Sejarah dan
Pengertian Logika Informatika
Logika
Informatika berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Logos”. Dalam bahasa
Inggris biasa diartikan dengan “Word”, “Speech” atau bisa juga dengan “What is
Spoken” lebih biasa kita kenal lagi dengan istilah “Thought” atau “Reason”.
Oleh karena
itu definisi Logika ialah ilmu pengetahuan Yang mempelajari atau berkaitan
dengan prinsip-prinsip dari penalaran argument yang valid. Para ahli setuju
bahwa Logika adalah studi tentang kriteria-kriteria untuk mengevaluasi
argumenargumen dengan menentukan mana argumen yang valid dan membedakan antara argumen
yang baik dan argumen yang tidak baik.Semula logika dipelajari sebagai salah
satu cabang filosofi atau ilmu filsafat.
Namun, sejak
tahun 1800-an logika dipelajari dibidang matematika dan sekarang ini juga
dibidang ilmu komputer, karena logika juga mempengaruhi ilmu komputer dibidang
perangkat keras (hardware) maupun perangkat Lunak (software).
Logika disini disebut logika simbol karena ia mempelajari usaha-usaha
mensimbolisasikan usaha-usaha secara formal.
Oleh karena
itu, logika juga disebut dengan logika formal (formal logic).
Aristoteles adalah orang pertama yang mengobservasi, meneliti dan mencatat
hukum-hukum dari logika formal, khususnya bentuk penalaran yang disebut
Silogisme yang terdiri dari beberapa premis dan satu konklusi. Logika yang dikembangkan
oleh Aristoteles ini disebut Juga logika klasik atau logika Aristoteles.
Macam-macam
Logika.
· Logika Alamiah
Kinerja akal
budi manusia yang berfikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi Oleh
keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif.Kemampuan
Logika alamiah manusia itu ada sejak lahir.pengetahuan yang mengkaji tentang
gejala-gejala alam semesta, termasuk dimuka bumi ini sehingga terbentuk konsep
dan prinsip.
· Logika Ilmiah
Logika Ilmiah
memperhalus dan mempertajam pikiran manusia serta akal budi manusia.Logika
ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harusditepati dalam
Setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika imliah inilah akal budi dapat
bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika
ilmiah dimaksudkan untuk Menghindarkan kesesatan atau paling tidak dapat
dikurangi. Logika ilmiah dapat dikatakan rasional atau masuk akal karena dalam
logika ilmiah telah Adanya akal sehat yang mendalami penelitian ilmiah dengan
berbagai alasan yang berasal dari Pemikiran itu sendiri.
Manfaat Logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk
berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap,tertib, metodis dan koheren
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat,
dan objektif
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir
secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan azas-azas sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari
kesalahan-kesalahan berpikir, Kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Apabila sudah mampu berpikir secara rasional,
kritis,lurus, metodis dan analitis seperti pada Point pertama, maka akan
meningkatkan citra diri seseorang.
Istilah-Istilah
Logika
§
Premis :
Pernyataan
§
Argumen :
Usaha untuk mencari kebenaran dari pernyataan berupa kesimpulan dengan
berdasarkan kebenaran dari suatu kumpulan pernyataan.
§
Konklusi :
Kesimpulan
Tentang
Informatika
Disiplin ilmu
yang mempelajari tentang transformasi fakta berlambang yaitu data maupun
informasi pada mesin berbasis komputasi.
Cakupan bidang
informatika antara lain : Ilmu Komputer, Ilmu Informasi, Sistem Informasi,
Teknik Komputer dan Aplikasi Informasi dalam bidang Komputer Bisnis, Akuntansi
maupun Ilmu Komputer Manajemen.
Secara umum,
informatika mempelajari tentang struktur, sifat dan interaksi dari berbagai
sistem yang dipakai untuk mengumpulkan data, memproses dan menyimpan hasil dari
pemrosesan data.
