bersifat fundamental. Perubahan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan memerlukan pola berpikir
dan bertindak. Personel yang dibutuhkan dalam dunia kerja di era yang serba
canggih inipun bukannya tenaga yang banyak dan murah seperti yang selama ini
dianggap membawa keuntungan yang kompetitif. Kini yang dibutuhkan adalah
personel yang well educated, well trained dan well informed. Merekapun tidak
menjadi statis ketika terjun ke dunia kerja. Respon terhadap perubahan
lingkungan kembali menjadi aktivitas yang tiada henti-hentinya.
Meski
telah dipaparkan pada tugas pertama dan kedua, essay yang membahas mengenai
Teknologi Kinerja dan Proses Belajar ini akan diawali dengan konsep apa itu
Teknologi Kinerja atau Human Performance Technology (HPT). Alasan penulis
adalah untuk mengarahkan segala sesuatu yang membahas mengenai HPT harus
berangkat dari konsep tentang HPT itu sendiri. Dengan demikian kita akan
mengetahui apa pengertian HPT serta komponen-komponen yang ada di dalamnya.
Tulisan ini berisi paparan mengenai belajar dan pembelajaran dan kaitannya
dengan teknologi kinerja (HPT) serta belajar dan persepsi belajar dalam
organisasi belajar.
Sebagaimana
yang disimpulkan oleh Stolovich dan Keeps ; “Human performance Technology can
be viewed as a field of endeavor that serves to bring about changes to a
system, and in such a way that the system is improved in terms of achievements
it values.” Teknologi kinerja dapat di pandang sebagai suatu bidang garapan
yang memfasilitasi peningkatan sistem dan peningkatan nilai kinerja seseorang.[12]
Berdasarkan
pengertian HPT tersebut jelaslah bahwa seseorang akan memiliki peningkatan
kinerja melalui proses belajar. Proses Belajar yang terjadi dalam hal ini
adalah proses belajar pada orang dewasa di dalam suatu organisasi belajar.
Lebih jauh lagi seperti telah dibahas pada essay sebelumnya, HPT dipandang
sebagai suatu intervensi instruksional dimana terdapat pula proses belajar di
dalamnya.
Romizowski
memperjelas hal ini dengan menggambarkan adanya keterkaitan ilmu perilaku,
teknologi pendidikan, teknologi kinerja dalam suatu skema keilmuan. Ia
mengungkapkan, bahwa pada dasarnya bidang-bidang tersebut memiliki persamaan
yakni sebagai suatu proses ‘proses belajar’ hanya saja teknologi kinerja lebih
menekankan pada proses belajar guna meningkatkan kinerja sehingga mencapai
keberhasilan bekerja.
Proses Belajar dalam Organisasi
Belajar
Masalah
belajar itu dialami oleh siapa saja sepanjang hidupnya (long live education)
dan ini terjadi dimanapun ia berada: di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di
tempat ibadah dan di masyarakat, termasuk pada organisasi belajar, dengan cara
apa saja, dari apa dan oleh siapa saja. Dalam bagian ini dibahas mengenai
organisasi belajar.
Organisasi
belajar merupakan organisasi yang memfasilitasikan pembelajaran bagi anggotanya
dan mentrans-formasikannya secara sadar dalam konteks organisasi. (Pedler dan
Dixon, 2001).
Suatu
organisasi yang belajar secara kolektif, bersemangat dan terus menerus sehingga
me-miliki pengetahuan yang lebih baik untuk men-capai keberhasilan perusahaan.
(Michael Marquardt, 2001) [13]
Organisasi belajar itu perlu untuk:
1.
Menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
yang bergulir secara cepat.
2.
Memenuhi kebutuhan organisasi terhadap tenaga kerja terdidik.
3.
Mencapai tujuan melalui pemberdayaan semua komponen dalam organisasi dan
perbaikan kualitas kinerja.
Menurut
Peter Senge dalam ”The fifth Discipline” (1990) organisasi belajar memiliki
ciri-ciri: penguasaan pribadi (personal mastery), model mental (mental model),
visi bersama (shared vision), pembelajaran tim (team learning), pemikiran
sistem (system thinking).
Marquardt
dalam Yusufhadi Miarso (2007 : 191) mendefinisikan organisasi belajar sebagai
organisasi yang belajar bersama dengan sungguh-sungguh dan senantiasa mentransformasikan
diri dengan mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan pengetahuan untuk
keberhasilan usaha. Ia memberdayakan orang-orang baik di dalam maupun di luar
organisasi belajar sambil bekerja. [14]
Serangkaian
dimensi dan karakteristik penting yang menandai organisasi belajar menurut
Marquardt meliputi:
·
Belajar
dilakukan oleh organisasi secara menyeluruh, seolah-oleh organisasi itu
memiliki satu otak;
·
Belajar
berlangsung terus- menerus dan terintegrasi dengan pekerjaan;
·
Kemampuan
berfikir sistem sangat fundamental;
·
Tersedianya
sumber data dan informasi yang diperlukan untuk keberhasilan informasi;
·
Berkembangnya
budaya kelembagaan yang mendukung, menghargai, dan memicu belajar perorangan
dan kelompok;
·
Kegiatan
dilandaskan pada aspirasi, refleksi, dan konseptualisasi bersama;
·
Mempunyai
kemampuan untuk senantiasa menyesuaikan diri, memperbaharui, dan meningkatkan
diri sebagai respon atas perubahan lingkungan.
Lebih
jauh menurutnya belajar itu sendiri merupakan suatu subsistem di samping empat
subsistem lain yaitu organisasi, pengetahuan, orang dan teknologi. Empat
subsistem itu diperlukan untuk menunjang keberhasilan belajar.
Berkenaan
dengan implementasi organisasi belajar dan pengembangan di suatu perusahaan
secara terintegrasi diperlukan analisis kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan,
siapa yang membutuhkan, kompetensi apa yang ingin dicapai serta bagaimana
mengukur keberhasilan pembelajaran. Hasil analisis kebutuhan pembelajaran
tersebut dimanfaatkan untuk menyusun program-program pembelajaran dan
implementasinya, kemudian mengukur tingkat keberhasilan serta dampaknya
terhadap kinerja perusahaan.[15]
Peran Persepsi Belajar
Persepsi
belajar berkaitan dengan gaya belajar individu yang ada dalam organisasi.
Kemp dan Dayton, 1985 menganggap persepsi sebagai suatu proses dimana seseorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya. Fleming dan Levie mempercayai persepsi sebagai suatu proses penerimaan informasi yang rumit, yang diterima atau diekstraksi manusia dari lingkungannya..... dan termasuk penggunaan indra manusia. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indra untuk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Pada akhirnya pesepsi dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini karena individu tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut.
Kemp dan Dayton, 1985 menganggap persepsi sebagai suatu proses dimana seseorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya. Fleming dan Levie mempercayai persepsi sebagai suatu proses penerimaan informasi yang rumit, yang diterima atau diekstraksi manusia dari lingkungannya..... dan termasuk penggunaan indra manusia. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indra untuk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Pada akhirnya pesepsi dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini karena individu tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut.
Persepsi
memiliki prinsip dasar yaitu relatif, selektif, dapat diatur, bersifat
subjektif dan bervariasi walaupun individu-individu tersebut berada dalam
situasi yang sama (Fleming dan Levie, 1978). Persepsi dapat mempengaruhi daya
ingat, pembentukan konsep dan pembinaan sikap.[16]
Tipologi Gaya Belajar Organisasi
Perlu
diingat bahwa tipologi pembelajaran seperti pada gambar berikut ini merupakan
penggabungan dimensi pengalaman langsung dengan pengalaman orang lain dan juga
eksplorasi dan eksploitasi ( Basuki Wibawa dalam Prawirailaga, 2007:181-183)[17]
a.
Gaya
Belajar Eksperimentasi
Cara
yang diterapkan adalah mencoba gagasan-gagasan baru dan bersedia menerima dan
melakukan eksperimentasi dengan proses dan produk baru. Sumber utama
pembelajarn adalh konsumen dan karyawan (melalui pemgalaman langsung). Mereka
melakukan pembelajaran organisasi melalui eksperimentasi terkontrol dengan baik
dari sisi dalam atau luar daripada mengeksploitasi pengalaman orang lain.
b.
Gaya
Belajar Akuisisi Kompetensi
Organisasi
akan belajar dengan cara mendorong individu dan tim untuk memperoleh kompetensi
baru. Belajar merupakan aspek kritis strategi bisnis yang memusatkan pada
pengalaman orang lain dan eksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru termasuk
perekrutan , pelatihan dan aktivitas pengembangan, dan aliansi strategis dengan
universitas atau perusahaan konsultan. Tujuannya adalah untuk membantu anggota
organisasi memperoleh peningkatan kompetensi, mempercepat penciptaan ide-ide
dan pengembangan produk dan proses inovatif.
c.
Gaya
Belajar Benchmarking
Suatu
organisasi yang belajar dengan cara menemukan bagaimana orang lain bekerja lalu
mencoba mangambil dan mengubah pengetahuan ini ke dalam organisasinya sendiri.
Organisasi yang sedang melaksanakan benchmarking terutama akan belajar dari
pengalaman orang lain dan mengeksploitasi teknologi dan praktik yang berhasil
yang sudah ada.
d.
Gaya
Belajar Perbaikan Terus-Menerus
Gaya
belajar ini lebih pada menekankan adanya keterlibatkan karyawan yang sangat
tinggi (melalui gugus kendali mutu, kelompok pemecahan masalah dan sebagainya)
untuk memutuskan isu yang telah diidentifikasi pelanggan internal dan
eksternal. Organisasi ini mengandalkan pengalaman langsung dan eksploitasi
proses yang ada.
Gaya belajar dan pembelajaran yang paling ideal berdasarkan
survey adalah gaya eksperimentasi. Meski demikian, dalam penciptaan ide-ide,
gaya pembelajaran yang berbeda benar-benar mencerminkan jati diri. Gaya
mewakili sebagian proses pembelajaran menyeluruh, meski gaya-gaya itu tidak
mempunyai banyak pengaruh pada generalisasi ide.
Penutup
Ada empat langkah perbaikan pembelajaran organisasi yaitu
yang pertama menciptakan pemahaman dan kesadaran pembelajaran organisasi. Kedua
adalah diagnosis kemampuan belajar untuk menyeimbangkan keempat kompetensi
pembelajaran dengan menggunakan instrumen penyerapan (absorption), difusi
(diffsion), pemroduksian (generation), dan pemanfaatan (exploitation). Langkah
terakhir adalah menghubungkan isu utama yang muncul dari hasil diagnosis dengan
alat ukur yang sahih. Pertimbangannya adalah dengan melakukan lima langkah
yaitu:
menganalisis dan mendiskusikan berbagai isu dan penghambat;
memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang penyebab berbagai masalah di
antara anggota organisasi dalam mengurangi tingkat abstraksi; merumuskan tujuan
pembelajaran dan kebijakan manajemen pengetahuan; memfokuskan pada solusi
terhadap penghambat pembelajaran; dan menerapkan instrumen pembelajaran.
REFERENSI
1.
http://www.
staffsite.gunadarma.ac.id/widyo. Dikunjungi 10 Februari 2009.
2.
http://www
tpers.net/wp-content/uploads/2007/10/tekkin-tugas-3.rtf dikunjungi 25.
3.
http://www
tpers.net/wp.content/uploads/2008. dikunjungi 25 juni 2016
4.
http://tpers.net/?p=262
. dikunjungi 25 juni 2016.
5.
Miarso,
Yusufhadi Prof.Dr, (2004 ) Menyemai Benih Teknologi Pendidikan
Jakarta : Prenada media.
Jakarta : Prenada media.
6.
Prawiradilaga,
Dewi .Salma. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana, 2007.
MATERI 8
VIDEO BASED
INSTRUCTION
Video based instruction yang saya ambil
disini adalah tentang Dekstop video conferencing (DVC).
a.
Sejarah Desktop Video Converencing (DVC)
Perkembangan
teknologi komunikasi membawa perubahan pada proses
penyampaian informasi. Bentuk informasi yang disampaikan tidak hanya audio,
tetapi juga visual. Konferensi video menggunakan telekomunikasi audio dan video
untuk membawa orang-orang di berbagai tempat mengadakan rapat bersama. Konsep
konferensi video sama seperti percakapan antara dua orang (point-to-point)
atau melibatkan beberapa tempat (multi-point) dengan lebih dari satu
orang di ruangan besar pada tempat berbeda. Selain pengiriman audio dan visual
kegiatan pertemuan, konferensi video dapat digunakan untuk berbagi dokumen,
informasi yang diperlihatkan komputer, dan papan tulis.
Konferensi
video analog sederhana dapat ditetapkan sebagai awal penemuan televisi.
Sistem konferensi video biasanya terdiri dari dua sistem sirkuit televisi
tertutup yang terhubung melalui kabel. Sejak awal penerbangan pertama ke luar
angkasa, NASA
menggunakan dua frekuensi radio (UHF atau VHF). Saluran televisi
secara rutin menggunakan konferensi video semacam ini misalnya ketika
melaporkan dari lokasi jauh. Kemudian hubungan aktif ke satelit
menggunakan truk dengan peralatan khusus menjadi agak lazim.
Teknik
ini sangat mahal dan tidak bisa digunakan untuk aplikasi seperti telemedicine,
pendidikan jarak jauh, dan pertemuan bisnis. Usaha menggunakan jaringan telepon
normal untuk mengirim video scan lambat, seperti sistem pertama yang
dikembangkan oleh AT&T, sebagian besar gagal karena kualitas
gambar yang kurang baik dan ketiadaan teknik kompresi video yang efisien. Pada
1970-an, semakin besar 1 MHz bandwidth dan 6 Mbit/s angka bit dari Picturephone
tetapi tidak juga menyebabkan layanan menjadi makmur.
Pada
1980-an, jaringan pengiriman telepon digital menjadi mungkin, seperti Integrated
Services Digital Networks atau ISDN, meyakinkan angkat bit
minimum (biasanya 128 Kbps) untuk pengiriman kompresi audio dan video. Sistem
terdedikasi pertama mulai muncul di pasar sebagai perluasan jaringan ISDN di
seluruh dunia. Pada 1990-an, sistem telekonferensi video berkembang dengan
cepat dari peralatan pribadi sangat mahal, perangkat lunak dan persyaratan
jaringan untuk teknologi berbasis standar yang tersedia untuk masyarakat umum
dengan biaya yang wajar.
Akhirnya,
pada 1990-an, Internet Protocol atau IP berbasis
konferensi video menjadi mungkin dan teknologi kompresi video lebih efisien
telah dikembangkan sehingga memungkinkan desktop atau komputer pribadi berbasis
konferensi video. Pada 1992, CU-SeeMe dikembangkan di
Cornell oleh Tim Dorcey et al., IVS dirancang di INRIA, telekonferensi video
tiba ke masyarakat dan layanan gratis, web plugin dan perangkat lunak, seperti NetMeeting,
MSN Messenger, Yahoo
Messenger,
SightSpeed,
Skype
dan lain-lain membawa kemurahan, meskipun kualitas rendah.
b.
Pengertian Video Conference
Ada beberapa pengertian
mengenai video Conference, antara lain:
Konferensi video (Video Conference)
adalah seperangkat alat teknologi telekomunikasi interaktif yang dengan
menggunakan alat tersebut memungkinkan terjalinnya komunikasi dua arah antar
dua personal atau lebih (menggunakan alat yang sejenis) dengan didukung
tampilan gambar dan suara secara langsung tanpa harus saling hadir bertatap
muka di satu tempat yang sama.
Video conference
merupakan suatu teknologi telekomunikasi interaktif yang memungkinkan dua
lokasi atau lebih untuk berinteraksi lewat video dan audio secara simultan.
Perguruan Tinggi Negeri dapat bergabung dengan jaringan INHERENT yang
disediakan Dikti Departemen Pendidikan Nasional Indonesia yang mendukung
Perguruan Tinggi Negeri dengan memberikan fasilitas video conference. Video
conference mempunyai banyak manfaat bagi aktivitas pendidikan mahasiswa dan
dosen, yang dapat mengurangi biaya perjalanan, menghemat waktu, memberikan dan
saling bertukar informasi dan pengetahuan yang baru. Implementasi yang
dilakukan oleh Perguruan Tinggi Negeri, seperti UI, ITB, UGM, dll. adalah
kuliah umum, diskusi dengan Perguruan Tinggi dari luar Indonesia, seminar untuk
bertukar informasi dan pengetahuan antar Perguruan Tinggi.
