Senin, Juni 29, 2009

cerpen dan poem

Hampir separuh malam ranis menunggu balasan pesan yang telah dikirimkannya dengan gelisah. Ketegangan itu semakin memuncak hingga rasanya mampu mencekik dan menghentikan nafasnya. Hanya butuh satu jarum kecil untuk membuatnya meledak berkeping-keping. Dia berusaha menemukan berbagai alasan sebagai pembenaran dan pembelaan mengapa hafis belum juga mengirim balasan yang seharusnya diterimanya beberapa jam yang lalu. Mungkin HPnya ketinggalan, barangkali dia sedang rapat, atau ada tugas luar kota sehingga berada di luar area.
Walau dengan kata-kata yang sederhana dan paling tidak terduga , dia tetap mengharap dan membutuhkan balasan itu untuk meredakan sakaunya. Setiap kata darinya -walau tidak ada yang istimewa- seolah telah berubah menjadi mantra pemikat yang menjeratnya dan merasuk dalam setiap aliran darahnya.dia tidak sanggup melepaskan diri dan menjadi tawanan dengan sukarela.Dia tidak henti-hentinya memandangi layar HP yang kelihatan dingin dan acuh. Merasa gemas sekaligus tidak berdaya.
“Dimana kamu, tolong balas pesanku”.
Dia meracau tak tentu. Menghabiskan waktu dengan bergerak diantara ruangan-ruangan. Mondar-mandir tak menghiraukan rasa kantuknya. Berjalan, duduk, berbaring, menelungkup- kehilangan kontrol atas dirinya- Energinya terkuras habis.
Sejak awal dia tahu kalau hubungan mereka akan jadi seperti ini. Nice but complicated. Sungguh pengalaman yang absurd dan irasional ketika bagaimana dia merasa jatuh cinta pada seseorang laki-laki hanya dengan melihat sebentuk siluet punggungnya.Dari jarak yang hampir mustahil untuk memastikan bagaimana wajahnya. Tapi anehnya, dia merasa mereka sudah saling mengenal begitu lama pada suatu saat entah dimana. Dia dapat merasakan getaran kimiawi diantara mereka, yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Dia menyimpan pengalaman itu untuk dirinya sendiri dan begitu yakin akan perasaannya.
Alam seperti dapat membaca pikirannya dan memberikan jawabannya. Tiba-tiba suatu siang sebuah email terusan tersesat di inboxnya dan mengantar laki-laki itu padanya. Membuka tabir dan memberi jalan untuk mengenalnya. Sejak itu, mulailah dia berusaha meniti tangga menuju istana hati Hafis. Mengetuk pintunya dengan isyarat-isyarat dan bahasa yang hanya mereka yang memahaminya.
Ranis merasa dunianya runtuh begitu tahu bahwa Hafis tidak lagi sendiri. Dan sebagai kompensasinya, dia menciptakan sosok yang lain dalam imajinasinya. Dimana hanya dia yang dapat meraih dan memilikinya tanpa pesaing. Karena dia tahu tak akan mampu menghadapi pesaing itu dalam dunia nyata - dalam kompetisi yang tanpa syarat sekalipun- maka dia menjadi pecundang dengan terpaksa. Sebagai orang yang datang terlambat, dia selalu tahu dimana harus meletakkan hatinya dan bagaimana harus membawa dirinya.
Otaknya telah disetting sedemikian rupa sehingga setiap kali dia terjaga, hanya dunia imajinasinya- dimana Hafis tinggal sebagai penghuni satu-satunya- yang akan diingatnya. Seperti komputer yang hanya diinstal dengan satu program. Dia menghayati kisahnya dalam sepi, karena dia tidak membutuhkan pengakuan dari siapapun. Dia mencintainya tanpa syarat apa-apa. Lepas dari espektasi yang dimiliki seorang perempuan pada seorang laki-laki pada umumnya.
Lalu lahirlah berpuluh puisi sebagai ekspresi perasaannya terhadap laki-laki itu. Refleksi atas legalitas hubungan mereka yang maya. Perasaan yang berurat akar pada setiap pori-pori dan sel dalam tubuhnya, Sehingga dia selalu membutuhkan sesuatu untuk dapat menghubungkan mereka. Media untuk menyemai cinta abstrak ini. Melalui gelombang udara, hembusan angin, tetesan hujan , bahkan percakapan orang-orang yang menyebut nama laki-laki itu. Ranis menemukan dirinya dimana-mana.Dia tenggelam dalam pesonanya.
Api itu memikat, api itu semangat
Api adalah energi.
Api akan berkobar, api bisa membakar.
Api mampu mencerahkan, api sanggup menghanguskan.
Api……api…..
Air itu penyeimbang
Air itu tenang penuh kekuatan.
Air menyejukkan, menaklukkan kobaran.
Entah danau, entah sungai, entah samudra.
“hai. Maaf ya, smsnya jalan-jalan dulu. Bla…bla…bla…” Balasan pesan itu datang keesokan harinya. Sayangnya sudah tidak berimbas apa-apa, karena perempuan itu sudah terlanjur koma.