Aspek-Aspek
Informatika
Teori
informasi yang mempelajari matematis dari suatu informasi. Ilmu informasi yang
mempelajari tentang pengumpulan klasifikasi, manipulasi penyimpanan pengaksesan
dan penyebarluasan informasi untuk keperluan sosial dan kemasyarakatan secara
menyeluruh.
Ilmu komputer
dan Teknik Komputer yang mempelajari tentang pemrosesan, pengaksesan,
penyebarluasan dan apapun yang berhubungan dengan teknologi informasi sehingga
dapat dikembangkan. Ilmu yang mempelajari logika buatan dibidang komputasi dengan
mengembangkan dan memanfaatkan logika itu sendiri.
PERNYATAAN (PROPOSISI)
Kata merupakan rangkaian huruf yang mengandung arti, sedangkan kalimat
adalah kumpulan kata yang disusun menurut aturan tata bahasa dan mengandung
arti. Di dalam matematika tidak semua pernyataan yang bernilai benar atau salah
saja yang digunakan dalam penalaran. Pernyataan disebut juga kalimat deklaratif
yaitu kalimat yang bersifat menerangkan. Disebut juga proposisi.
Pernyataan/ Kalimat Deklaratif/ Proposisi adalah kalimat yang bernilai
benar atau salah tetapi tidak keduanya.
Contoh :
1.
Yogyakarta adalah kota pelajar (Benar).
2.
2+2=4
(Benar).
Tidak semua kalimat berupa
proposisi
Contoh :
1.
Dimanakah letak pulau bali?.
2.
Pandaikah dia?.
#penalaran deduktif
penalaran yang
didasarkan premis-premis yang diandaikan benar untuk menarik kesimpulan.
contoh:
1. semua mahasiswa baru mengikuti ospek.
2. wulandari adalah mahasiswa baru.
kesimpulannya : wulandari mengikut ospek.
#penalaran induktif
penalaran yang
didasarkan pada premis-premis yang bersifat faktual untuk menarik kesimpulan
yang bersifat umum.
contoh:
premis
1 : ayam 1
berkembang biak dengan telur
premis
2 : ayam
2 berkembang biak dengan telur
premis
3 : ayam 3
berkembang biak dengan telur
...
...
...
premis 50
: ayam 50 berkembang biak dengan telur
kesimpulannya :
semua ayam berkembang biak dengan telur
Pernyataan:
§ Pernyataan adalah
kalimat yang mempunyai nilai kebenaran (salah/benar)
§ Pernyataan yang
tidak mengandung kata hubung kalimat,disebut pernyataan primer/tunggal/atom.
Sedangkan pernyataan yang mengandung satu atau lebih kata hubung
kalimat,disebut pernyataan majemuk.
preposisi dilambangkan dengan huruf kecil p,q,r,s,...
contoh:
p : 13 adalah bilangan ganjil
q : soekarno adalah alumni UGM
r : ayam adalah binatang unggas
s : 2+2=4
PENGHUBUNG KALIMAT
DAN TABEL KEBENARAN
KATA HUBUNG KALIMAT
Simbol |
Arti |
Bentuk |
¬/~ |
Tidak/Not/Negasi |
Tidak…………. |
^ |
Dan/And/Konjungsi |
……..dan…….. |
v |
Atau/Or/Disjungsi |
………atau……. |
=> |
Implikasi |
Jika…….maka……. |
< => |
Bi-Implikasi |
……..bila dan hanya bila…….. |
TABEL KEBENARAN
P |
q |
~p |
~q |
p^q |
pvq |
p=>q |
p <=>q |
B |
B |
S |
S |
B |
B |
S |
B |
B |
S |
S |
B |
S |
B |
B |
S |
S |
B |
B |
S |
S |
B |
B |
B |
S |
S |
B |
B |
S |
S |
S |
B |
INGKARAN (NEGASI) SUATU PERNYATAAN,KONJUNGSI,DISJUNGSI DAN IMPLIKASI
A. NEGASI (INGKARAN)
Jika p adalah “ Semarang
ibukota Jawa Tengah”, maka ingkaran atau negasi dari pernyataan p tersebut
adalah ~p yaitu “ Semarang bukan ibukota Jawa Tengah” atau “Tidak benar
bahwa Semarang ibukota Jawa Tengah”. Jika p diatas bernilai benar (true), maka
ingkaran p (~p) adalah bernilai salah (false) dan begitu juga sebaliknya.