Video conference
yang juga dikenal dengan video teleconference adalah suatu teknologi
telekomunikasi interaktif yang memungkinkan dua lokasi atau lebih untuk
berinteraksi lewat video dan audio secara simultan. Video conference
berbeda dengan videophone yang memang di desain untuk melayani video
antar dua orang secara individu. Teknologi utama yang digunakan dalam sistem video
conference adalah kompresi digital dari suara dan video stream
yang real time.
Video
conference adalah layanan yang menyediakan fasilitas untuk mempertemukan dua
pihak atau lebih yang berada di lokasi yang berbeda, menggunakan jaringan
computer dengan komunikasi Audio dan Video.
Video
conference bisa digunakan untuk kuliah jarak jauh oleh universitas dengan
universitas di kota lain, atau untuk mendukung rapat jarak jauh antar cabang
perusahaan di kota lain. Video Conference juga dapat mendukung pelatihan yang
dilakukan oleh Dokter diruang Operasi kepada dokter lain saat pelatihan, juga
untuk komunikasi audio video saat perang berlangsung.
Teknologi
video conference tidak lepas dari kemajuan teknologi kompresi audio dan
video. Dengan banyaknya teknik kompresi yang ada saat ini memungkinkan audio
dan video dapat dikirim secara bersamaan dalam jaringan dengan bandwidth yang
seefisien mungkin dan dengan kualitas yang dapat diterima. Hardware atau
software yang melakukan fungsi kompresi disebut dengan codec(coder/decoder).
Codec merupakan singkatan dari compresi-decompresi yang merupakan proses
pembungkusan suara ataupun video analog menjadi data digital dengan metoda
tertentu sehinggga pengiriman suara atau video dapat dilakukan dalam bentuk
paket-paket data. Codec dapat melewatkan suara atau video dalam jaringan
IP dengan bandwidth yang kecil dan kualitas yang masih dapat diterima.
Layanan
Video Conference bersifat seketika dengan resolusi yang baik dan
interaktif. Pada jaringan digital, pengiriman suara membutuhkan kecepatan
sekitar 64 Kbps dan pengiriman video membutuhkan kecepatan 1,5-2 Mbps.
Untuk layanan video conference secara keseluruhan akan dibutuhkan
kecepatan pengiriman sekitar 9,2 Mbps.[18]
Komponen
– komponen yang dibutuhkan untuk sebuah sistem video conference di
antaranya:
1. Hardware
Video
input : camera video atau webcam
Video
output : monitor computer atau proyektor
Audio
input : microphones
Audio
output : speaker atau headphone
Media
transfer data : LAN atau Internet
2. Software
Salah
satu jenis contoh software adalah Access Grid dan yang terbaru dari software
tersebut adalah Access Grid 3.2 beta 1
Video
Conference mempunyai beberapa jenis, antara lain:
1) Distributed Video Conference
Adalah
suatu sistem video conference yang terdiri dari beberapa client yang
melakukan konferensi secara langsung antar client yang saling
berhubungan tanpa melalui sentral / control unit sebagai pengatur. Server disini
berfungsi untuk proses call setup dan handshaking. Keuntungannya
video dan audio yang dikirimkan mempunyai kualitas yang bagus karena tanpa
direlay ke control unit dahulu.
2) Centralized Video Conference
Adalah
suatu sistem video conference yang melibatkan beberapa client dengan
satu MCU (Multiparty Control Unit) untuk memfasilitasi konferensi
tersebut.MCU disini berfungsi sebagai pengatur dan pengendali yang
melaksanakan proses seperti audio mixing, video switching dan mixing
serta distribusi data dalam konferensi multipoint dan mengirimkan
kembali datanya ke terminal yang berpartisipasi. MCU juga menyediakan pertukaran
antara codec yang berbeda dan mungkin menggunakan multicast untuk
mendistribusikan video yang telah diproses. Dari jenis tersebut, maka video
confererence pada perguruan tinggi negeri di Indonesia adalah Centralized
Video Conference.
3) Sistem
terdedikasi mempunyai semua komponen yang dibutuhkan dikemas ke dalam satu
peralatan, biasanya sebuah konsol dengan kamera video pengendali jarak jauh
kualitas tinggi. Kamera ini dapat dikontrol dari jarak jauh untuk memutar ke
kiri dan kanan, atas dan bawah serta memperbesar, yang kemudian dikenal sebagai
kamera PTZ. Konsol berisi semua hubungan listrik, kontrol komputer, dan
perangkat lunak atau perangkat keras berbasis codec. Mikrofon omnidirectional
terhubung ke konsol seperti monitor televisi dengan pengeras suara dan/atau
proyektor video. Ada beberapa jenis perangkat yang didedikasikan untuk
konferensi video:
- Konferensi video kelompok besar: non-portabel, besar, perangkat yang digunakan lebih mahal untuk ruangan besar dan auditorium.
- Konferensi video kelompok kecil: non-portabel atau portabel, lebih kecil, perangkat lebih murah yang digunakan untuk ruang rapat kecil.
- Konferensi video individual: biasanya perangkat portabel, dimaksudkan untuk satu pengguna, mempunyai kamera tetap, mikrofon, dan pengeras suara terintegrasi ke dalam konsol.
4) Sistem
desktop
biasanya menambahkan papan perangkat keras ke komputer pribadi normal dan
mentransformasikannya menjadi perangkat konferensi video. Berbagai kamera dan
mikrofon berbeda dapat digunakan dengan papan, yang berisi codec yang
diperlukan dan pengiriman tatap muka. Sebagian besar sistem desktop bekerja
dengan standar H.323. Konferensi video
dilakukan melalui komputer yang tersebar, yang juga dikenal sebagai e-meeting.[19]
c. Kekurangan dan Kelebihan Video Conference
Berikut ini kekurangn dan kelebihan Video conference:
Kelebihan Video
Conference
Kegiatan sepertikuliah umum dengan dosen
atau seminar dapat dilakukan secara online jadi akan menghemat biaya dan
waktu.menghemat biaya dan waktu.
Pertemuan atau rapat dengan kondisi
jarak yang jauh menjadi terasa lebih realistis ,didukung dengan kualitas gambar
dan suara yang baik.
Dapat digunakan sebagai program
pendukung kegiatan e-learning di Perguruan tinggi.
Perguruan tinggi dapat berbagi ilmu dan
pengetahuan.
Meningkatkan produktivitas
karena kemampuan VTC untuk berbagi dokumen, ide atau gambar dengan mudah.
Menghemat biaya.
Menghemat waktu.
Kekurangan
Video Conference
Kegiatan E-Learning kurang afdol jika
menggunakan video conference, karena kurang nyata, sebagian orang lebih paham
dengan belajar langsung.
Video konference memiliki infrastruktur
yang mahal, dan memerlukan beberapa peralatan yang rumit.
Harga masih terbilang mahal untuk
dimiliki sehingga hanya perusahaan atau organisasi tertentu yang mempunyai
cukup dana dan sangat membutuhkan yang memiliki konferensi video.
Alat-alat untuk konferensi video sulit
didapat dan proses penginstalan harus ekstra hati-hati agar tidak salah.
Kelebihan
dan Kekurangan Video Conference pada Perguruan Tinggi
Negeri di Indonesia
Kelebihan Video
Conference
Pertemuan-pertemuan
yang dilakukan, seperti kuliah umum dengan dosen/bernarasumber internasional
atau seminar dari satu negara dengan negara lain dapat secara online sehingga
akan menghemat biaya dan waktu.
Informasi
dan pengetahuan dapat berkembang dengan melakukan pertemuan atau diskusi dengan
PT terbaik dalam negeri maupun luar negeri.
Tatap
muka jarak jauh menjadi terasa lebih nyata
Sebagai
pendukung program e-learning PT
PT
dapat saling berbagi resource
Kekurangan
Video Conference
E-learning
yang dilakukan akan kurang efektif dengan bantuan video conference, karena
kurang nyata dan belajar itu perlu pemahaman langsung.
Bahasa
sebagai alat komunikasi yang dimiliki oleh PTN dalamnegeri berbeda dengan PT
luar negeri
Alasan Memilih Penggunaan dan Pemanfaatan
Video Conference daripada dengan via Konvensional pada
Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia
Seperti
yang telah kita ketahui bahwa banyak manfaat dari pemilihan video conference.
Dengan video conference akan mendukung mobilitas dari para pengguna,
perbedaan tempat tidak menjadi masalah. Video conference yang digunakan
oleh perguruan tinggi negeri akan menghemat waktu yang di mana para dosen tidak
perlu datang ke kampus apabila mengajar, mempermudah pertemuan beda negara
dalam kuliah umum, diskusi, maupun seminar-seminar,dan akan memberikan
informasi dan pengetahuan terbaru. Sedangkan apabila dengan via konvensial,
pengadaan kuliah umum beda negara akan sangat tidak mungkin, apabila mugkin
terjadi juga akan menelan biaya yang besar, selain itu juga akan menghabiskan
waktu.
Implementasi
Video Conference pada Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia
Perguruan
Tinggi Negeri di Indonesia telah berada di suatu jaringan komputer yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen
Pendidikan Nasional Indonesia atas rumusan rancangan bersama dari Institut
Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada
(UGM) dan Institut Teknologi Surabaya (ITS). Kemudian setelah dilaksanakan
tender, maka terpilih PT Telkom sebagai penyedia infrastruktur jaringan, serta
PT Multipolar sebagai Partner dari Cisco System yang menyediakan perangkat
Jaringan. Jaringan yang dibuat adalah sebuah jaringan backbone yang
menyambungkan 32 perguruan tinggi negeri yang ada di masing-masing propinsi di
seluruh Indonesia pada tahun 2006 yang dinamakan INHERENT (Indonesia Higher
Education Network) yang tujuan dan fungsi utama jaringan ini adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia melalui pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) untuk menunjang kegiatan tridarma serta
pengelolaan perguruan tinggi. Jaringan ini terdiri dari backbone fiber
optik STM-1 berkecepatan 155 Mbps untuk interkoneksi antara universitas di
pulau Jawa, serta backbone leased channel berkecepatan 8 Mbps untuk
universitas di pulau Sumatera, Kalimantan,Sulawesi serta Bali dan Nusa
Tenggara. Universitas di daerah Indonesia Timur mendapatkan akses satelit dari
Jakarta dengan kecepatan 2 Mbps antar perguruan tinggi misalnya dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran jarak jauh (distance learning), khususnya
berbasis TIK (e-learning). Slogan INHERENT adalah open access, open
content dan opensource.
Video conference
memuat 3 elemen itu secara langsung.
Open access : setiap perguruan
tinggi yang punya koneksi, bisa daftar untuk berpartisipasi.
Open content : diskusi video
conference terbuka untuk dilihat siapa saja yang berminat.
Opensource : siapa saja boleh merekam,
mengolah dan menyebarluaskan tayangan video conference.
Untuk
mendukung kinerja Sistem Video Conference, maka ada beberapa perangkat yang
dibutuhkan. Ada dua buah Topologi dasar dalam system Video Conference, yaitu :
> Point-to-Point
Topologi
Point-to-point digunakan apabila hanya ada 2 lokasi atau 2 endpoint yang
berkomunikasi.
> Multipoint
Topologi
Multipoint digunakan apabila ada 2 atau lebih lokasi atau endpoint yang akan
saling berkomunikasi. Untuk topologi ini, dibutuhkan 1 buah perangkat
Infrastruktur yang wajib terinstal, yaitu MCU (Multipoint Control Unit).
MCU
bisa diibaratkan sebagai Virtual Room, dimana peserta dari berbagai
daerah/lokasi dapat berkumpul dan bertemu didalamnya. MCU juga digunakan untuk
mengontrol Conference yang berjalan, dimana didalamnya terdapat berbagai macam
fitur yang dapat digunakan untuk mengatur conference yang berjalan.
Ada 3 jenis Protocol
dasar yang digunakan untuk Video Conference, yaitu :
1. H.323
H.323 adalah standart yang dikeluarkan oleh ITU-T
untuk system komunikasi multimedia(audio video) berbasis paket melalui jaringan
seperti jaringan IP. Karena basenya adalah IP, maka apabila kita sebagai user
melakukan panggilang menggunakan IP sebagai alamat tujuan, maka protocol yang
digunakan adalah H.323. Selain itu, apabila kita mendial alias berupa Number
seperti 1234 untuk Endpoint lawan, itu juga menggunakan protocol H.323.
2. SIP
SIP (Session Initiation Protocol) merupakan protokol
persinyalan yang bertujuan untuk mengendalikan inisiasi, modifikasi, serta
terminasi sesi-sesi multimedia, termasuk sesi komunikasi audio atau video. SIP
merupakan protokol berbasis teks yang mirip dengan protokol HTTP dan Simple
Mail Transfer Protocol (SMTP).
SIP adalah protokol peer-to-peer yang mengandung
arti bahwa fungsi-fungsi call routing dan session management didistribusikan ke
semua node (termasuk endpoint dan server) di dalam jaringan SIP. Hal ini
berbeda dengan sistem telepon konvensional di mana terminal-terminal telepon
sangat bergantung kepada perangkat switching yang terpusat.
SIP dalam Video Conference membutuhkan sebuah server
untuk registrasi. Server tersebut adalah SIP Server. SIP Server menanggulangi
masalah Registrasi perangkat Video Conference. Registrasi tersebut menggunakan
sebuah Domain. Seperti : endpoint@videoconference.com.[20]
REFERENSI :
MATERI 9
COMPUTER BASED TRAINING/PELATIHAN BERBASIS KOMPUTER
Komunikasi sebagai media pendidikan
dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer,
internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan
melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan
media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan
langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam
lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya
dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah
berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu
proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang
makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu suatu model
pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi
khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan
satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam
jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu :
e-learning merupakan jaringan dengan
kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar
atau informasi. pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
menggunakan teknologi internet yang standar. memfokuskan pada pandangan yang
paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.[21]
COMPUTER
BASED TRAINING (CBT)
a. Sejarah
lahirnya CBT
E-pembelajaran
atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois
di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer
(computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu,
perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
Tahun 1990 : Era CBT
(Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang
berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam
bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) DALAM FORMAT mov, mpeg-1,
atau avi.
Tahun 1994 : Seiring dengan
diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk
paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.
Tahun 1997 : LMS (Learning
Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat
di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat
diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak , dan jarak
serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS
yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah
interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk
standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline
Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi
E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis
Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun
administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs
informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan
multimedia , video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai
pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.
b. Pengertian Sejarah lahirnya CBT
CBT
atau singkatan dari Computer Based Training merupakan merupakan media
komunikasi berbasis CD/LAN/WEB Interactive yang dibuat sebagai alat pelatihan
dan pengenalan materi internal perusahaan.
CBT merupakan proses pendidikan
berbasiskan komputer, dengan memanfaatkan media CDROM dan disk-based
sebagai media pendidikan (Horton, 2000). Dengan memanfaatkan media ini, sebuah
CD ROM bisa terdiri dari video klip, animasi, grafik, suara, multimedia dan
program aplikasi yang akan digunakan oleh peserta didik dalam pendidikannya.
Pelatihan
berbasis komputer (CBT) adalah kegiatan belajar yang dapat diakses melalui
komputer atau perangkat genggam. Biasanya hadir CBT konten secara linear,
seperti membaca buku online atau manual. Untuk alasan ini, mereka sering
digunakan untuk mengajarkan proses statis, seperti menggunakan perangkat lunak
atau menyelesaikan persamaan matematika. Istilah Computer-Based Training sering
digunakan bergantian dengan pelatihan berbasis Web (WBT) dengan perbedaan utama
sebagai metode pengiriman. Di mana biasanya CBT disampaikan melalui CD-ROM, WBT
disampaikan melalui internet menggunakan web browser. Menilai belajar dalam CBT
biasanya datang dalam bentuk pilihan ganda pertanyaan, atau penilaian lain yang
dapat dengan mudah dinilai oleh komputer seperti drag-and-drop, tombol radial,
simulasi atau sarana interaktif lainnya. Penilaian dapat dengan mudah mencetak
dan direkam melalui software online, langsung memberikan umpan balik pengguna
akhir dan penyelesaian status. Pengguna seringkali mampu mencetak catatan
penyelesaian dalam bentuk sertifikat.