Orang bijak bilang setiap persoalan akan menjadi mudah jika dibuat mudah dan sebaliknya akan menjadi rumit jika dibuat rumit. Tapi tidak berlaku untuk persoalan ini. Menggunakan metode apapun dia berusaha mempermudah tetap menjadi hal yang rumit. Ini seperti dongeng anak-anak yang mengisahkan tentang seorang pangeran api yang jatuh cinta pada putri air. Terdengar sangat romantis dan heroik, tapi sejatinya ironis karena akan saling menghancurkan jika diwujudkan. Satu-satunya hal yang bisa mempermudah adalah saling menjauh dan melupakan, dan justru itu mustahil. Layaknya menemukan belahan jiwa yang hilang, tak mungkin baginya melepaskan kembali.
Untuk sebuah perjalanan cinta, waktu sewindu sudah lebih dari cukup untuk mengukur kadarnya. Dia menempatkan dan memeram perasaanya pada cawan paling istimewa. Menunggu dengan kesabaran ekstra untuk mendapatkan dan menikmati citarasa tertinggi atas mahakaryanya. Dia menyesapnya perlahan-lahan tanpa tergesa-gesa seolah takut mabuk sebelum waktunya. Menahan setiap emosi dan menyamarkannya,
Pepatah bilang memilih menjadi danau yang tenang lebih baik daripada menjadi air terjun yang deras menderu. Tapi dia memilih menjadi sungai jernih yang mengalir,Kadang tenang, berarus atau bahkan berjeram. Sungai selalu memberinya inspirasi semangat petualangan sehingga dapat melewati semua tempat yang diinginkannya. Hutan, sawah, padang rumput, tapi selalu menuju satu tempat yang pasti, samudra.
Hari dan minggu berlalu dengan cepat. Penuh warna, peristiwa dan kata-kata.Setiap bagian mengayun-ayun hatinya dalam harapan dan kecemasan silih berganti. Dia tahu akan selalu berada di urutan kesekian dari semua hal yang diprioritaskan laki-laki itu. Dia tidak punya hak untuk itu. Maka seandainya mampu, dia ingin membalik waktu sehingga memberinya pilihan untuk hadir lebih awal. Mungkinkah takdir akan membawanya ke jalan yang berbeda?. Ranis membaca kembali puisi-puisinya dan merenungi setiap ungkapan perasaannya. Dari speaker radio sayup-sayup terdengar langgam jawa “ Opo iki sing jenenge, wong kang lagi ketaman asmoro…?”1
Bandung, 20 April 2009

1 : Beginikah rasanya, orang yang sedang kasmaran

Kami Adalah Suling
Kami adalah suling.Dan musik dalam diri kami berasal darimu.
Kami seumpama gunung,dan gaung dalam diri kami datang darimu
Kami adalah buah catur yang terlibat dalam kemenangan dan kekalahan
Kemenangan dan kekalahan kami berasal darimu, oh kau dari siapa menang dan kalah berasal.
Siapa kami, oh kau jiwa dari jiwa kami,kami tetap berada di sampingmu.
Kau adalah wujud mutlak yang memaklumkan si lekas binasa jadi nyata.
Kami semua adalah singa, tapi singa pada sebuah bendera
Disebabakan angin kami berkibar dari waktu ke waktu
Kibaran kami Nampak, tapi angin yang mengibarkan tidak kelihatan
Dapatkah yang tak terlihat berkibar dari kami?
Angin kami darimana kami bergerak, dan wujud kami berasaldari karuniamu, seluruh periada kami datang karena kau memunculkan kami dari wujud.
Telah kau tunjukkan rasa riang wujud terhadap bukan wujud, setelah yang bukan wujud kau bikin jatuh cinta.
Jangan renggut keriangan sifat pemurahmu, jangan renggut hidangan dan cawan anggurmu.
Dan jika kau renggut siapa yang akan memberi penerangan?
Bagaimana lukisan akan sampai bersama pelukisnya.