Contoh:
a. p: semua siswa punya almamater
~ p : beberapa
siswa tidak punya almamater
b. q : uki anak yang pandai
~ q : uki bukan anak yang
pandai
B. KONJUNGSI
Konjungsi adalah suatu pernyataan majemuk yang menggunakan penghubung “DAN/AND”
dengan notasi “^”
Contoh:
a. p: Fahmi
makan nasi
q:Fahmi minum kopi
Maka p^q : Fahmi makan nasi dan minum kopi
b. p: Aan anak yang
pemalas
q: Aan anak yang ngantukan
Maka p^q : Aan anak yang pemalas dan ngantukan
Pada konjungsi p^q akan
bernilai benar jika baik p maupun q bernilai benar. Jika salah satunya (atau
keduanya) bernilai salah maka pÙq bernilai salah.
C. DISJUNGSI
Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan penghubung “ATAU/OR”
dengan notasi “v”. Kalimat
disjungsi dapat mempunyai 2 arti yaitu :
a. INKLUSIF OR
Yaitu jika “p benar atau q benar atau keduanya
true”
Contoh :
p : 7 adalah bilangan prima
q : 7 adalah bilangan ganjil
p v q : 7 adalah
bilangan prima atau ganjil
Benar bahwa 7 bisa dikatakan bilangan prima
sekaligus bilangan ganjil.
b. EKSLUSIF
OR
Yaitu jika “p benar atau q benar tetapi tidak
keduanya”.
Contoh :
p : Saya akan melihat
pertandingan bola di TV.
q : Saya akan melihat
pertandingan bola di lapangan.
p v q : Saya akan
melihat pertandingan bola di TV atau lapangan.
Hanya salah satu dari 2
kalimat penyusunnya yang boleh bernilai benar yaitu jika “Saya akan melihat
pertandingan sepak bola di TV saja atau di lapangan saja tetapi tidak keduanya.
D. IMPLIKASI
Misalkan ada 2 pernyataan p
dan q, untuk menunjukkan atau membuktikan bahwa jika p bernilai benar akan
menjadikan q bernilai benar juga, diletakkan kata “JIKA” sebelum pernyataan
pertama lalu diletakkan kata “MAKA” sebelum pernyataan kedua sehingga
didapatkan suatu pernyataan majemuk yang disebut dengan “IMPLIKASI/PERNYATAAN
BERSYARAT/KONDISIONAL/ HYPOTHETICAL dengan notasi “ =>”.
Notasi pÞq dapat
dibaca :
1.
Jika p maka q
2.
q jika p
3.
p adalah syarat cukup untuk q
4.
q adalah syarat perlu untuk p
Contoh
1. p : Pak Ali adalah seorang haji.
q : Pak Ali adalah seorang
muslim.
p => q : Jika Pak Ali
adalah seorang haji maka pastilah dia seorang muslim.
2. p : Hari hujan.
q : Adi membawa payung.
Benar atau salahkah pernyataan berikut?
a. Hari benar-benar
hujan dan Adi benar-benar membawa payung.
b. Hari benar-benar
hujan tetapi Adi tidak membawa payung.
c. Hari tidak hujan
tetapi Adi membawa payung.
d. Hari tidak hujan dan Adi tidak membawa
payung.
KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI
Perhatikan pernytaan di bawah
ini! ~ ^ v => <=>
“Jika suatu bender adalah bendera RI maka ada warna merah pada bendera
tersebut”
Bentuk umum implikasi di atas adalah “p => q”
dengan
p : Bendera RI
q : Bendera yang ada warna merahnya.
Dari implikasi diatas dapat dibentuk
tiga implikasi lainnya yaitu :
1. KONVERS, yaitu q => p
Sehingga implikasi diatas menjadi :
“ Jika suatu bendera ada warna merahnya, maka bendera tersebut adalah
bendera RI”.