CBT
memberikan rangsangan belajar di luar metodologi pembelajaran tradisional dari
buku teks, manual, atau ruang kelas berbasis instruksi. Sebagai contoh, CBT
user-friendly menawarkan solusi untuk memenuhi persyaratan pendidikan
berkelanjutan. Alih-alih membatasi mahasiswa untuk mengikuti kursus atau
membaca manual pencetakan, siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan
melalui metode yang jauh lebih kondusif untuk belajar individual preferensi.
CBT dapat menjadi alternatif yang baik untuk
bahan pembelajaran cetak sejak rich media, termasuk video atau animasi, dengan
mudah dapat ditanamkan untuk meningkatkan pembelajaran. Keuntungan lain untuk
CBTs adalah bahwa mereka dapat dengan mudah didistribusikan ke khalayak luas
pada biaya yang relatif rendah sekali pengembangan awal selesai.
Penggunaan
CBT didalam internal perusahaan sangat informatif dan praktis, karena selain
diisi dengan materi-materi tentang perusahaan, CBT bisa memuat games/quiz
sebagai aspek hiburan terhadap karyawan perusahaan. karena berbasis CD/LAN/Web,
CBT dengan mudah terhubung dengan jaringan internal sehingga cakupan informasi
dapat dicapai secara keseluruhan office. Penggunaan CBT dapat menekan biaya
training staf oleh management, selain juga staf yang bersangkutan bisa
menyelesai training dimana saja dan kapan saja secara lebih flexibel.
Sebuah
system CBT terdiri dari system/ platform/ software dan modul-modul
pembelajaran multimedia. System/ platform dan modul-modul ini diinstalasi pada
sebuah komputer server, yang bisa diakses di komputer-komputer klien di seluruh
jaringan intranet perusahaan.
Contohnya
Lorco Multimedia adalah penyedia jasa pembuatan e-learning, baik e-learning
platform maupun modul. Tim kami dapat membantu anda untuk membangun sebuah
sistem e-learning yang handal dan modul-modul multimedia pendukung yang tidak
hanya komprehensif tetapi juga kreatif dan mudah dipahami pengguna.[22]
Modul
CBT yang pernah dikerjakan:
- CBT Office Safety Ratu Prabu 2 (PT ConocoPhillips Indonesia)
- CBT General Site Orientation (PT ConocoPhillips Indonesia)
- CBT CHSEMS (PT ConocoPhillips Indonesia)
- CBT Electrical Safety (PT ConocoPhillips Indonesia)
- CBT Site Orientation – Field Belanak (PT ConocoPhillips Indonesia)
- CBT H2S and Mercury (PT ConocoPhillips Indonesia)
- CBT Site Orientation – Field Rawa (PT ConocoPhillips Indonesia)
- CBT Contract Management Course (PT ConocoPhillips Indonesia.
c. Kelebihan, kelemahan
dan optimalisasi CBT
Kelebihan
Computer Based Training (CBT) :
1.
Tampilanya bisa menghasilkan kombinasi
antara tulisan (teks), suara (audio), gambar (video), serta animasi.
2.
Dapat mengakses informasi secara instan
dari manapun yang dicakup dari compact dist tersebut.
3.
Menghasilkan gambar yang lebih jelas.
4.
Program dan sistem computer based
training (CBT) yang lebih canggih lebih memungkinkan pembelajaran mengakses
lebih banyak, bukan hanya satu macam pilihan seperti pada audiotape atau
videotape.
5.
Menyediakan fasilitas akses informasi
yang lebih banyak.
6.
Dapat disesuaikan dengan motivasi,
kemampuan dan kecepatan pembelajaran.
7.
Mengurangi kekhawatiran pembelajaran
jika kurang paham.
8.
Peserta dapat belajar sesuai kecepatan
pemahaman masing – masing. Ini berarti Kelemahan peserta yang cepat paham dapat
terus belajar tanpa perlu menunggu yang lain, sementara peserta yang lebih
lambat dapat terus belajar di modul itu hingga mengerti tanpa merasa malu atau
cemas akan menghambat peserta lainnya.
9.
Siapapun dapat belajar tanpa perlu
dibatasi ruang dan waktu. Mereka dapat menyesuaikan waktu pembelajaran sesuai
dengan ketersediaan waktu mereka.
10. Umumnya
CBT dibekali dengan tutorial interaktif, latihan, simulasi melalui video yang
diakses online maupun dalam bentuk cd-rom.
Kelemahan Computer
Based Training (CBT) :
1.
Kelemahan mendasar dari penggunaan
program ini adalah tidak adanya interaksi antar manusia. jadi untuk peserta
yang lebih menyukai interaksi dalam metode pembelajaran tradisional akan
melihat pembelajaran dengan metode CBT sangat sulit bagi mereka.
2.
Memerlukan biaya mahal. (untuk
mengembangkan materi, biaya software maupun hardware yang digunakan)
Optimalisasi Computer
Based Training (CBT) :
1.
Kemahiran mengopersikan peralatan
komputer merupakan syarat utama.
2.
Bila ingin mengoperasikan, perhatikan
terlebih dahulu mekanismenya.
Jadi metode pembelajaran tradisional di
kelas maupun CBT masing – masing memiliki kekurangan dan kelebihannya masing –
masing, tinggal kita menyesuaikan sesuai kebutuhan kita masing – masing.[23]
REFERENSI:
1.
http://roisnahrudin.wordpress.com/tujuh-peran-penting-informasiteknologi-it-untuk-dunia-pendidikan diakses
tanggal 25 mei 2016 jam 18.45
2.
http://www.buzzle.com/articles/role-of-computers-in-education.html
diakses tanggal 25 mei 2016 jam 19.00
MATERI 10
Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap
Kinerja
(Visi, Misi Organisasi/Lembaga ,
Motivasi Kerja, Sistem Rekrutmen dan Seleksi, Kepemimpinan, Teknologi)
Pendahuluan
Ketika seseorang telah menyelesaikan suatu pendidikan maka dia akan memasuki dunia kerja. Ini berarti dia akan berada dalam suatu sistem yang dikenal dengan organisasi. Dia berada dalam suatu lingkungan kerja. Bekal pembelajaran yang diperoleh seseorang akan diterapkan di tempatnya bekerja, baik itu di lingkungan pendidikan, bisnis atau perusahaan, maupun institusi lain. Tempat dimana seseorang bekerja atau disebut juga lingkungan kerja akan mempengaruhi kinerja seseorang. Ini disebabkan lingkungan kerja memiliki visi, misi, organisasi/lembaga, motivasi kerja para individu, sistem rekrutmen dan seleksi penerimaan pegawai, kepemimpinan.[24]
Ketika seseorang telah menyelesaikan suatu pendidikan maka dia akan memasuki dunia kerja. Ini berarti dia akan berada dalam suatu sistem yang dikenal dengan organisasi. Dia berada dalam suatu lingkungan kerja. Bekal pembelajaran yang diperoleh seseorang akan diterapkan di tempatnya bekerja, baik itu di lingkungan pendidikan, bisnis atau perusahaan, maupun institusi lain. Tempat dimana seseorang bekerja atau disebut juga lingkungan kerja akan mempengaruhi kinerja seseorang. Ini disebabkan lingkungan kerja memiliki visi, misi, organisasi/lembaga, motivasi kerja para individu, sistem rekrutmen dan seleksi penerimaan pegawai, kepemimpinan.[24]
A. Visi
dan Misi, Sifat
Organisasi/Lembaga dan Pengaruhnya terhadap Kinerja
Visi
adalah suatu pernyataan tentang gambaran keadaan karakteristik yang ingin
di capai oleh suatu organisasi/lembaga pada jauh dimasa yang akan datang. Banyak intepretasi yangdapat keluar dari pernyataan keadaan ideal yang ingin dicapai lembaga tersebut. Visi itu sendiri tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail gambaran sistem yang ditujunya, oleh kemungkinan kemajuan dalam perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang tersebut. Pernyataan visi tersebut harus selalu berlaku pada semua kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi sehingga suatu visi hendaknya mempunyai sifat / fleksibel. Untuk itu ada beberapa persyaratan yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi(Lewis & Smith 1994):
di capai oleh suatu organisasi/lembaga pada jauh dimasa yang akan datang. Banyak intepretasi yangdapat keluar dari pernyataan keadaan ideal yang ingin dicapai lembaga tersebut. Visi itu sendiri tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail gambaran sistem yang ditujunya, oleh kemungkinan kemajuan dalam perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang tersebut. Pernyataan visi tersebut harus selalu berlaku pada semua kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi sehingga suatu visi hendaknya mempunyai sifat / fleksibel. Untuk itu ada beberapa persyaratan yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi(Lewis & Smith 1994):
•
Berorientasi pada masa depan;
•
Tidak dibuat berdasar kondisi atau tren saat ini;
•
Mengekspresikan kreativitas;
•
Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat ;
•
Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai organisasi meskipun ada perubahan
terduga ;
•
Mempunyai standard yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggota lembaga;
•
Memberikan klarifikasi bagi manfaat lembaga serta tujuan-tujuannya ;
•
Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi pada lembaga;
•
Menggambarkan keunikan lembaga dalam kompetisi serta citranya ;
•
Bersifat ambisius serta menantang segenap anggota lembaga (Lewis & Smith 1994)
Misi
adalah pernyataan tentang apayangharusdikerjakan oleh lembaga dalam usahanya
mewujudkan visi. Dalam operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi
yang merupakan hasil kompromi intepretasi visi. Misi merupakan sesuatu yang
nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara
pencapaian visi. Pernyataan misi memberikan keterangan yang jelas tentang apa
yang ingin dituju serta kadang kala memberikan pula keterangan tentang
bagaimana cara organisasi/lembaga bekerja. Mengingat demikian pentingnya
pernyataan misi maka selama pembentukannya perlu diperhatikan masukan-masukan
dari anggota lembaga serta sumber-sumber lain yang dianggap penting. Untuk secara
Iangsung pernyataan misi belum dapat dipergunakan sebagai petunjuk bekerja.
Intepretasi lebih mendetail diperlukan agar pernyataan misi dapat diterjemahkan
ke langkah-langkah kerja atau tahapan pencapaian tujuan sebagaimana tertulis
dalam pernyataan misi. Untuk memberikan tekanan pada faktor komprehensif dari
pernyataan misi maka pernyataan tersebut hendaknya mampu memberikan gambaran
yang menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut (Lewis & Smith 1944) :
•
Keberadaan organisasi/lembaga adalah untuk berbuat apa?
•
Apa produk atau jasa yang utama dari organisasi/lembaga?
•
Apa yang bersifat unik dari organisasi/lembaga?
•
Siapa konsumen utama dari organisasi/lembaga?
•
Mengapa mereka merupakan konsumen utama?
•
Pihak lain mana yang berkepentingan dengan lembaga dan mengapa?
•
Apa "Core Values" / nilai dasar lembaga?
•
Apa yang berbeda pada organisasi/lembaga 5 th yang lalu dan sekarang ?
•
Mengapa berbeda?
•
Apa yang berbeda pada organisasi/lembaga saat sekarang dan 5 th dari sekarang?
•
Mengapa hal itu akan menjadi beda?
•
Apa produk atau jenis jasa yang akan diberikan org/lembaga di masa depan?
•
Apa yang harus dikerjakan org./lembaga untuk menyiapkan produk baru tersebut?
•
Apakah jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas merefleksikan visi org./lembaga?.
Bila
tidak, pertanyaan mana yang harus ada dan apa jawabannya.
Mari
kita cermati satu contoh dari pernyataan visi suatu organisasi/lembaga dalam
konteks suatu perusahaan:
Pada
tahun 2020 perusahaan ini akan go internasional, unggul dalam produk dan pemasaran
dan menguasai teknologi tercanggih abad ini.
Visi
tersebut akan terealisasi dengan sejumlah hal yang harus dilakukan dan hal
tersebut terdapat pada penyataan misi. Untuk merealisasikannya maka perusahaan
tersebut melibatkan sejumlah komponen di dalamnya yang di antaranya adalah
individu-individu, mulai dari jajaran yang tertinggi hingga paling bawah. Tentu
saja hal ini berkaitan dengan kinerja yang dimiliki individu-individu tersebut.
Apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi tempatnya bekerja?
Jawaban yang pasti adalah bahwa kinerja yang ada tidak boleh statis, mereka
harus peka seiring dengan dinamika globalisasi dan harus merespon tuntutan dari
pernyataan visi dan melaksanakan misi. Suatu perusahan akan maju pesat jika
memiliki kinerja yang responsif. Oleh karenanya berbagai upaya dilakukan untuk
mewujudkan hal itu. Dengan demikian pengaruh visi dan misi suatu organisasi
terhadap kinerja amatlah besar dan signifikan.[25]
B. Motivasi
Kerja, Sistem recruitment dan seleksi
a.
Motivasi Kerja
Motivasi
adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan.
Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan
mempertahankan perilaku, menurut Kartini-Kartono motivasi menjadi dorongan
(driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.
Lebih
jauh tentang motivasi berikut teori motivasi menurut beberapa pakar:[26]
1.
Teori
Hierarkhi Kebutuhan Maslow - Manusia Piramida
Abraham
H. Maslow mendaftarkan 5 (lima) jenis kebutuhan manusia dari yang terendah
hingga yang tertinggi yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan sosial, kebutuhan status dan aktualisasi diri.
Teori ERG Clayton Alderfer - Manusia Tiga Tingkat
Teori
ini membagi kebutuhan hanya menjadi 3 (tiga) tingkat ;kebutuhan existence kebutuhan
fisiologis dan rasa aman (dua tingkat pertama Maslow) ; kebutuhan relatedness
kebutuhan sosial dan struktur sosial (tingkat 3 Maslow) ; kebutuhan growth
kebutuhan pengembangan diri (tingkat 4 dan 5 Maslow)[27]
2.
Teori
Perilaku Manusia Tikus
Teori ini mengamati perilaku perilaku orang yang memang
diasumsikan bisa diukur :
·
Jika
seseorang memperoleh apa yang diinginkan, maka "penghargaan positif
meningkatkan kinerja" (R+)
·
Jika
seseorang menghindari apa yang tidak diinginkan, maka "penghargaan negatif
meningkatkan kinerja" (R )
·
Jika
seseorang memperoleh apa yang tidak diinginkan, maka "hukuman menurunkan
kinerja" (P+) 4. Jika seseorang tidak memperoleh apa yang diinginkan, maka
"ancaman pemecatan menurunkan kinerja" (P ).
3.
Teori
Efek Thorndike Manusia Pencari Kesenangan
Teori
ini menyatakan bahwa jika yang dilakukan seseorang menyenangkan, ia akan lebih
sering melakukannya; jika perilakunya buruk, ia pasti tidak akan mengulanginya.
Jadi perilaku akan semakin melekat pada diri seseorang apabila:
•
Kesenangan atau kepedihan muncul seketika akibat suatu perilaku.
•
Kesenangan atau kepedihan tersebut terjadi berulang ulang.
•
Kesenangan atau kepedihan tersebut benar-benar dirasakan oleh orang tersebut.
4.
Teori
Analisis Transaksional Eric Berne Manusia Bermental Transaksi
Teori
ini menyatakan bahwa salah satu motivator paling mendasar dan paling kuat bagi
manusia adalah dihargai secara positif; menerima pengakuan pribadi dari orang
lain. Seseorang membutuhkan "rangsangan" dari orang lain agar merasa
puas secara emosional dan psikologis. Jika rangsangan positif tidak diberikan,
mereka yang haus akan rangsangan ini akan semakin sulit diatur dan mengganggu
hanya untuk mencari perhatian. Bahkan rangsangan negatif lebih baik dari pada
diabaikan atau tidak menerima rangsangan sama sekali.
5.
Teori
Tujuan Manusia Bermental Sepak Bola
Teori
ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap
orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat
seseorang menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
•
Ia akan berorientasi pada hal hal yang diperlukan
•
Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut
•
Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan
•
Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh.