LELAKI DAN PEREMPUAN
Dalam kebenaran, tak pernah pencinta mencari sesuatu yang tak dilihat oleh kekasihnya.
Jika cahaya cinta menerobos kalbu kita,artinya cinta telah bersemayam dihati si dia.
Bila cinta tuhan menyala dalam hatimu, tentu tuhan telah mencintaimu.
Suara tepukan tidak akan terdengar dari tangan yang bertepuk sebelah.
Hikmah tuhan adalah ketentuan dan malkumat bahwa kita adalah pencinta satu dengan yang lain.
Karena itulah setiap hal di muka bumi diberi pasangan
Dimata orang arif, langit adalah lelaki dan bumi adalah perempuan
Bumi menerima apa yang diturunkan langit ke haribaan dan rahimnya
Jika bumi kurang panas, langit mengirimkan panasnya.
Jika bumi kurang segar, langit menyegarkan bumi yang lembab
Langit berputar menurut sumbunya, bagai suami mencari nafkah bagi istrinya.
Dan bumi sibuk mengurus rumah, menunggui dan menyusui bayi yang dilahirkan.
Perumpamaan bumi dan langit bagaikan bakat dan kepandaian
Yang satu memerlukan yang lain untuk hidup dan maujud
Tanpa bumi bagaimana kembang dan pepohonan akan berbunga?
Tanpa bumi apakah langit bisa menghasilkan air dan panas?
Ketika tuhan meletakkan nafsu berahi dalam diri lelaki dan perempuan
Lihat, dunia berhasil diselamatkan oleh persatuan dari keduanya
Begitulah tuhan menanamkan keinginan dalam setiap bagian
Dari keberadaan demi bagian keberadaan yang lain
Siang dan malam dilihat dari luar saling bertentangan, namun untuk mencapai tujuan yang satu , mereka saling membantu.
Masing-masing saling mencinta untuk mencapai kesempurnaan
Mereka saling memerlukan agar kerja mereka sempurna
Tanpa malam, hidup manusia tak akan membuahkan hasil, pun jika tanpa siang.

CINTA DAN PIKIRAN
Hati pedih inilah yang membaringkan berahi telanjang pencinta; tiada sakit menghamburkan luka seperti itu.
Cinta ialah rasa pilu disebabkan berpisah dari kekasih
Cinta adalah tanda dan bola kaca rahasia ketuhanan
Tak perduli apakah berasal dari langit atau pun bumi, cinta pada akhirnya akan membimbing kita ke hadirat-Nya
Pikiran, bagaikan keledai di lumpur, senantiasa gagal menerangkan apa yang disebut cinta.
Cinta sendirilah yang dapat menerangkan apa itu cinta
Bukankah seperti matahari, hanya matahari itu sendiri dapat menjelaskan apa itu matahari.
Ketahuilah, wahai kau yang ingin mengetahui
Segenap bukti yang kau cari sudah ada di sana

Musik Kenangan
Nada suling dan buluh perindu yang menawan telinga
Katakana, asalnya dari putaran biru angkasa raya
Iman yang mengatas rantai khayal dan angan
Tahu siapa pengubah suara sumbang dan merdu itu.
Kami adalah bagian dari adam, bersamanya kami dengar nyanyian para malaikat dan seraphim
Kenangan kami, walaupun tolol dan menyedihkan, kenal alunan musik surga yang menawan itu.
Musik adalah daging semua pecinta berahi, music menggetarkan dan melambungkan jiwa ke angkasa.
Bara perpijar, api abadi semakin berkobar
Kami mendengar senantiasa dan hidup dalam ria dan damai