2. INVERS, yaitu ~p => ~q
Sehingga implikasi diatas menjadi :
“ Jika suatu bendera bukan bendera RI, maka pada bendera tersebut tidak
ada warna merahnya”.
3. KONTRAPOSISI, yaitu ~q => ~p
Sehingga implikasi di atas menjadi :
“ Jika suatu bendera tidak ada warna merahnya, maka bendera tersebut
bukan bendera RI”.
Suatu hal yang penting dalam logika adalah
kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen dengan kontraposisinya, akan
tetapi tidak demikian halnya dengan invers dan konversnya.
contoh lainnya:
p: lumba-lumba
adalah binatang mamalia
q: lumba-lumba
adalah binatang menyusui
Implikasi:
jika lumba-lumba
adalah binatang mamalia maka lumba-lumba adalah
binatang yang
menyusui.
konvers:
jika lumba-lumba adalah binatang menyusui maka
lumba-lumba adalah binatang mamalia.
invers :
jika lumba-lumba bukan binatang mamalia maka lumba-lumba bukan binatang
menyusui
kontraposisi:
jika lumba-lumba bukan binatang menusui maka lumba-lumba
bukan binatang mamalia.
Hal ini dapat dilihat dari
tabel kebenaran berikut
p |
q |
~p |
~q |
implikasi |
konvers |
invers |
kontraposisi |
B |
B |
S |
S |
B |
B |
B |
B |
B |
S |
S |
B |
S |
B |
B |
S |
S |
B |
B |
S |
B |
S |
S |
B |
S |
S |
B |
B |
B |
B |
B |
B |
Perangkai logika
Berikut adalah peringkai logika
informatika
Konjungsi (And) dengan symbol “ ^ ”
Tabel Kebenaran :
Konklusi/Kesimpulan akan bernilai benar/
true (T) jika kedua kondisi (A dan B) bernilai benar (T) .
Disjungsi (Or) dengan symbol “ v “
Tabel Kebenaran :
Konklusi/Kesimpulan akan
bernilai salah/ false (F) jika kedua kondisi (A dan B) bernilai salah (F)
.
————————————————————————————–
Negasi (Not)
Tabel Kebenaran :
not A adalah kebalikan dari premis A,
dan
§ not not A adalah kebalikan dari premis
not A
(Maaf kawan,
simbol not gak kebaca di blog, liat di gambar aja ya simbolnya ;;))
——————————————————————————-
Implikasi (If ..then) dengan symbol
(->)
Tabel Kebenaran :
Kondisi akan bernilai salah (F) jika
pernyataan pertama (A) bernilai (T) dan pernyataan kedua (B) bernilai salah (F)
———————————————————————————————
Biimplikasi/ Ekuivalensi (If..then..if)
dengan symbol “ <-> “
Tabel Kebenaran :
Jika premis pertama dan
kedua ( A dan B ) bernilai sama maka A <->B akan bernilai benar (T)
——————————————————————————————-
NAND/ Not And dengan symbol “ | “
Tabel Kebenaran :
Fungsi NAND adalah kebalikan dari fungsi
AND “ ^ “
——————————————————————————————
NOR/ Not Or
Tabel Kebenaran :
Fungsi NOR adalah kebalikan dari fungsi
OR “ v ”
———————————————————————————————-
XOR/ Exclusive Or
Tabel Kebenaran :
Fungsi XOR adalah kebalikan dari
fungsi If..then..if atau biimplikasi “ <-> “
ARGUMEN
(PENGANTAR DASAR MATEMATIKA)
1. ARGUMEN
Dalam bahasan
logika matematika, banyak dilakukan kegiatan penalaran yang berhubungan dengan
berbagai pernyataan. Kegiatan penalaran ini meliputi aktivitas berpikir yang
abstrak, karena kegiatannya berkaitan dengan penarikan kesimpulan dari sebuah
proposisi atau lebih. Untuk selanjutnya kegiatan penalaran ini dilambangkan
dengan sesuatu yang disebut argumen.