Bawahan
harus menyetujui dan menerima tujuan itu. Bila mereka berpikir sebuah tujuan
terlalu sulit atau tidak penting, ia tidak akan termotivasi untuk mencapainya.
6.
Teori
Kelompok Manusia Sosial
Teori
ini menyatakan bahwa suatu kelompok kerja cenderung menerapkan norma norma
produksi mereka sendiri, dan memastikan anggota baru mereka untuk mengikuti
aturan yang dibuat kelompok ter-sebut. Untuk melakukan hal ini, kelompok
biasanya memakai beragam mekanisme sosial agar anggota baru tidak berproduksi
secara berlebihan atau kurang.
7.
Teori
Dua Faktor Manusia Berkembang
Teori
ini menyatakan bahwa "kepuasan" dan "ketidakpuasan" adalah
dua vektor yang berbeda. Seseorang dapat menghindari ketidakpuasan, tetapi hal
ini belum tentu memberi kepuasan. Pemuas dapat berupa pekerjaan menarik,
pekerjaan menantang, kesempatan berprestasi, penghargaan dan promosi jabatan.
Sedangkan faktor darurat berupa gaji, pengawasan, kondisi kerja, keamanan kerja
dan status.
8.
Teori
Proses dengan asumsi:
Perilaku ditentukan oleh pelbagai
macam faktor.
·
Setiap
orang memutuskan sendiri perilaku mereka dalam organisasi.
·
Setiap
orang memiliki jenis kebutuhan, keinginan, dan tujuan yang berbeda beda dengan
orang lain.
·
Setiap
orang memilih rencana perilaku berdasarkan persepsi (harapan) seberapa jauh
perilaku tersebut akan mencapai hasil yang diharapkan.
9.
Model
Teori Lawler Manusia Pengharap
Teori
ini menyatakan. bahwa bawahan harus diarahkan pada peng-hargaan di masa yang
akan datang, dari pada belajar dari masa lalu. Bila mereka melihat kemungkinan
adanya penghargaan berdasarkan usaha mereka itu, mereka akan semakin bekerja
keras, kinerja meningkat dan penghargaan pun diberikan. Akibatnya, hal ini
memberi kepuasan yang meningkatkan usaha.
10. Teori Kecenderungan dengan asumsi:
• Setiap orang berbeda
• Kepribadian berdampak pada
motivasi
• Setiap orang memiliki kebutuhannya
sendiri sendiri
11. Teori Tiga Kebutuhan Mc. Clelland -
Manusia Prestasi
Teori ini menyatakan bahwa bawahan
menginginkan 3 (tiga) hal dari pekerjaannya:
• Prestasi (need of achievement)
• Kekuasaan (need of power)
• Perhatian (need of affection)
12. Teori Percaya Diri Manusia Yang
Membatasi Diri
Teori
ini menyatakan bahwa bawahan hanya dapat berhasil mencapai target yang mereka
yakini dapat mereka capai.
13. Teori Keadilan J. Stacy Adam Manusia
Adil
Teori
ini menyatakan bahwa ketika kita membandingkan dengan orang lain dan kita
merasa lebih buruk. Kita melihat situasi kita sebagai kurang adil. Bukan hanya
merasa frustrasi, motivasi pun terpengaruh. Ada dua kemungkinan tanggapan yaitu
mengurangi usaha sehingga penghargaan tampak adil (menurunkan motivasi) dan
berusaha meningkatkan penghargaan/pendapatan (meningkat-kan motivasi). Bila itu
tidak mungkin, kita menghapus kekecewaan dengan mengundurkan diri dari
organisasi/lembaga tersebut.
14. Teori Valensi Manusia Penjudi
Teori
ini menyatakan bahwa manusia cenderung membuat pilihan dan mengambil resiko
yang tersedia. Ia akan memilih prilaku yang akan memberinya hasil terbaik
sesuai dengan apa yang diinginkan. Teori ini memungkinkan seseorang membuat
keputusan secara sadar.
Ada
3 (tiga) elemen penting dalam hal ini yaitu hasil akibat apa yang mungkin
timbul dari suatu perilaku , valensi seberapa baik atau menarikkan hasil
tersebut dan harapan jika seseorang melakukan hal ini, apakah dia akan
memperoleh hasil itu.
15. Teori X dan Y Donald McGregor –
Manusia Baik dan Jahat
Teori
ini menyatakan bahwa cara pandang seorang pemimpin akan mempengaruhi caranya
memotivasi bawahan.
Dalam
teori X pemimpin menganggap bawahan membenci pekerjaannya, membenci tanggung
jawab, tidak terlalu berambisi,tidak mempunyai gagasan, tidak mampu
menyelesaikan masalah, hanya memikirkan uang, perlu dikendalikan secara ketat,
sertacpemalas dan tidak dapat dipercaya sehingga pemimpin tersebut akan memotivasi
dengan cara cara berikut:
• Mengatakan dengan jelas apa yang harus dilakukan dan kapan
harus membuatnya.
• Melakukan pengawasan secara ketat dan bagaimana
melakukannya.
• Tidak menghendaki adanya partisipasi sehingga semua
keputusan murni dari dirinya.
• Mengharapkan kontribusi minimum dan menganggap penghargaan
hanya dalam bentuk gaji.
Sedangkan
dalam teori Y pemimpin menganggap bawahan menikmati pekerjaannya, bersedia
memberi kontribusi, bersedia menerima tanggung jawab, dapat membuat keputusan
bagi diri sendiri, mampu menanggulangi masalah-masalah, serta mampu membuat
rencana rencana jangka panjang dan mencapainya sehingga pemimpin tersebut akan
memotivasi dengan cara cara berikut:
• Memberi kesempatan untuk membuat dengan memberi tanggung
jawab.
• Memberi mereka kesempatan untuk membuat keputusan atas
pekerjaannya.
• Memberi penghargaan dengan cara lain berupa saran-saran
dan menjalankannya bukan hanya dengan uang.
Teori-teori motivasi tersebut dapat juga dijadikan pedoman
seseorang sebagai leader Pada
sebuah organisasi atau lembaga di berbagai bidang. Motivasi yang ada pada setiap orang
tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Ada dua jenis motivasi yaitu
intrinsik dan ekstrinsik :
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam
diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar
kemauan sendiri. Motivasi pada dasarnya memang sudah ada di dalam diri setiap
orang, seperti asal kata motivasi yaitu motif yang berarti daya penggerak untuk
melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik timbul karena rasa ingin tahu. Dengan
memiliki motivasi jenis ini seseorang akan punya lebih banyak kreatifitas, ide
dan sebagainya.
Di sisi lain, motivasi ekstrinsik adalah yang timbul sebagai
akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau
melakukan sesuatu tindakan. Bagi sesorang dengan motivasi instrinsik yang lemah
maka motivasi jenis kedua ini perlu diberikan.
Perbedaan motivasi pada diri manusia akan memperngaruhi
kinerja mereka pula. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik sebagaimana
yang telah dipaparkan di atas, dominan performance powernya tanpa harus diberi
dorongan dari lingkungan kerjanya. Sebaliknya seseorang yang memiliki motivasi
ekstrinsik harus mendapatkan impact dari luar dirinya agar kinerjanya dapat
optimal. Namun demikian tidak dapat dikatakan mana yang lebih baik di antara
keduanya. Yang paling urgen adalah bagaimana suatu organisasi atau lembaga
mengupayakan pengoptimalan kinerja dan memecahkan segala masalah yang terjadi
di dalamnya dengan mempertimbangkan kondisi kinerjanya.[28]
Upaya Meningkatkan Motivasi Kerja
Motivasi kerja dapat ditingkatkan melalui pendekatan yang
berorientasi manusia. Pendekatan tersebut terdiri dari poin-poin berikut:
1. Menjunjung harga diri pegawai.
2. Mengadakan pelatihan bagi pegawai.
3. Mendorong pegawai untuk berinisiatif dan kreatif dalam
melaksanakan tugas.
4. Menetapkan target yang layak dan jelas.
5. Menetapkan reward dan punishment sebagai alat untuk
mendorong prestasi.
6. Membebani atasan dengan tanggung jawab atas pengembangan
bawahannya.
7. Memberi kesempatan pada pegawai untuk berprestasi tinggi.
Jika kita lihat poin-poin di atas maka yang dominan adalah
motivasi ekstrinsik yang lazim diupayakan suatu organisasi/lembaga dalam
meningkatkan kinerja sumber daya manusianya.
b. Sistem Rekrutmen dan Seleksi
Rekrutmen adalah proses mencari, menemukan, mengajak dan
menetapkan sejumlah orang dari dalam maupun dari luar perusahaan sebagai calon
tenaga kerja dengan karakteristik tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam
perencanaan sumber daya manusia. Hasil yang didapatkan dari proses rekrutmen
adalah sejumlah tenaga kerja yang akan memasuki proses seleksi, yakni proses
untuk menentukan kandidat yang mana yang paling layak untuk mengisi jabatan
tertentu yang tersedia di perusahaan. Pelaksanaan rekrutmen dan seleksi
merupakan tugas yang sangat penting, krusial, dan membutuhkan tanggung jawab
yang besar. Hal ini karena kualitas dan kinerja sumber daya manusia (SDM) syang
akan digunakan perusahaan sangat tergantung pada bagaimana prosedur rekrutmen
dan seleksi dilaksanakan.
Tujuan utama dari proses rekrutmen dan seleksi adalah untuk
mendapatkan orang yang tepat bagi suatu jabatan tertentu, sehingga orang
tersebut mampu bekerja secara optimal dan dapat bertahan suatu organisasi atau
lembaga untuk waktu yang lama. Meskipun tujuannya terdengar sangat sederhana,
proses tersebut ternyata sangat kompleks, memakan waktu cukup lama dan biaya
yang tidak sedikit dan sangat terbuka peluang untuk melakukan kesalahan dalam
menentukan orang yang tepat. Kesalahan dalam memilih orang yang tepat sangat
besar dampaknya bagi perusahaan atau organisasi/lembaga. Hal tersebut bukan
saja karena proses rekrutmen & seleksi itu sendiri telah menyita waktu,
biaya dan tenaga, tetapi juga karena menerima orang yang salah untuk suatu
jabatan akan berdampak pada efisiensi, produktivitas, dan dapat merusak moral
kerja pegawai yang bersangkutan dan orang-orang di sekitarnya.
Pada saat ini dimana persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin kuat, organisasi/lembaga seringkali mengalami kesulitan dalam menentukan kandidat yang tepat mengingat bahwa ada banyak kandidat yang tersedia tetapi sangat sedikit yang memiliki kualifikasi yang memadai. Rendahnya moral kerja dan pengaruh budaya "bapakisme" yang telah berlangsung puluhan tahun semakin menyulitkan perusahaan dalam mendapatkan kandidat yang benar-benar cocok. Selain menuntut keahlian dan keterampilan si petugas rekrutmen perusahaan juga harus benar-benar mempersiapkan proses rekrutmen dan seleksi secara maksimal. Secara singkat proses rekrutment dan seleksi yang mungkin dilakukan terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
Pada saat ini dimana persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin kuat, organisasi/lembaga seringkali mengalami kesulitan dalam menentukan kandidat yang tepat mengingat bahwa ada banyak kandidat yang tersedia tetapi sangat sedikit yang memiliki kualifikasi yang memadai. Rendahnya moral kerja dan pengaruh budaya "bapakisme" yang telah berlangsung puluhan tahun semakin menyulitkan perusahaan dalam mendapatkan kandidat yang benar-benar cocok. Selain menuntut keahlian dan keterampilan si petugas rekrutmen perusahaan juga harus benar-benar mempersiapkan proses rekrutmen dan seleksi secara maksimal. Secara singkat proses rekrutment dan seleksi yang mungkin dilakukan terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi jabatan yang lowong dan berapa jumlah
tenaga yang diperlukan.
2. Mencari informasi jabatan melalui analisa jabatan (job
describtion dan job
3. spesification)
4. Jika persyaratan jabatan telah
tersusun, maka langkah berikutnya adalah menentukan dimana kandidat yang tepat
harus dicari.
5. Memilih metode-metode rekrutmen
yang paling tepat untuk jabatan misalnya metode iklan, employee referrals,
walk-ins, Depnakertrans, perusahaan pencari kerja, lembaga pendidikan, organisasi
buruh dan sebagainya.
6. Memanggil kandidat-kandidat yang
dianggap memenuhi persyaratan jabatan dengan mengumpulkan berkas lamaran ,
formulir, lalu memprosesnya.
7. Menyaring / menyeleksi kandidat.
8. Membuat penawaran kerja.
9. Mulai bekerja.
Pada akhirnya, strategi rekrutmen dan seleksi yang baik akan
memberikan hasil yang positif bagi perusahaan. Semakin efektif proses rekrutmen
dan seleksi, semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan pegawai dengan kinerja
yang tepat yang tepat bagi perusahaan. Selain itu, rekrutmen dan seleksi yang
efektif akan berpengaruh langsung pada produktivitas dan kinerja finansial
perusahaan. Dengan demikian maka pengembangan dan perencanaan sistem rekrutmen
dan seleksi merupakan hal penting untuk dilaksanakan setiap perusahaan supaya
proses yang berlangsung cukup lama dan memakan biaya tersebut tidak sia-sia.
Cara proses recruitmen adalah :
1.
Psikotes
Tes psikologi
(Psikotes) merupakan serangkaian tes yang dilakukan oleh Psikolog (profesional)
atas permintaan klien (individu atau organisasi) untuk memberikan gambaran utuh
tentang aspek-aspek psikologis atau kepribadian seseorang sesuai dengan
kebutuhan dan keperluan klien. Biasanya tes psikologi ini digunakan dalam
proses rekrutmen calon karyawan baru untuk dijadikan karyawan kontrak maupun
pengangkatan sebagai karyawan tetap. Berbeda dengan tes
potensi akademi, tes
psikotes lebih mengarah kepada kepribadian seseorang sedangkan tes potensi
akademik mengarah kepada kepintaran (akademika) berdasarkan jenjang
pendidikannya.
a. Tes Wartegg
Wartegg test atau tes wartegg
terdiri atas 8 kotak dimana masing-masing kotak berisi titik, garis kurva, 3
garis sejajar, kotak, dua garis saling memotong, dua garis terpisah, tujuh buah
titik tersusun melengkung dan garis melengkung. Pada tes wartegg ini Anda akan
diminta untuk membuat sebuah gambar untuk masing-masing kotak dan menuliskan
nama Anda gambar sesuai urutan gambar yang telah Anda buat, kemudian menuliskan
nomor gambar yang mana paling Anda sukai dan tidak disukai. Penilaian dari tes
wartegg ini adalah emosi, imajinasi, intelektual dan aktifitas subjek bukan
mahirnya Anda dalam menggambar. Berikut ini merupakan contoh soal tes wartegg.
Contoh soal wartegg test:
Tips
dan cara mengerjakan soal wartegg test sebagai berikut:
Sebaiknya pada tes wartegg ini Anda
menggambar secara acak dan tidak berdasarkan nomor urut sesuai gambar, misalnya
1,2,3,4 kemudian 8,7,6,5. Karena jika Anda menggambar berdasarkan urutan gambar
1,2,3,4,5,6,7,8 Anda akan dipandang oleh panitia penyelenggara psikotes (HRD)
sebagai orang yang kaku atau konservatif. Sedangkan jika Anda menggambar secara
acak misalnya 6,1,4,2,7,8,3,5 Anda akan dipandang HRD sebagai orang yang
bergerak kreatif, inovatif dan cenderung suka akan ‘breaking the low‘.
Apabila Anda bergender pria, jangan
mulai dengan nomor 5, karena beberapa anggapan menyebutkan hal ini berpengaruh
terhadap orientasi seks Anda. Berikut ini adalah salah satu contoh pengerjaan
akhir gambar wartegg test anda bisa membuat gambar lainnya sesuai dengan kreasi
masing-masing.
b.
Test
Kraepelin atau Pauli / Tes Koran
Tes kreapelin terdiri atas angka
yang tersusun secara vertikal dalam bentuk lajur-lajur. Calon pegawai dan
karyawan atau pesrta tes diminta untuk menjumlahkan dua angka yang berdekatan
dalam waktu tertentu di setiap kolom dan menuliskan jawaban tepat disampingnya.