Setiap argumen
terdiri dari pernyataan-pernyataan tertentu dan pernyataan lain yang dapat
mengikutinya secara logis. Pernyataan-pernyataan tertentu itu disebut
premis, sedangkan pernyataan lain disebut konklusi, dalam bahasa
Yunani syllogisme.
Argumen
terdiri dari pernyataan-pernyataan yang terdiri atas dua kelompok, yaitu
kelompok pernyataan sebelum kata ‘jadi’ yang disebut premis (hipotesa)
dan pernyataan setelah kata ‘jadi’ yang disebut konklusi (kesimpulan).
Jadi, argumen
adalah kumpulan pernyataan, baik tunggal maupun majemuk dimana
pernyataan-pernyataan sebelumnya disebut premis-premis dan pernyataan terakhir
disebut konklusi/ kesimpulan dari argumen.
2.
PEMBUKTIAN VALIDITAS ARGUMEN
Suatu argument
disebut valid jika untuk sembarang pernyataan yang disubtitusikan kepada
hipotesa, jika semua hipotesa tersebut benar, maka kesimpulan juga benar.
Sebaliknya,
jika semua hipotesa benar tetapi ada kesimpulan yang salah, maka argument
tersebut dikatakan tidak valid (invalid). Sebagai contoh argument
berikut:
Adi bermain gitar atau keyboard
Adi tidak bermain gitar.
Jadi, adi bermain keyboard.
Misal:
p : Adi bermain gitar
q : Adi bermain keyboard
maka argument diatas mempunyai symbol sebagai
berikut:
p ∨ q
~p
∴q
¢
Selanjutnya kita ubah argumen diatas menjadi pernyataan kondisional yang
berkoresponden dengan argument tersebut, yaitu dengan cara meng-konjungsi-kan
premis-premis, kemudian hasilnya di-implikasi-kan dengan konklusi.
¢ Jadi,
argument contoh diatas mempunyai pernyataan kondisional yang berkoresponden
yaitu:
[(p ∨ q) ∧ ~p ] ⇒ q
Pernyataan
kondisional yang berkoresponden tersebut kemudian dibuat table kebenaran. Jika
tabel kebenaran yang dihasilkan berupa tautologi, maka argument tersebut valid.
Jika bukan, maka argument tersebut tidak valid.
p |
q |
~p |
pvq |
(pvq)˄ ~p |
[(pvq)˄
~p]Þq |
B |
B |
S |
B |
S |
B |
B |
S |
S |
B |
S |
B |
S |
B |
B |
B |
B |
B |
S |
S |
B |
S |
S |
B |
Jadi karena
kesimpulan argumen bernilai benar atau tautologi maka contoh soal ini adalah
argumen yang valid.
Cara lain
untuk membuktikan kesahan argumen yang lebih baik dan lebih singkat dengan
bukti formal adalah dengan menggunakan hukum-hukum penggantian dan juga aturan
penyimpulan seperti yang tercantum berikut ini.
D.1. Modus Ponens
Jika benar dan p benar maka q benar.
Skema argumen dapat ditulis sebagai berikut :
. . . . . . premis 1
p . . . . . . premis 2
. . . .
. kesimpulan /
konklusi
Dalam bentuk implikasi, argumentasi tersebut
dapat dituliskan sebagai
. Argumentasi ini dikatakan sah kalau
pernyataan implikasi
merupakan tautologi.
D.2. Modus Tollens
Jika benar dan benar maka p benar
Skema argumen dapat ditulis sebagai berikut:
. . . . . premis 1
~q .
. . . . premis 2
~p
. . . . . . kesimpulan / konlusi
Dalam bentuk implikasi, modus tollens dapat
dituliskan sebagai ,sah atau tidaknya modus tollens dapat diuji dengan tabel
kebenaran sebagai berikut .
Tabel nilai kebenaran
P |
q |
~p |
~q |
|||
B |
B |
S |
S |
B |
S |
B |
B |
S |
S |
B |
S |
S |
B |
S |
B |
B |
S |
B |
S |
B |
S |
S |
B |
B |
B |
B |
B |
Dari tabel pada kolom 7 tampak bahwamerupakan
tautologi. Jadi modus tollens merupakan argumentasi yang sah .