Penilaian dari tes ini adalah sikap terhadap tekanan, ketahanan, kemampuan daya
penyesuaian diri, ketelitian, konsisten, sekaligus kecepatan dalam mengerjakan
suatu pekerjaan yang diberikan.
Contoh soal kreapelin atau pauli /
Koran
Tips dan cara mengerjakan tes
kreapelin
Usahakan jumlah angka yang Anda
dijumlahkan benar dan stabil di masing-masing kolom. Hasilnya akan lebih baik
jika dibandingkan Anda memaksakan diri di awal tes namun menurun di pertengahan
dan akhir tes. Kendalikan diri Anda untuk menghemat tenaga dan waktu sembari
mendengar setiap perintah dari panitia.
Jangan
sekalipun menggunakan pensil mekanis dalam tes kreapelin ini, melainkan pensil
biasa atau pulpen saja sesuai dengan perintah panitia, karena tes ini sangat
terikat dengan waktu. Pensil mekanis ujungnya akan mudah patah atau habis
sehingga memakan waktu untuk menggantinya, mekanisme ini membutuhkan waktu
sekitar 0.5-1 detik. Apabila Anda melakukan reload dalam 10 lajur berarti Anda
telah kehilangan waktu 5-10 detik dan hal ini tentu merugikan Anda sendiri.
Teruslah fokuskan pikiran Anda dalam mengerjakan tes koran ini, dan jangan
memikirkan sesuatu hal selain soal yang sedang Anda kerjakan. Karena jika
sedikit saja Anda lari dari fokus pikiran Anda, hal ini akan mengganggu
konsentrasi, sehingga dapat melambatkan pengisian angka dalam test. Berikut ini
merupakan latihan tes kreapelin telah selesai dikerjakan.
c.
Tes
EPPS (Edwards Personal Preference Schedule)
Pada umumnya saat tes epps kita akan
diminta untuk memilih kecenderungan (yang kita sukai) atau sifat yang melekat
pada diri kita sendiri diantara 2 pernyataan. Terkadang ke-2 pernyataan
tersebut tidak ada yang kita sukai atau merupakan sifat kepribadian kita, kita
tetap harus memilih salah satu yang mendekati diri kita. Tujuan tes epps
(edwadrs personal preference schedule) ini untuk mengukur dan meninjau
kepribadian orang dilihat dari kebutuhan-kebutuhan yang mendorongnya dalam
pekerjaan serta sejauh mana sifat yang kita miliki terhadap kococokan dengan
posisi kerja yang kita lamar.
Contoh Lembar Jawaban Soal EPPS
Adapun
contoh option jawaban soal epps sebagai berikut:
A. Saya suka menolong teman bila mereka sedang mengalami masalah
A. Saya suka menolong teman bila mereka sedang mengalami masalah
B.
Saya senang melakukan pekerjaan bersama hingga selesai
Tips dan cara mengerjakan soal epps
Sebelum mengerjakan soal epps, nanti
Anda akan diminta oleh panitia penyelenggara psikotes Anda untuk memilih salah
satu kecenderungan yang menurut Anda ada pada diri Anda. Jika jawaban Anda
adalah pernyataan yang pertama Anda diminta melingkari huruf A dan jika Anda
memilih jawaban terhadap pernyataan yang kedua, Anda diminta melingkari
huruf B. Saran saya dalam menjawab pertanyaan soal epps ini kepada Anda
adalah jawablah pertanyaan yang sesuai atau mendekati sifat apa yang dibutuhkan
atas pekerjaan atau posisi yang Anda duduki setelah Anda lulus psikotes dan
diterima kerja nantinya. Jangan menjawab diluar dari itu, walau Anda memiliki
loyalitas tehadap teman namun disini Anda tidak diminta untuk itu, melainkan
keprofesionalan Anda saat berkerja.
d. Tes Analog Verbal (Analog Verbal Test)
Tes analog verbal ini biasanya
terdiri atas 30-40 soal yang berisi sinonim/antonim/analog suatu kata. Yang
dinilaian dalam tes ini yaitu kemampuan logika Anda terhadap sebuah kondisi, untuk
melihat sejauh mana Anda memahami sebab dan akibat suatu permasalahan dalam
pekerjaan.
Contoh soal analog verbal
Hitam ><...... a. biru b.kecil
c.malam d.putih e.gelap
Pola menjawab soal tes analog verbar seperti berikut ini:
Pola menjawab soal tes analog verbar seperti berikut ini:
hitam = gelap jadi, sinonim dari
hitam adalah gelap dan jawabannya e.
Tips dan cara menjawab soal tes
analog verbal
Apabila Anda bermasalah dengan
konsentrasi dan logika, Anda dapat mem-bypass-nya dengan menghafal soal dan
jawaban. Karena beberapa kali saya menghadapi tes ini, dan soal yang diberikan
relatif sama. Lompati soal yang belum bisa Anda jawab ke soal berikutnya, dan
jangan terpaku terhadap satu soal yang belum Anda ketahui karena waktu terus
berjalan.
e. Tes Logika Aritmatika
Tes logika aritmatika terdiri dari
deret angka, yang menjadi penilaian dari tes ini adalah kemampuan analisa Anda
dalam memahami pola-pola atau kecenderungan tertentu yang berbentuk deret angka
dan kemudian memprediksikan hal-hal lain berdasarkan pola yang ada. Contoh Soal
Logika Aritmatika
24 20 16 12 … …
Pola jawabannya: Setiap angka
dikurang 4 maka lanjutan dari deret soal diatas adalah : 8 dan 4.
45 15 18 6 9 3 … …
Pola jawabannya:
n:3 n+3 n:3 n+3 ... ....
Tips
dan cara mengerjakan soal tes logika aritmatika
Dalam mengerjakan soal ini jangan terpaku
pada deret hitung atau deret ukur perhitungan matematika saja yaitu jangan
terpaku pada 6-7 angka terdepan dalam deret namun adakalanya Anda melihat deret
secara keseluruhan atau deret angka berikutnya, karena pola bisa berupa urutan,
pengelompokan berurutan maupun pengelompokan loncat angka. Sekali lagi saya
katakan jangan terpaku hanya pada satu soal yang penasaran ingin Anda pecahkan,
lompati ke soal berikutnya yang lebih mudah Anda kerjakan, karena terkadang
soal di bawahnya lebih mudah dipecahkan dibandingkan soal sebelumnya. Hal ini
dilakukan untuk ke efektifan dan keefesienan terhadap waktu yang diberikan
dalam menyelesaikan soal logiaka aritmatika tersebut.
Itulah ke-lima bentuk tes psikotes
yang sudah saya lengkapi dengan tips mengerjakan soal-soal psikotes tersebut.
Semoga dengan ke-lima bentuk tes psikotes tersebut bisa membuat Anda lulus
PSIKOTES dan Anda diterima di lembaga, perusahaan/PT baru yang lebih
"baik". Tes PSIKOTES itu sebenarnya mudah apabila kita tahu trik
untuk menghadapinya, gampang untuk dikerjakan apabila tahu cara menjawabnya.
2. Wawancara
Contoh wawancara sebagai berikut :
1. Jelaskan dengan singkat tentang
diri anda ?
Pertanyaan ini sering diajukan saat
awal wawancara. Anda dapat memberikan jawaban dengan menjadikan surat lamaran
dan resume anda sebagai dasar. Mengenai latar belakang pendidikan, pengalaman,
serta segala kelebihan dan kemampuan (skill) yang anda miliki. Tetapi jangan
mengulang secara keseluruhan. Jika pertanyaan ini ditanyakan saat awal
wawancara, anda dapat lebih luas dalam memberikan jawaban mengenai diri anda.
Tetapi jika anda menjumpai pertanyaan tersebut pada akhir wawancara, jangan
banyak mengulang jawaban yang telah anda kemukakan sebelumnya. Gunakan
kesempatan ini untuk menambahkan segala kelebihan tentang diri anda yang belum
tercakup dalam jawaban anda sebelumnya.
2. Bagaimana anda menggambarkan diri
anda sendiri dalam satu kalimat ?
Sama dengan pertanyaan no. 1. Hanya
saja saat ini anda harus lebih fokus dalam memberikan penjelasan dengan kata-kata
pilihan yang lebih singkat. Fokuskan hanya mengenai kelebihan dan kemampuan
(skill) anda. “Saya adalah orang yang selalu termotivasi untuk meraih cita-cita
pada masa depan, dapat bekerja dengan baik secara berkelompok maupun sendiri,
memiliki kemampuan memimpin dan bernegosiasi dengan baik serta mampu
berkomunikasi dalam tiga bahasa asing secara aktif, lisan maupun
tulisan“.
3. Mengapa anda memilih berkarir di
perusahaan kami ?
Jangan memberikan jawaban tentang
harapan anda yang berhubungan dengan uang, seperti : gaji, bonus, tunjangan
atau cuti pegawai. Tetapi karena anda ingin menerapkan ilmu dan kemampuan yang
telah anda miliki dengan terus belajar mengenai kemajuan teknologi yang ada di
perusahaan tersebut. Yang dapat membuat anda akan selalu belajar hal baru. Dan
karena adanya kesempatan memperoleh jenjang karir yang luas dengan dukungan
program pengembangan sumber daya manusia yang baik (berilah sedikit contoh dari
hasil pengetahuan yang anda peroleh mengenai perusahaan tersebut). Sehingga
diri anda akan terus berkembang.
4. Mengapa anda tertarik untuk
memilih posisi ini ?
Seperti jawaban untuk pertanyaan no.
3. Tetapi lebih spesifik tentang posisi yang anda tuju karena sudah menyangkut
tentang jabatan dan tanggungjawab yang akan anda emban nantinya. Sebutkan bahwa
posisi tersebut memiliki kesesuaian dengan latar belakang pendidikan, keahlian
serta pengalaman yang anda miliki. Serta adanya kemungkinan untuk mempelajari
hal baru yang terus berkembang (sebutkan seperti apa ?) yang ditawarkan melalui
posisi tersebut. Sehingga anda akan terus belajar dan selalu memperoleh
pengalaman baru.
5. Anda seorang yang baru saja
lulus. Apakah anda senang bersekolah di jurusan / universitas tersebut ?
Ya, sangat senang !. Ceritakan
mengenai aktifitas anda selama bersekolah, bahwa anda benar-benar menikmati
menempuh pendidikan di jurusan / universitas tersebut dan tidak pernah menyesal
akan pilihan anda. Anda telah melakukan berbagai aktivitas kampus dan memiliki
peran didalamnya (contoh : mendapat kesempatan menjadi asisten dosen, diberi
kepercayaan untuk mewakili sekolah dalam mengikuti festival teknologi
informasi, dll). Dan anda telah yakin sebelumnya, dapat meraih cita-cita
melalui jurusan tersebut pada universitas yang telah anda pilih.
6. Apa yang orang lain katakan
tentang diri anda ?
Perusahaan menginginkan pegawai yang
tanggap terhadap masalah yang dihadapi perusahaan, program jangka panjang yang
dikembangkan serta target yang ingin dicapai. Pertanyaan ini mengenai sikap dan
kepemimpinan anda, kemampuan bergaul / bersosialisasi, kerelaan / kepedulian
anda terhadap sekeliling. Tetapi tetap tertuju pada kesempatan dalam mengejar
cita-cita. Kemampuan anda dalam bernegosiasi, memberikan jalan keluar bagi
penyelesaian perselisihan atau kerjasama dalam suatu pengalaman berorganisasi
pada kelompok masyarakat dapat anda sebutkan.
7. Mengapa anda memutuskan untuk
pindah pekerjaan ?
Seperti jawaban untuk pertanyaan no.
3 dan 4. Anda menginginkan tantangan, kesempatan mengembangkan diri dan jalan
untuk meraih cita-cita yang lebih baik, yang anda yakin dapat di peroleh
melalui perusahaan yang baru ini.
8. Apa kelebihan dan kekurangan /
kelemahan anda ?
Melalui pertanyaan ini pewawancara
ingin mengetahui kedewasaan anda. Seberapa jauh anda mampu melihat diri anda sendiri.
Jadikan lingkup tugas (job description) sebagai pijakan untuk menjelaskan
tentang kelebihan anda, meskipun tidak seluruhnya. Jangan menjawab anda tidak
memiliki kekurangan sama sekali. Setiap orang pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan. Tetapi yang dimaksud disini adalah bagaimana anda mengatasi
kekurangan pada diri anda atau mengisinya dengan hal yang bermanfaat. jadikan
kelemahan anda menjadi sesuatu yang bernilai positif. Jangan terlalu banyak
menyebutkan kekurangan anda. Satu atau dua hal sudah cukup untuk
menjawabnya.
Contoh : “Saat pekerjaan dikantor
menumpuk dan jika telah tiba dirumah, saya selalu merasa khawatir akan esok
hari. Perusahaan mana yang harus saya survey sebelum saya berangkat untuk
menemui nasabah baru dan memulai rapat dengan para undangan ?. Hal ini akhirnya
selalu mendorong saya membuat daftar kegiatan agar dapat mengatur waktu untuk
besok, meskipun telah larut malam dan dalam kondisi lelah. Terkadang saya
merasa terganggu. Tetapi setelah melewati satu hari saja, saya merasakan bahwa
apa yang saya lakukan pada malam sebelumnya ternyata berguna bagi saya dalam
meraih target“.
9. Bagaimana anda mengukur
kesuksesan anda ?
Seperti halnya saat belajar di
perguruan tinggi. Contoh : kesuksesan bagi diri anda adalah memenuhi target
yang telah anda tentukan sebelumnya selama hal tersebut memenuhi ketentuan yang
disyaratkan oleh pihak perguruan tinggi. Yaitu, dapat meraih IPK lebih dari
3.50, lulus dalam waktu 3 tahun atau masuk dalam peringkat lima besar. Saat ini
anda perlu memahami kewajiban yang menjadi tanggungjawab anda nantinya dalam
berkarir, sebagai persiapan menjawab pertanyaan ini. Lihatlah dahulu deskripsi
pekerjaannya dan pengetahuan anda tentang posisi yang anda tuju. Kesuksesan
anda adalah keberhasilan dalam menyelesaikan tugas yang menjadi wewenang anda
atau bahkan mencapai prestasi yang lebih tinggi. Pewawancara tidak
menitikberatkan pada kewajiban anda. Tetapi lebih kepada rencana bagaimana anda
mencapai target yang anda terapkan yang sesuai dengan kemampuan yang anda miliki.
Akan lebih baik jika anda sertai dengan contoh keberhasilan dalam mencapai
target yang anda tentukan, yang pernah anda raih pada pekerjaan
sebelumnya.
10. Berapa lama anda akan tetap
bergabung dengan perusahaan kami ?
Pewawancara ingin mengukur motivasi
dan tujuan anda dalam berkarir nantinya. Jangan menjawab dengan memberikan
jangka waktu tertentu (misal : selama 10 tahun atau selamanya sampai pensiun).
Jangan !. Bukankah anda belum pernah bekerja pada perusahaan tersebut ?. Tetapi
tunjukkan keinginan anda dengan jawaban, bahwa selama mendapatkan kesempatan
untuk selalu dapat belajar, mengembangkan karir, menerapkan ilmu dan keahlian
yang anda miliki, maka untuk apa anda pindah ?. Anda akan tetap bergabung
diperusahaan tersebut. Tetapi jika sebaliknya, maka berkarir pada perusahaan
lainnya adalah lebih baik bagi anda. Tanpa menunggu waktu lebih lama
lagi.
11. Apakah anda juga melamar
pekerjaan pada perusahaan lainnya ?
Ya !. Jawab saja dengan jujur.
Pertanyaan ini biasanya diajukan kepada seorang fresh graduate. Pewawancara
ingin mengukur semangat anda. Bukan berarti jika anda melamar ke beberapa
perusahaan akan membuat pewawancara merasa diremehkan. Bukan begitu. Seberapa
banyak anda melamar pekerjaan menunjukkan antusiasme anda untuk segera mungkin
berkompetisi dalam meraih karir, telah merasa siap untuk masuk ke dalam dunia
yang penuh dengan persaingan ini. Tetapi jika anda bukan fresh graduate dan
mendapatkan pertanyaan ini, maka berhati-hatilah dalam menjawab. Jangan
memberikan jawaban seperti diatas. Pewawancara ingin mengukur seberapa jauh
keseriusan anda, apa yang sebenarnya menjadi motivasi anda melamar pekerjaan
pada perusahaan ini ?
Jika anda menjawab bahwa anda telah
melamar pada beberapa perusahaan, untuk jabatan yang berbeda-beda, hal ini
bukan cara yang baik. Akan timbul pertanyaan, ada apa dengan diri anda ?. Bisa
jadi, kesan yang muncul adalah anda orang yang memiliki masalah pada pekerjaan
sebelumnya. Atau hanya ingin “asal mendapatkan” pekerjaan. Tidak memfokuskan
diri dalam berkarir.
12. Seberapa jauh anda mengenal
perusahaan kami ?. Apa yang anda ketahui tentang perusahaan kami ?.
Sebelum proses seleksi dimulai,
dapatkan secukupnya informasi tentang perusahaan tersebut di internet, media
massa atau melalui presentasi yang disampaikan. Jenis bidang usaha, prestasi,
visi dan misi perusahaan dapat anda jadikan sebagai kata kunci dalam memberikan
penjelasan anda. Dan disinilah hasil dari persiapan yang anda buat sebelum
wawancara akan berguna.
13. Mengapa anda memilih jurusan …
(jurusan yang anda pilih saat menempuh pendidikan formal) ?
Karena bidang keahlian yang anda
tekuni akan selalu berkembang seiring dengan bertambahnya waktu. Jika
berkembang, maka anda akan terus belajar. Dan anda yakin bahwa jurusan tersebut
merupakan “jembatan” anda menuju keberhasilan karir. Serta jelaskan, sejauh
mana diri anda terbentuk melalui keahlian dan ilmu pengetahuan yang telah anda
peroleh selama menekuni bidang tersebut.
14. Mengapa saat kuliah, pada
semester kedua anda pindah ke lain jurusan ?
Pewawancara ingin mengetahui sejauh
mana loyalitas dan komitmen anda dalam menekuni bidang yang anda pilih. Anda
memang ingin mengembangkan diri anda karena adanya peluang yang lebih baik pada
jurusan yang baru (misal, kesempatan berkarir yang dapat meningkat lebih tinggi
atau ilmu yang akan dipelajari selalu berkembang lebih dan lebih luas) atau
hanya karena faktor lain ?.
15. Jika anda mempunyai waktu
senggang setelah bekerja / sekolah, apa yang anda lakukan ?
Pertanyaan ini berfungsi sebagai
jeda / istirahat sejenak bagi anda. Pewawancara memberi kesempatan bagi anda
untuk menghilangkan ketegangan. Dengan harapan anda dapat lebih tenang saat
menjawab pertanyaan lain setelah ini. Tetapi penjelasan anda pada jawaban ini
haruslah tetap bertujuan untuk membentuk gambaran bahwa betapa berkualitasnya
waktu yang telah anda lewatkan. Hobi, kegiatan ekstra sekolah, menjalankan
bisnis keluarga atau aktifitas sosial yang anda kerjakan selama ini dapat anda
ceritakan untuk lebih menggambarkan tentang aktifitas diri anda dalam mengisi
waktu luang. Karena pertanyaan ini juga merupakan kesempatan untuk menambahkan
kelebihan-kelebihan anda yang belum sempat anda utarakan saat menjawab
pertanyaan sebelumnya.
16. Apa yang anda harapkan dari kami
/ perusahaan ini ?
Jangan memberikan jawaban tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan uang atau cuti pegawai. Bukan itu !.
Pewawancara ingin mengetahui seberapa besar keinginan anda untuk berkembang.
Ini kesempatan anda untuk berbicara mengenai keinginan anda untuk memperoleh
pelatihan, pendidikan, pengembangan diri lainnya (seperti : pertukaran pegawai,
kesempatan magang pada perusahaan induk atau cabangnya yang berada diluar
negeri) dan perencanaan karir jangka panjang. Tetapi, sebelumnya anda harus
tahu program pengembangan pegawai seperti apa saja yang mungkin ada
diperusahaan tersebut. Dan sesuaikan dengan kapasitas anda pada jabatan yang
anda duduki nantinya. Sehingga anda tidak kesulitan apabila ditanya tentang
satu atau dua jenis program seperti apa saja yang memang ada pada perusahaan
tersebut.
17. Apa yang menjadi pertimbangan
anda dalam berkarir ?
Tersedianya jenjang karir, penerapan
ide dan ilmu pengetahuan, pengembangan diri / kesempatan belajar (pelatihan,
jenjang pendidikan yang lebih tinggi). Jangan memberikan jawaban yang
berhubungan dengan uang, tunjangan atau kesempatan cuti. KELUARGA
18. Apakah anda sudah berkeluarga ?
Apakah anda bangga / bahagia dengan keluarga anda ?
Perusahaan selalu menginginkan
pegawai yang memiliki kondisi stabil. Bukan seorang yang banyak masalah. Dan
faktor keluarga adalah salah satu dasarnya, yang juga memiliki peran dalam
mendukung karir seseorang. Jika anda merasa bahagia, dengan kondisi keluarga
yang tenang akan memungkinkan anda lebih berkonsentrasi akan karir yang ingin
anda raih. Tetapi jika sebaliknya, maka bagaimana anda dapat lebih fokus kepada
bidang pekerjaan yang anda tangani nantinya?. “Tentu, bangga dan sangat
bahagia. Karena keluarga saya selalu mendukung dan memberi kesempatan kepada
saya dalam berkarir. Dan keluarga sayapun merasa bangga dan senang kepada diri
saya dengan prestasi dan karir yang telah saya raih hingga saat ini “.
19. Bagaimana anda bergaul dengan
orang lain ?
Pewawancara ingin mengetahui
kemampuan anda dalam bergaul dengan orang lain dan kegiatan / aktifitas sosial
anda. Anda tidak perlu menyebutkan seluruh aktifitas sosial yang anda geluti,
karena jawaban tersebut akan dapat mempengaruhi pewawancara memberikan
penilaian yang kurang terhadap diri anda. Dengan banyaknya aktifitas sosial
terkadang pewawancara merasa khawatir tentang porsi waktu yang lebih besar akan
lebih tercurah untuk aktifitas lain diluar pekerjaan anda dibandingkan
perhatian anda pada perusahaan tersebut nantinya. Tetapi, sebaiknya lebih jadikan
pertanyaan ini sebagai suatu kesempatan untuk menyampaikan kelebihan anda dalam
bernegosiasi, strategi / cara anda mengatasi konflik yang pernah timbul dan
kemampuan anda membina relasi dengan banyak orang, selama anda beraktifitas
dalam kegiatan sosial yang pernah anda ikuti. KEAHLIAN, PENGALAMAN DAN RENCANA
KE DEPAN
20. Apa yang dapat anda berikan
kepada kami (perusahaan) ?
Keahlian dan pengalaman yang sesuai
dan gunakan job description pada posisi yang anda tuju sebagai dasar. Serta
tambahkan dengan menyebutkan prestasi anda (dalam bidang akademik atau bidang
lainnya), pendidikan tambahan / kursus yang pernah anda ikuti untuk melengkapi
jawaban anda.
21. Bagaimana anda menggambarkan
diri anda saat 5 (lima) tahun kedepan ?
Jangan memberikan jawaban bahwa anda
“ingin tetap bergabung dalam perusahaan ini”. Tidak ada yang mengetahui dengan
pasti berkarir dimana anda lima tahun mendatang nantinya. Atau anda menjawab
“ingin menjadi kepala bagian keuangan”. Jangan !. Sama halnya anda hanya ingin
mengincar jabatan. Tetapi gunakan “job description” untuk posisi yang anda tuju
sebagai pijakan. Bahwa anda akan terus menjadi orang yang berkembang dan
berprestasi. Serta seluruh target perusahaan / kewajiban yang ingin dipenuhi
telah berhasil dicapai. Contoh : “Saya bercita-cita, disaat akhir tahun keempat
saya dapat menyelesaikan penelitian tentang pengolahan limbah pabrik. Dan
masing-masing perguruan tinggi, utamanya yang berada di ibu kota propinsi
daerah jawa, telah menggunakan software hasil riset perusahaan ini untuk
pengembangan kawasan bebas polusi yang berkesinambungan. Disaat memasuki tahun
kelima, hasil pengembangan tersebut dapat dijadikan tolok ukur bagi daerah
pesisisir lainnya dan luar jawa untuk penerapan teknologi kelautan“. Atau:
“Saya bercita-cita, disaat pertengahan tahun ketiga saya telah menyelesaikan
penelitian mengenai perilaku nasabah pada tiga bank dalam satu propinsi. Dan
diakhir tahun ketiga dapat selesai menerapkan hasil penelitian tersebut pada
sistem pemasaran. Agar bank ini (tempat anda bekerja nantinya) dapat meraih
prestasi sebagai bank yang memiliki transaksi melalui ATM-nya tidak pernah mati
dalam setiap bulannya, dalam lingkup seluruh pulau Jawa. Dan diakhir tahun
kelima, tepat pada saat audit lima tahunan, bank ini berhasil mencapai prestasi
memiliki nasabah pengguna kartu kredit terbanyak dengan jumlah kredit macet
paling kecil dalam skala Jawa - Bali“.
22. Anda memiliki pengalaman
berorganisasi selama dua tahun, apa saja manfaatnya bagi diri anda ?
Intinya, diri anda telah terbentuk
dengan baik melalui organisasi yang anda ikuti tersebut. Maka jawaban anda
harus menunjukkan tentang kemampuan dan peran anda dalam bekerja sama dalam
suatu kelompok (team) maupun bekerja sendiri. Serta tindakan anda terhadap
atasan, rekan yang sejajar dan perlakuan kepada bawahan anda. Itu semua yang
ingin didapat oleh pewawancara.
23. Apa yang anda peroleh dari
pekerjaan sebelumnya, yang dapat anda terapkan jika menduduki posisi ini
nantinya?. Apa rencana jangka panjang anda ?
Sama dengan pertanyaan no. 20 dan
21. Jawaban anda juga lebih kepada pengalaman dan kemampuan dalam suatu bidang
pekerjaan anda. Dengan menunjukkan prestasi yang anda raih dalam mencapai
target yang ingin di wujudkan perusahaan tempat anda bekerja sebelumnya.
Pewawancara akan menilai jawaban anda “logis atau tidak”. Gunakan job
description sebagai dasar untuk merencanakan target anda saat memegang posisi
tersebut nantinya. Jangan memberikan jawaban “Saya tidak dapat memastikan hal
tersebut “. Tetapi, berilah penekanan pada skill, ketertarikan pada bidang
teknologi atau pengembangan ilmu yang telah anda peroleh selama sekolah.
24. Mengapa kami harus memilih anda
?.
Mengapa anda merasa bahwa anda
orang yang sesuai untuk menduduki jabatan ini ?
Karena anda adalah orang yang memiliki
beberapa kelebihan dan keahlian (sebutkan dan pilih yang relevan dengan
kualifikasi yang disyaratkan oleh perusahaan). Jangan menyebut calon pegawai
lain dan membandingkannya dengan diri anda, meskipun anda yakin jika kemampuan
diri anda lebih dari peserta lainnya. Tetapi fokuslah kepada keahlian dan
kemampuan yang dapat anda berikan untuk perusahaan.
25. Kegiatan apa yang anda kerjakan
selama bersekolah ?
Seorang fresh graduate akan sering
menjumpai pertanyaan ini. Anda dapat menceritakan aktifitas anda dalam kegiatan
sosial, penelitian atau kemahasiswaaan yang berhubungan dengan orang lain.
Pewawancara bukan semata-mata ingin mengetahui jenis kegiatan anda. Tetapi
lebih untuk mengukur sejauh mana anda dapat bergaul dengan orang lain,
perencanaan yang dilakukan secara berkelompok, kerja sama dalam satu kelompok
serta tindakan apa saja yang pernah anda lakukan untuk mengatasi masalah yang
timbul. Sebutkan juga keberhasilan dan keahlian yang anda peroleh setelah
mengikuti kegiatan tersebut.
26. Sanggupkah anda bekerja dibawah
tekanan ?. Dan bagaimana anda menangani tekanan yang timbul ?
Jangan mengatakan anda tidak pernah
mengalami tekanan saat bekerja. Setiap orang yang bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun pernah mengalami suatu kondisi bekerja dibawah tekanan.
Terkadang mereka harus dapat memberikan keputusan yang tepat dengan pilihan
yang sulit, atau menyelesaikan tugas pekerjaan dalam waktu yang sempit.
Berikanlah contoh tentang situasi yang pernah anda alami dan strategi apa saja
yang anda terapkan disaat anda harus menyelesaikan tugas dengan permasalahan
yang kompleks dan harus selesai dalam waktu yang singkat. Tidak ada jawaban
benar atau salah. Pewawancara ingin mengetahui tentang strategi yang anda buat
dan keberhasilan saat mengatasi masalah-masalah dalam bekerja yang pernah anda
alami.
C. Kepemimpinan dalam Suatu Organisasi
Kepemimpinan adalah serangkaian upaya dari pemimpin dalam
mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para
bawahannya dapat bekerja dengan baik, bersemangat tinggi, dan mempunyai
disiplin serta tanggung jawab yang tinggi pula terhadap atasan. Indikatornya
adalah (1) kejelasan pimpinan dalam memberi perintah; (2) pandai membaca situasi
dan peka terhadap saran dan masukan; (3) pemberian penghargaan, teguran maupun
pujian; (4) tinggi rendahnya tingkat kreativitas pimpinan dalam menciptakan
suasana lingkungan kerja yang baik; (5) menciptakan disiplin diri dan disiplin
kelompok; dan (6) kesediaan pihak atas dalam memberikan bimbingan, pengarahan, maupun contoh-contoh
kepada bawahan.[29]
Berikut ini dipaparkan berbagai gaya
kepemimpinan:
1.
Gaya
Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan
segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang
otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2.
Gaya
Kepemimpinan Demokratis / Democratic.
Gaya kepemimpinan demokratis adalah
gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap
ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh.
Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang
tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
3.
Gaya
Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat
delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan
tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
4.
Kepemimpinan
Situasional
Gaya kepemimpinan didasarkan atas
hubungan saling mempengaruhi antara;
Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin (prilaku tugas)
Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin (prilaku tugas)
a. Tingkat dukungan sosioemosional
yang disajikan pemimpin (prilaku hubungan).
b. Tingkat kesiapan yang
diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu (kematangan
bawahan).
Untuk lebih mengerti secara mendalam tentang Kepemimpinan
Situasional, perlu bagi kita mempertemukan antara gaya kepemimpinan dengan
kematangan bawahan karena pada saat kita berusaha mempengaruhi orang lain,
tugas kita adalah:
a. Mendiagnosa tingkat kesiapan bawahan dalam tugas-tugas
tertentu.
b. Menunjukkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi
tersebut.
Pandangan lain tentang jenis gaya kepemimpinan yaitu:
1. Memberitahukan, Menunjukkan, Memimpin, Menetapkan
(telling-directing).
2. Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk
(selling-coaching)
3. Mengikutsertakan, memberi semangat, kerja sama
(participating-supporting).
4. Mendelegasikan, Pengamatan, Mengawasi, Penyelesaian
(delegating)
Menurut Hersey, Blanchard dan Natemeyer ada hubungan yang
jelas antara level kematangan/kedewasaan orang-orang dan atau kelompok dengan
jenis sumber kuasa yang memiliki kemungkinan paling tinggi untuk menimbulkan
kepatuhan pada orang-orang tersebut. Kepemimpinan situational memandang
kematangan sebagai kemampuan dan kemauan orang-orang atau kelompok untuk
memikul tanggungjawab mengarahkan prilaku mereka sendiri dalam situasi
tertentu. Maka, perlu ditekankan kembali bahwa kematangan merupakan konsep yang
berkaitan dengan tugas tertentu dan bergantung pada hal-hal yang ingin dicapai
pemimpin.
Menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kematangan tidak mampu
dan tidak ingin maka gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin
bawahan seperti ini adalah Gaya Telling, yaitu dengan memberitahukan,
menunjukkan, mengistruksikan secara spesifik.
2. Tingkat kematangan tidak mampu
tetapi mau, untuk menghadapi bawahan seperti ini maka gaya yang diterapkan
adalah Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual, Menjelaskan, Memperjelas,
Membujuk.