D.3. Silogisme
Dari premis-premis dan dapat ditarik konklusi
. Penarikan kesimpulan seperti ini disebut kaidah silogisma . Skema argumnya
dapat dinyatakan sebagai berikut :
. . . . .
premis 1
. . . . .
premis 2
. .
. kesimpulan / konklusi
Dalam bentuk implikasi, silogisme dapat
dituliskan sebagai . Sah atau tidaknya silogisme dapat diuji dengan tabel
kebenaran sebagai berikut :
Tabel nilai kebenaran .
P |
q |
r |
|||||
B |
B |
B |
B |
B |
B |
B |
B |
B |
B |
S |
B |
S |
S |
S |
B |
B |
S |
B |
S |
B |
B |
S |
B |
B |
S |
S |
S |
B |
S |
S |
B |
S |
B |
B |
B |
B |
B |
B |
B |
S |
B |
S |
B |
S |
B |
S |
B |
S |
S |
B |
B |
B |
B |
B |
B |
S |
S |
S |
B |
B |
B |
B |
B |
Dari tabel pada kolom (8) tampak bahwa
merupakan tautologi. Jadi silogisme merupakan argumentasi yang sah.
D.4. Dilema konstruktif
Argumen formal yang logis yang dimisalkan
dengan bentuk:
1. a) P → Q.
b) R → S.
2) Dengan P atau R adalah benar.
Oleh karena itu, baik Q atau S adalah benar.
Operator logis dengan notasi pada tiga tempat:
.
Operator logis dengan notasi dengan dua premis
.
Singkatnya, jika dua kondisi adalah benar dan
setidaknya salah satu antesedennya, maka setidaknya salah satu dari mereka
harus tetap juga.
Contoh:
Jika saya menang satu juta dolar, saya akan
menyumbangkannya ke panti asuhan.
Jika teman saya menang satu juta dolar, dia
akan menyumbangkannya ke dana satwa liar.
Entah saya menang satu juta dolar, atau teman
saya memenangkan satu juta dolar.
Oleh karena itu, baik panti asuhan akan
mendapatkan satu juta dolar, atau dana satwa liar akan mendapatkan satu juta
dolar.
Hal ini dinamakan dengan dilema konstruktif.
Karena pengoperasian berkesinambungan.
2. Hukum Aljabar Proposisi (Aturan Penggantian)
Digunakan untuk membuktikan:
- Dua
proposisi ekivalen (selain menggunakan tabel kebenaran)
- Suatu
proposisi tautologi atau kontradiksi (selain menggunakan tabel kebenaran)
- Membuktikan
kesahan suatu argumen
Hukum aljabar proposisi (aturan penggantian)
yaitu:
- Hukum
Idempoten (Idem)
1)
( p v p ) = p
2)
( p Ù p ) = p
2. Hukum Assosiatif (As)
1) ( p v q ) v
r = p v ( q v r )
2) ( p Ù q ) Ù
r = p Ù ( q Ù r )
3. Hukum Komutatif (Kom)
1) ( p Ù q ) =
( q Ù p )
2) ( p v q ) =
( q v p )
4. Hukum Distributif (Dist)
1) ( p v q ) Ù
r = ( p Ù r ) v ( q Ù r )
2) ( p Ù q ) v
r = ( p v r ) Ù ( q v r )
5. Hukum Identitas (Id)
1) p v F = p
2) p v T = T
3) p Ù F= F
4) p Ù T = p
6. Hukum Komplemen (Komp)
1) p v ~ p = T
2) p Ù ~ p = F
3) ~(~ p)= p
4) ~(T) = F dan
~ (F) = T
7. Transposisi (trans)
1) p
-> q º ~ q à ~ p
8. Hukum Implikasi (imp)
1) p -> q -> ~ p v q
9. Hukum Ekivalensi (Eki)
1) p Û q
-> ( p à q ) Ù ( q à p )
2) p Û q
-> ( p Ù q ) v ( ~ p Ù ~ q )
10. Hukum Eksportasi (Eks)
1) p à ( q à r
) -> ( p Ù q ) à r
11. Hukum de Morgan (DM)
1) ~ ( p ^ q )
-> ~ p v ~ q
2) ~ ( p v q )
-> ~ p Ù ~ q
TABEL KEBENARAN
Kaidah-kaidah dasar logika tentang
kebenaran dan ketidakbenaran yang menggunakan perangkai logika, yaitu :
-
Dan (and)
-
Atau (or)
-
Tidak (not)
-
Jika…maka… (if …then…/implies)
-
…jika dan hanya jika…(…if and only if…)
Contoh 3-1
Jika hujan, maka Bedu basah kuyup
Meski basah kuyupnya Bedu masih dapat
diperdebatkan, karena mungkin saja Bedu tidak kehujanan, atau Bedu dapat
berteduh, atau meminjam payung dari temannya. Namun logika tidak berhubungan
dengan kemungkinan-kemungkinan.
Contoh 3-2
(1)
Bedu menangkap bola dan menendangnya
(2)
Bedu menendang bola dan menangkapnya
Pada kalimat pertama secara logika alamiah
(hard logic) hal tersebut masuk akal. Pada kalimat kedua secara logika alamiah
tidak mungkin menendang bola kemudian menangkapnya. Tetapi logika tidak
mengutamakan pengertian bahasa sehari-hari.
Tabel kebenaran adalah suatu tabel yang menunjukkan secara
sistematis satu per satu demi nilai kebenaran sebagai hasil kombinasi dari
proposisi-proposisi yang sederhana.
Setiap kombinasi nilainya tergantung dari
jenis perangkai atau operator yang digunakan.
3.1 OPERATOR
LOGIKA
Setiap perangkai logika memiliki nilai
kebenaran masing-masing sesuai jenis perangkai logika yang digunakan. Perangkai
logika yang umum digunakan adalah :
Perangkai |
Simbol |
Dan (and) |
|
Atau (or) |
|
Tidak/bukan (not) |
|
Jika…maka…(if…then…/implies |
|
Jika dan hanya jika (if and only if) |
|
1. Konjungsi
Operator
Konjungsi atau AND digunakan untuk mengkombinasikan dua buah proposisi.
Aturannya
yaitu :
“Jika kedua
proposisi bernilai benar, hasilnya akan bernilai benar. Selain itu, hasilnya
bernilai salah.”
Tabel Kebenaran Operator
AND
2. Disjungsi
Operator
Disjungsi atau OR juga digunakan untuk menggabungkan dua buah proposisi.
Aturannya
yaitu :
“Jika kedua
proposisi bernilai salah, hasilnya akan bernilai salah. Selain itu hasilnya
bernilai benar”
Tabel
Kebenaran Operator OR
3. Negasi
Operator
Negasi atau NOT digunakan untuk memberikan nilai negasi (lawan) dari pernyataan
/ kalimat yang ada.
Tabel Kebenaran
operator NOT
4.
Implikasi
Operator
Implikasi terdiri dari hipotesis dan konklusi.
Kalimat konklusi bergantung pada kalimat hipotesisnya.
Aturannya
yaitu :
“Jika kalimat kesatu bernilai benar dan
kalimat kedua bernilai salah, hasilnya bernilai salah. Selain itu hasilnya
bernilai benar.”
Tabel
Kebenaran Operator Implikasi
5. Biimplikasi
Operator
Bi-Implikasi atau Ekivalensi digunakan untuk memberikan penegasan diantara dua
buah kalimat implikasi.
Aturannya
yaitu :
“Jika kedua
proposisi bernilai sama (keduanya benar atau keduanya salah), hasilnya bernilai
benar. Selain itu hasilnya salah.”
Tabel
Kebenaran Operator Bi-Implikasi
3.2 OPERATOR
LAIN
Selain operator logika diatas, masih ada
operator logika yang merupakan kebalikan dari operator “dan” yaitu “tidak dan
(nand) “ dan “tidak atau (nor)”.