3. Tingkat kematangan mampu tetapi
tidak mau/ragu-ragu maka gaya pemimpin yang tepat untuk bawahan seperti ini
adalah Gaya Partisipatif, yaitu Saling bertukar Ide & beri kesempatan untuk
mengambil keputusan.
4. Tingkat kematangan mampu dan mau
maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah Delegating, mendelegasikan tugas dan
wewenang dengan menerapkan system control yang baik.
Bagaimana cara seseorang memimpin haruslah dipengaruhi oleh
kematangan orang yang di pimpin/ kematangan kinerja bawahan supaya tenaga
kepemimpinannya efektif dan juga pencapaian hasil optimal. Jika kinerja bawahan
dapat mempengaruhi kinerja pimpinan, maka sebaliknya pemimpin dengan
kinerjanyapun dapat mempengaruhi kinerja bawahan.[30]
D. Teknologi di Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Yang dimaksud dengan teknologi dalam bahasan ini yang
pertama adalah penerapan keilmuan yang mempelajari dan mengembangkan kemampuan
dari suatu rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang.
Artinya teknologi bukan dalam arti fisik namun merupakan sistim pemecalah
masalah. Sementara itu teknologi secara fisik adalah aplikasi ilmu dan
engineering ntuk mengembangkan mesin dan prosedur agar memperluas dan
memperbaiki kondisi manusia atau paling tidak memperbaiki efisiensi manusia
pada beberapa aspek. Jadi kedua pengertian teknologi baik secara fisik maupun
nonfisik yang diaplikasikan dalam suatu organisasi keduanya berpengaruh pada
kinerja.
Perkembangan teknologi amat pesat dan berpengaruh . Suatu
organisasi atau lembaga cepat atau lambat merespon fenomena tersebut. Sebagai
contoh sebuah organisasi pendidikan yaitu sekolah yang sebelumnya belum
menggunakan komputer, seiring perkembangan dan kebutuhan maka kini
menggunakannya. Bahkan lebih jauh lagi internetpun sudah diaplikasikan dalam
pembelajaran. Tentu saja kinerja yang ada di lembaga tersebut, baik kepala
sekolah, guru, staf, dan siswa secara sistemik harus meresponnya secara
positif. Dengan adanya fenomena tersebut maka setiap individu harus belajar
untuk menguasai teknologi. Jadi tidak ada lagi istilah ’gaptek’ atau ’gagap
teknonogi’. Teknologi dan informasi yang diaplikasikan dalam organisasi atau
lembaga tersebut mempengaruhi kinerja untuk mencapai ’achievement’ dan iklim
tecnology literacy. Aplikasi teknologi pada contoh tersebut berlaku secara
fisik yaitu penggunaan teknologi berbentuk mesin untuk mempermudah dan
meningkatkan kinerja, dan secara nonfisik yaitu aplikasi terhadap pemanfaatan,
pendesainan, pengembangan, pengelolaan dan evaluasi keseluruhan sistem.[31]
PENUTUP
Dalam bahasan di atas dapat kita cermati bahwa begitu berpengaruhnya lingkungan kerja pada kinerjanya. Visi dan misi organisasi atau lembaga, motivasi, sistem rekrutmen dan seleksi, kepemimpinan dan teknologi di dalamnya harus direspon. Oleh karenyanya dalam hal ini peran Teknologi Kineja atau Human Performance teknology amatlah urgen.
Dalam bahasan di atas dapat kita cermati bahwa begitu berpengaruhnya lingkungan kerja pada kinerjanya. Visi dan misi organisasi atau lembaga, motivasi, sistem rekrutmen dan seleksi, kepemimpinan dan teknologi di dalamnya harus direspon. Oleh karenyanya dalam hal ini peran Teknologi Kineja atau Human Performance teknology amatlah urgen.
REFERENSI
http://organisasi.org/jenis_dan_macam_gaya_kepemimpinan_pemimpin_klasik_otoriter_demokratis_dan_bebas_manajemen_sumber_daya_manusia.
Dikunjungi 25 juni 2016.
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=79994&lokasi=lokal.
Dikunjungi 25 juni 2016
Dikunjungi 25 juni 2016
http://id.wikipedia.org/wiki/TEORI_MOTIVASI".
Dikunjungi 25 juni 2016
http://eprints.ums.ac.id/832/1/Artikel_6_Vera_P,_2.pdf.
Dikunjungi 25 juni 2016
Maslow, Abrahan Harold et all. 1987. Motivation and
Personality. 3rd Edition.Harper and Row.
Northouse, Peter Guy.2006.Leadership: Theory and Practice.
4th Edition. SAGE
Stolovitch Harold D & Erica J.Keps (1992 ),Handbook of
Human Performance Technology, Jossey-Bass Publisher.
MATERI 11
PERALIHAN PARADIGMA DARI PELATIHAN DAN PUSAT PELATIHAN
MENJADI BELAJAR DI LEMBAGA
1. Pendahuluan
Pelatihan
sering didefisinisikan sebagai pemberian bekal keterampilan teknis tertentu
pada suatu bidang tertentu untuk meningkatkan kinerja seseorang di di dalam organisasi, yang nantinya akan terukur dari kinerja organisasi secara keseluruhan. Jika kita melihat definisi ini, tentunya langkah yang paling mudah untuk melihat apakah training telah mencapai efektivitasnya adalah dengan cara mengukur apakah biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan sepadan dengan hasil yang diperoleh organisasi, yakni berupa profit. Pelatihan yang dilaksanakan baik dengan menggunakan metode on the job training maupun in the job training bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
pada suatu bidang tertentu untuk meningkatkan kinerja seseorang di di dalam organisasi, yang nantinya akan terukur dari kinerja organisasi secara keseluruhan. Jika kita melihat definisi ini, tentunya langkah yang paling mudah untuk melihat apakah training telah mencapai efektivitasnya adalah dengan cara mengukur apakah biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan sepadan dengan hasil yang diperoleh organisasi, yakni berupa profit. Pelatihan yang dilaksanakan baik dengan menggunakan metode on the job training maupun in the job training bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Pelatihan
bukanlah tujuan, melainkan suatu alat dari manajemen untuk mencapai tujuan
perusahaan yang mana merupakan usaha dan tanggung jawab pimpinan tertinggi
terhadap karyawan yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan adanya pelatihan akan
dapat menimbulkan perubahan dalam kebiasaan bekerja, perubahan sikap, tingkah
laku, keterampilan serta pengetahuan karyawan. Dan pelatihan tersebut harus
dilakukan secara terus.
Tidak
jarang diketemukan perusahaan atau lembaga mengutus beberapa karyawannya dari
berbagai divisi mendapat kesempatan tugas belajar (melanjutkan studi),
mengikuti seminar, pelatihan, ataupun workshop dengan harapan mereka dapat
mengembangkan kompetensinya, meningkatkan kinerja ataupun sekedar menambah
pengetahuan terbaru tentang perkembangan bisnis yang digeluti. Akan tetapi
hasil yang ada terkadang tidak sesuai dengan harapan. Mungkinkah hal itu
terjadi akibat kesalahan karyawannya yang tidak bersungguh-sungguh mengikuti
pendidikan/pelatihan itu? Atau kesalahan perusahaan dalam memilih pembelajaran
yang sesuai bagi mereka? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin saja dapat terjawab
jika ada perubahan paradigma, yaitu dari pelatihan menjadi belajar di lembaga.
Istilah pelatihan terkesan pemerolehan pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya
instan dan hasilnya bisa jadi tidak permanen. Namun istilah belajar konotasinya
sama dengan perubahan tingkah laku yang cenderung permanen, lekat dengan
istilah long live education, dan bukan hal yang terkesan ”dipaksakan” ataupun
hasilnya tidak akan bertahan lama. Untuk itu, bahasan kali ini mendiskusikan
perubahan paradigma dari pelatihan menjadi belajar di lembaga/organisasi yang
diharapkan akan membawa pada perubahan ke arah yang lebih baik.
2. Definisi-definisi
Organisasi Belajar
Beberapa
definisi organisasi belajara menurut para ahli[32]
:
“
Inti organisasi belajar adalah kemampuan organisasi untuk
memanfaatkan kapasitas mental dari semua anggotanya guna menciptakan sejenis
proses yang akan menyempurnakan organisasi ” (Nancy Dixon, 1994)
“
Organisasi di mana orang-orangnya secara terus-menerus mengembangkan
kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana
pola-pola berpikir baru dan berkembang dipupuk, di mana aspirasi kelompok
diberi kebebasan, dan di mana orang-orang secara terus-menerus belajar
mempelajari (learning to learn) sesuatu secara bersama” (Peter Senge, 1990)
Marquardt
dalam Yusufhadi Miarso (2007 : 191) mendefinisikan organisasi belajar sebagai
organisasi yang belajar bersama dengan sungguh-sungguh dan senantiasa
mentransformasikan diri dengan mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan
pengetahuan untuk keberhasilan usaha. Ia memberdayakan orang-orang baik di
dalam maupun di luar organisasi belajar sambil bekerja.
Yusufhadi Miarso (2002) mengemukakan beberapa alasan mengapa saat ini diperlukan organisasi belajar. Pertama dalam rangka pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, kita tidak lagi dapat mengandalkan pada tersedianya tenaga kerja yang banyak dan murah, melainkan tenaga kerja yang terdidik dengan baik dan menguasai informasi dengan baik (well educated, well trained, and well informed). Kedua, pengembangan organisasi yang lebih berorientasi pada lingkungan internal dianggap tidak tepat lagi. Sejalan dengan masyarakat informasi , maka organisasi perlu menguasai informasi mengenai lingkungan secara komprehensif.
Serangkaian dimensi dan karakteristik penting yang menandai organisasi belajar menurut Marquardt meliputi:
Yusufhadi Miarso (2002) mengemukakan beberapa alasan mengapa saat ini diperlukan organisasi belajar. Pertama dalam rangka pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, kita tidak lagi dapat mengandalkan pada tersedianya tenaga kerja yang banyak dan murah, melainkan tenaga kerja yang terdidik dengan baik dan menguasai informasi dengan baik (well educated, well trained, and well informed). Kedua, pengembangan organisasi yang lebih berorientasi pada lingkungan internal dianggap tidak tepat lagi. Sejalan dengan masyarakat informasi , maka organisasi perlu menguasai informasi mengenai lingkungan secara komprehensif.
Serangkaian dimensi dan karakteristik penting yang menandai organisasi belajar menurut Marquardt meliputi:
·
Belajar
dilakukan oleh organisasi secara menyeluruh, seolah-oleh organisasi itu
memiliki satu otak;
·
Belajar berlangsung terus- menerus dan terintegrasi dengan
pekerjaan;
·
Kemampuan
berfikir sistem sangat fundamental;
·
Tersedianya
sumber data dan informasi yang diperlukan untuk keberhasilan informasi;
·
Berkembangnya
budaya kelembagaan yang mendukung, menghargai, dan memicu belajar perorangan
dan kelompok;
·
Kegiatan
dilandaskan pada aspirasi, refleksi, dan konseptualisasi bersama;
·
Mempunyai
kemampuan untuk senantiasa menyesuaikan diri, memperbaharui, dan meningkatkan
diri sebagai respon atas perubahan lingkungan.
”Organisasi belajar adalah
organisasi yang mampu melaksanakan proses transformasi pengetahuan secara
siklikal-berkelanjutan, dari pengetahuan pekerja sebagai hasil belajar mandiri
menjadi pengetahuan organisasi sebagai hasil belajar rganisasional, untuk
menumbuh kembangkan modal organisasi. (diana siregar, ITB) [33]
3. Ciri/Karakteristik
Organisasi Belajar
Proses
belajar tim/organisasi akan efektif jika para pekerja mampu melakukan proses
belajar mandiri-yang merupakan proses yang dilalui oleh setiap pekerja untuk
meningkatkan kualitas kompetensi individualnya-kemudian dilanjutkan dengan
proses transformasi pengetahuan para pekerja menjadi pengetahuan organisasi.
Serangkaian
dimensi dan karakteristik penting yang menandai organisasi belajar menurut Marquardt
meliputi:
·
Belajar
dilakukan oleh organisasi secara menyeluruh, seolah-oleh organisasi itu
memiliki satu otak;
·
Belajar berlangsung terus- menerus dan terintegrasi dengan
pekerjaan;
·
Kemampuan
berfikir sistem sangat fundamental;
·
Tersedianya
sumber data dan informasi yang diperlukan untuk keberhasilan informasi;
·
Berkembangnya
budaya kelembagaan yang mendukung, menghargai, dan memicu belajar perorangan
dan kelompok;
·
Kegiatan
dilandaskan pada aspirasi, refleksi, dan konseptualisasi bersama;
·
Mempunyai
kemampuan untuk senantiasa menyesuaikan diri, memperbaharui, dan meningkatkan
diri sebagai respon atas perubahan lingkungan.
Ciri
Ciri Organisasi Belajar dalam “The Fifth Disciplines” menurut Peter Senge:
1.
Berfikir
Sistem ( System Thinking).
Menurur
Peter Senge, Pemikiran yang sistemik merupakan pondasi konseptual dari
organisasi belajar. Disebut pondasi konseptual karena merupakan disiplin yang
menggabungkan hal-hal yang berbeda, kemudian menyatukan mereka ke dalam suatu
tubuh yang koheren dalam bentuk teori dan praktek.
2.
Penguasaan
Pribadi (Personal Mastery).
Setiap
orang harus mempunyai komitmen dalam mencapai tujuan dan menjadikan dirinya
sebagai manusia pembelajar. Penguasaan pribadi sangat dibutuhkan oleh
masing-masing individu agar masing-masing dari individu itu mampu untuk
melakukan analisis situasional, mendalami visi pribadi dan juga organisasi,
mengembangkan kesabaran, dan memandang realita secara objektif.
3.
Pola
Mental (Mental Models).
Setiap
individu memiliki pola mental yang berbeda-bedai dalam memandang dunia
sekitarnya, Untuk itu, berpikir reflektif diperlukan oleh individu dalam
melakukan tindakan.
4.
Visi
Bersama (Shared Vision).
Visi
bersama merupakan komitmen bersama dalam melakukan perubahan-perubahan. Oleh
karena itu, organisasi belajar perlu mempersatukan setiap individu berdasarkan
atas identitas yang sama dan persamaan nasib.
5.
Belajar
Beregu (Team Learning).
Belajar
secara beregu atau berkelompok akan menghasilkan dan menampilkan hasil lebih
baik daripada belajar sendiri. Jika belajar secara beregu atau tim kita harus
memperhatikan semboyan negara kita “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
4. Tujuan
Organisasi Belajar
“Menjadikan
semua Individu yang terlibat dalam organisasi menjadi manusia pembelajar
(Belajar tentang bagaimana Belajar) melalui SDM yang terus Belajar bagaimana
Belajar tujuan (goal) akan dapat dicapai secara efektif dan efisien?”.
5. Karakteristik
Organisasi Belajar
Karakteristik
Organisasi Belajar
Siapa
yang belajar? Seluruh manajer/karyawan dari semua unit kerja.
Siapa
yang mengajar? Atasan langsung, pelatih, dan narasumber.
Siapa
yang bertanggung jawab? Setiap manajer/karyawan.
Peranti
belajar yang digunakan? Kursus, magang, rencana belajar, tim, mitra kerja,
ukuran kinerja, refleksi pribadi.
Kapan
belajar? Sepanjang hayat, untuk jangka waktu panjang.
Kompetensi
apa yang dipelajari? Teknis dan manajerial, hubungan pribadi,bagaimana belajar.
Dimana
belajar? Ruang rapat, saat melakukan pekerjaan, dimana saja.
Waktu?
Untuk masa yang akan datang.
Motivasi?
Intrinsik dan bersemangat.
6. Mengapa
Perlu Organisasi belajar?
Organisasi
belajar diperlukan untuk:
·
Menyiapkan
sumber Daya manusia (SDM) yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman yang semakin cepat dan pesat.
·
Untuk
memenuhi kebutuhan organisasi terhadap tenaga kerja yang terdidik dan kompeten.
·
Untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pemberdayaan seluruh komponen-komponen yang
ada dalam organisasi dan perbaikan kualitas kinerja anggotanya.
7. Bagaimana Alur Kerja dari
Pengembangan Organisasi Belajar?
a. Analisis
Kebutuhan
Analisis latar belakang pemikiran
dan Daftar identifikasi kebutuhan organisasi belajar untuk menjawab tantangan
masa depan (perspektif).
b. Merumuskan Tujuan dan Indikator
Rumusan tujuan yang akan dicapai
oleh suatu organisasi belajar disertai dengan indikator-indikatornya.
c.
Menganalisis
Rentang Tugas
Menganalisis
rentang tugas-tugas atau kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan indicator keberhasilan.
d. Menganalisis Potensi Kinerja
Menganalisis
ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) sesuai dengan potensinya masing-masing
dalam pencapaian tujuan.
e.
Merumuskan
Indikator Kinerja
Merupakan rumusan indikator kinerja
masing-masing individu (SDM) yang digunakan untuk melancarkan tercapainya
tujuan (target).
f.
Membangun
Komitmen Diri atau Komitmen Bersama
Rumusan komitmen bersama dan
komitmen individu dalam mencapai tujuan sekolah
Masalah
belajar itu dialami oleh siapa saja sepanjang hidupnya (long live education)
dan ini terjadi dimanapun ia berada: di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di
tempat ibadah dan di masyarakat, termasuk pada organisasi belajar, dengan cara
apa saja, dari apa dan oleh siapa saja. Dalam bagian ini dibahas mengenai organisasi belajar. Organisasi belajar perlu kita
pandang sebagai suatu sistem yang didalamnya terdiri dari beberapa sub sistem
yang memiliki fungsi tersendiri dan saling berpengaruh terhadap sub sistem
lainnya. Apa sajakah sub-sub sistem tersebut, adalah sebagai berikut:
BELAJAR;
dalam hal ini, suatu organisasi harus senantiasa memaintain dan mengoptimalkan
dinamika belajar dalam lingkungan organisasi secara terus menerus. Komponen
sistem belajar yang perlu terus dibina adalah 5 plus 1 disiplin, yaitu berpikir
sistem (system thinking), model mental (mental model), kemahiran personal
(personal mastery), belajar melalui aksi (action learning), visi bersama
(shared vision) menurut Peter Senge, plus satu disiplin lagi menurut Marquardt,
yaitu dialog (dialogue). Disamping itu, perlu dibina dan dipupuk tipe belajar ,
meliputi belajar deutro, belajar anstisipatif, dll yang terjadi baik pada level
individu maupun kelompok.
ORANG;
dalam hal ini suatu organisasi harus senantiasa memberdayakan semua orang yang
terkait dengan organisasi . Siapa sajakah itu? Komponen orang disini meliputi
manajer level atas ampe bawah, karyawan, pelanggan, mitra kerja, dan jangan
lupakan komunitas.
ORGANISASI;
dalam hal ini suatu organisasi harus senantiasa membenahi organisasinya.
Komponen organisasi meliputi visi, misi, budaya, strutur organisasi,
nilai-nilai yang dianut, dan termasuk strategi-strategi organisasi untuk
mencapai visi.
PENGETAHUAN;
dalam hal ini suatu organisasi harus pandai melakukan manajemen pengetahuan
(knowledge management), yaitu memperoleh, menciptakan, menyimpan,
mendistribusikan dan mentransformasikan pengetahuan kepada seluruh anggota
organisasi dengan cara-cara yang lebih efektif dan efisien.
Lebih
jauh menurut Senge, belajar itu sendiri merupakan suatu subsistem di samping
empat subsistem lain yaitu organisasi, pengetahuan, orang dan teknologi. Empat
subsistem itu diperlukan untuk menunjang keberhasilan belajar.
Berkenaan
dengan implementasi organisasi belajar dan pengembangan di suatu perusahaan
secara terintegrasi diperlukan analisis kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan,
siapa yang membutuhkan, kompetensi apa yang ingin dicapai serta bagaimana
mengukur keberhasilan pembelajaran. Hasil analisis kebutuhan pembelajaran
tersebut dimanfaatkan untuk menyusun program-program pembelajaran dan implementasinya,
kemudian mengukur tingkat keberhasilan serta dampaknya terhadap kinerja
perusahaan.[34]
8.Peran
Persepsi Belajar
Persepsi
belajar berkaitan dengan gaya belajar individu yang ada dalam organisasi.
Kemp dan Dayton, 1985 menganggap persepsi sebagai suatu proses dimana seseorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya. Fleming dan Levie mempercayai persepsi sebagai suatu proses penerimaan informasi yang rumit, yang diterima atau diekstraksi manusia dari lingkungannya..... dan termasuk penggunaan indra manusia. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indra untuk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Pada akhirnya pesepsi dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini karena individu tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut.
Kemp dan Dayton, 1985 menganggap persepsi sebagai suatu proses dimana seseorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya. Fleming dan Levie mempercayai persepsi sebagai suatu proses penerimaan informasi yang rumit, yang diterima atau diekstraksi manusia dari lingkungannya..... dan termasuk penggunaan indra manusia. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indra untuk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Pada akhirnya pesepsi dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini karena individu tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut.
Persepsi
memiliki prinsip dasar yaitu relatif, selektif, dapat diatur, bersifat
subjektif dan bervariasi walaupun individu-individu tersebut berada dalam
situasi yang sama (Fleming dan Levie, 1978). Persepsi dapat mempengaruhi daya
ingat, pembentukan konsep dan pembinaan sikap.
9.
Tipologi Gaya Belajar Organisasi
Karena
individu belajar melalui berbagai cara yang berbeda-beda, dalam organisasi
muncul beberapa gaya belajar yang berbeda-beda pula. Ada beberapa alasan
mengapa beberapa perusahaan mengembangkan gaya belajar yang berbeda. Organisasi
mungkin perlu mempelajari waktu, sumber penghasilan, historis, dan batasan daya
saing yang dihadapi. Identifikasi gaya belajar secara empiris yaitu:
Eksperimentasi,
akuisisi kompetensi, benchmarking, dan perbaikan terus-menerus.
Perlu diingat bahwa tipologi pembelajaran seperti pada gambar berikut ini merupakan penggabungan dimensi pengalaman langsung dengan pengalaman orang lain dan juga eksplorasi dan eksploitasi ( Basuki Wibawa dalam Prawirailaga, 2007:181-183)
Perlu diingat bahwa tipologi pembelajaran seperti pada gambar berikut ini merupakan penggabungan dimensi pengalaman langsung dengan pengalaman orang lain dan juga eksplorasi dan eksploitasi ( Basuki Wibawa dalam Prawirailaga, 2007:181-183)
a. Gaya Belajar Eksperimentasi
Cara yang diterapkan adalah mencoba
gagasan-gagasan baru dan bersedia menerima dan melakukan eksperimentasi dengan
proses dan produk baru. Sumber utama pembelajarn adalh konsumen dan karyawan
(melalui pemgalaman langsung). Mereka melakukan pembelajaran organisasi melalui
eksperimentasi terkontrol dengan baik dari sisi dalam atau luar daripada
mengeksploitasi pengalaman orang lain.
b.
Gaya
Belajar Akuisisi Kompetensi
Organisasi akan belajar dengan cara
mendorong individu dan tim untuk memperoleh kompetensi baru. Belajar merupakan
aspek kritis strategi bisnis yang memusatkan pada pengalaman orang lain dan
eksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru termasuk perekrutan , pelatihan dan
aktivitas pengembangan, dan aliansi strategis dengan universitas atau
perusahaan konsultan. Tujuannya adalah untuk membantu anggota organisasi
memperoleh peningkatan kompetensi, mempercepat penciptaan ide-ide dan
pengembangan produk dan proses inovatif.
c.
Gaya
Belajar Benchmarking
Suatu organisasi yang belajar dengan
cara menemukan bagaimana orang lain bekerja lalu mencoba mangambil dan mengubah
pengetahuan ini ke dalam organisasinya sendiri. Organisasi yang sedang
melaksanakan benchmarking terutama akan belajar dari pengalaman orang lain dan
mengeksploitasi teknologi dan praktik yang berhasil yang sudah ada.
d.
Gaya
Belajar Perbaikan Terus-Menerus
Gaya belajar ini lebih pada
menekankan adanya keterlibatkan karyawan yang sangat tinggi (melalui gugus
kendali mutu, kelompok pemecahan masalah dan sebagainya) untuk memutuskan isu
yang telah diidentifikasi pelanggan internal dan eksternal. Organisasi ini
mengandalkan pengalaman langsung dan eksploitasi proses yang ada.
Gaya belajar dan pembelajaran yang
paling ideal berdasarkan survey adalah gaya eksperimentasi. Meski demikian,
dalam penciptaan ide-ide, gaya pembelajaran yang berbeda benar-benar
mencerminkan jati diri. Gaya mewakili sebagian proses pembelajaran menyeluruh,
meski gaya-gaya itu tidak mempunyai banyak pengaruh pada generalisasi ide
10. Organisasi sebagai Lingkungan Belajar
Kita
mengawali bahasan ini dengan menghadirkan beberapa definisi
organisasi. Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
organisasi. Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
Menurut
James D. Mooney, organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama. Organisasi Menurut Chester I. Bernard merupakan suatu
sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Sebuah
kesatuan yang terdiri dari sekelompok orang yang bertindak
secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (Burky
dan Perry, 1998).
secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (Burky
dan Perry, 1998).
Definisi
Organisasi Perusahaan (Kast & Rosenzweig) :
1.
Suatu subsistem dari lingkungannya yang lebih luas.
2.
Terdiri dari orang-orang yang berorientasi pada tujuan.
3. Suatu subsistem teknik, yaitu
orang-orang yang menggunakan pengetahuan,
teknik, peralatan & fasilitas.
4. Suatu subsistem struktural, yaitu
orang-orang yang bekerja bersama dalam berbagai kegiatan yang terpadu.
5.
Suatu subsistem psikososial, yaitu orang-orang yang terlibat dalam hubungan social
6.
Suatu subsistem manajerial yang merencanakan & mengendalikan semua usaha.
Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi terdiri dari
konponen system yang saling berkaitan, saling mendukung dalam kegiatannya untuk
mencapai
tujuan bersama. Organisasi itu ada di berbagai aspek; ekonomi, sosial, budaya, agama, bahkan pendidikan. Walaupun yang sering kita pelajari mayoritas dalam hal perekonomian.
tujuan bersama. Organisasi itu ada di berbagai aspek; ekonomi, sosial, budaya, agama, bahkan pendidikan. Walaupun yang sering kita pelajari mayoritas dalam hal perekonomian.
Organisasi
menjadi lingkungan belajar bagi individu yang ada dalam sistem tersebut.
Individu merespon apa yang menjadi visi dan misinya, terlibat dalam segala
aktivitas dalam mencapai tujuan organisasi. Suatu organisasi atau lembaga
menghendaki seluruh karyawannya well aducated, well trained dan well informed.
Untuk menciptakan kondisi tersebut maka setiap personel dalam organisasi
tersebut harus menjadikan organisasi tersebut sebagai tempat belajar dan hal
ini berlaku setiap saat.
11. Peran Agent of Change
Agent
of Change memiliki makna ’yang membuat perubahan’. Di dalam organisasi apapun
peran agent of change sangat crucial. Mereka akan membuat perubahan kearah yang
lebih baik. Sebagai contoh, dalam organisasi pendidikan lingkup mikro, yaitu di
sekolah, guru merupakan agent of change yang membawa perubahan sehingga peserta
didiknya dapat belajar dengan efektif dan efisien. Output pendidikanpun menjadi
membaik. Karena sekolah juga merupakan system, seorang pimpinan seperti Kepala
Sekolah juga terlibat dalam membuat perubahan. Demikian halnya dengan sebuah
perusahaan yang juga merupakan organisasi. Seluruh personel merupakan agent of
change baik karyawan maupun pimpinan. Jika Teknologi kinerja memiliki ‘System
Thinking’ maka perubahan harus melibatkan semua aspek dalam perusahaan
tersebut.[35]
12. Penutup
Dalam
upaya memperbaiki kinerja, pembelajaran senantiasa menjadi aktivitas tiada
akhir. Empat kompetensi pembelajaran untuk mengelola arus pengetahuan dalam
sebuah organisasi yaitu penyerapan pengetahuan dari luar, penyebaran
pengetahuan ke dalam, penciptaan pengetahuan di dalam, dan eksploitasi
pengetahuan dalam produk dan jasa (Steven ten Have, 2003).
Pelatihan
merupakan alat untuk meningkatkan prestasi kerja (performance).
Pelatihan bukanlah tujuan akhir dari aktivitas pemecahan masalah kinerja. Supaya pelatihan itu ’meaningful’, efktif dan efisien, maka paradigma pelatihan harus beralih kepada belajar. Dengan belajar, kinerja akan merasakan suatu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bersifat cenderung permanen, bukan bersifat sementara, dan manfaatnya dapat dirasakan dalam waktu yang lama. Pengaruhnya terhadap organisasi itu sendiri juga cukup besar.
Pelatihan bukanlah tujuan akhir dari aktivitas pemecahan masalah kinerja. Supaya pelatihan itu ’meaningful’, efktif dan efisien, maka paradigma pelatihan harus beralih kepada belajar. Dengan belajar, kinerja akan merasakan suatu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bersifat cenderung permanen, bukan bersifat sementara, dan manfaatnya dapat dirasakan dalam waktu yang lama. Pengaruhnya terhadap organisasi itu sendiri juga cukup besar.
REFERENSI
http://teknologi
kinerja.wordpress.com/2016/06/26/Organisasi Belajar
http://www.portalhr.com/majalah/edisi
sebelumnya/strategi
Prawiradilaga,
Dewi Salma&Eveline Siregar. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan.
Jakarta:Prenada Media
Jakarta:Prenada Media
[2] Seels, Barbara B and Rita C.R. Teknologi Pembelajaran,
Definisi dan Kawasannya. Unit Penerbitan UNJ. 1994
[4] Miarso, Yusufhadi, 2007. “Menyemai Benih Teknologi
Pendidikan”, Jakarta : Kencana Prenada Media Group
[5] Prawiradilaga, Dewi Salma. Prinsip Desain
Pembelajaran : Instructional Design Principles. Jakarta : Kencana, 2007.
[6] Piskurich, George M, Peter Becksichi, and Brandon Hall
(Eds.2000), ASTD, Handbook of Design and Delivery .McGraw-Hill- New York
[7] Prawiradilaga, Dewi Salma. Prinsip Disain Pembelajaran :
Instructional Design Principles. Jakarta : Kencana, 2007
[13] http://www.
staffsite.gunadarma.ac.id/widyo. Dikunjungi 10 Februari 2009.
[14] http://www.
staffsite.gunadarma.ac.id/widyo. Dikunjungi 10 Februari 2009.
[17] Prawiradilaga, Dewi .Salma. Mozaik Teknologi Pendidikan.
Jakarta : Kencana, 2007.
[21]
http://roisnahrudin.wordpress.com/tujuh-peran-penting-informasiteknologi-it-untuk-dunia-pendidikan diakses
tanggal 25 mei 2016 jam 18.45
[23]
http://www.buzzle.com/articles/role-of-computers-in-education.html
diakses
tanggal 25 mei 2016 jam 19.00
[24] Prawiradilaga, Dewi Salma&Eveline Siregar. 2004. Mozaik
Teknologi Pendidikan.Jakarta:Prenada Media
[27]
Maslow, Abrahan Harold et all. 1987.
Motivation and Personality. 3rd Edition.Harper and Row.
[29]
Northouse, Peter Guy.2006.Leadership:
Theory and Practice. 4th Edition. SAGE
[30]http://organisasi.org/jenis_dan_macam_gaya_kepemimpinan_pemimpin_klasik_otoriter_demokratis_dan_bebas_manajemen_sumber_daya_manusia.
Dikunjungi 25
juni 2016
[31]
Stolovitch Harold D & Erica
J.Keps (1992 ),Handbook of Human Performance Technology, Jossey-Bass Publisher.
[32] Prawiradilaga, Dewi Salma&Eveline Siregar. 2004.
Mozaik Teknologi Pendidikan.Jakarta:Prenada Media
[34] http://www.portalhr.com/majalah/edisi sebelumnya/strategi