1. Operator “Tidak Dan (Nand)” / [|]
P |
Q |
P|R |
F |
F |
T |
F |
T |
T |
T |
F |
T |
T |
T |
F |
Nilai
kebenaran dari “Tidak dan (not and)”
adalah kebalikan dari “dan (and)”.
Definisi
: misalkan P dan Q adalah proposisi. Proposisi “P dan Q” yang disimbolkan
dengan P|Q, adalah proposisi bernilai salah, jika nilai P benar dan nilai Q
benar, dan jika selain itu maka nilainya benar.
2. Operator “Tidak Atau (Nor)” / [ ]
P |
Q |
PQ |
F |
F |
T |
F |
T |
F |
T |
F |
F |
T |
T |
F |
Nilai
kebenaran “tidak atau (not or)” merupakan kebalikan dari nilai kebenaran “atau
(or)”.
Definisi
: misalkan A dan B adalah proposisi. Proposisi “A tidak atau B”, yang
disimbolkan dengan AB , adalah proposisi yang bernilai benar, jika A bernilai
salah dan B bernilai salah, dan jika selain itu nilainya salah.
3. Operator XOR /
P |
Q |
P Q |
F |
F |
F |
F |
T |
T |
T |
F |
T |
T |
T |
F |
Nilai
kebenaran P xor Q kebalikan dari nilai kebenaran P Q.
Definisi
: misalkan P dan Q adalah proposisi. Proposisi “P xor Q”, yang disimbolkan
dengan P Q , adalah
bernilai benar jika P dan Q bernilai sama, baik benar ataupun salah, jika P dan
Q berbeda, nilainya salah.
3.3 LATIHAN
Soal 1
Terdapat proposisi berikut :
P = Bowo kaya raya
Q = Bowo hidup bahagia
Gunakan proposisi tersebut menjadi
bentuk logika :
1.
Bowo tidak kaya
2.
Bowo kaya raya dan hidup bahagia
3.
Bowo kaya raya atau tidak hidup bahagia
4.
Jika Bowo kaya raya , maka ia hidup bahagia.
5.
Bowo hidup bahagia jika dan hanya jika ia kaya raya.
Soal 2
Misalkan P, Q, dan R adalah varibel proposisi
P = Saya sakit flu
Q = Saya ikut ujian
R = Saya lulus
Ubahlah ekspresi logika berikut menjadi
pernyataan dalam bahasa Indonesia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Soal 3
Buatlah tabel kebenaran untuk
semua kemungkinan nilai kebenaran dari ekspresi logika berikut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengertian Proposisi
Proposisi adalah suatu penuturan
(assertion) yang utuh, misalnya: Achmad Yani adalah panglima Angkatan Darat;
karate adalah salah satu seni bela diri. Suatu penuturan dikatakan tidak utuh
apabila tidak mencangkup suatu arti yang utuh; misalnya: ketika saya sedang
mengajar.
Buku
apapun yang kita baca, dan apapun pembicaraan kita, pasti terdiri dari
kalimat-kalimat. Tetapi kita semua mengetahui bahwa semua kalimat itu tidak
sama. Ada kalimat yang benar-benar merupakan penuturan ada yang sekedar
menguyngkapkan keinginan, perintah, seruan, dan lain-lainya.
Logika
hanya mempersoalkan tentang penuturan alasanya adalah penalaran (pemikiran) dan
penalaran adalah suatu proses intelektual semata. Proposisi juga dapat
didenifisikan ungkapan atau keputusan dalam kata-kata, atau juga manifestasi
iuran dari sebuah keputusan.
Logika
seperti juga yang kita katakan tentang ide atau konsep, pertama-tama hanya
membicarakan kepuutusan objektif, hanya secara tidak langsung membicarakan
keputusan sebagai aksi intelek.
Dalam
logika dikenal adanya dua macam proposisi, menurut sumbernya, yaitu proposisi
analitik dan proposisi sintetik. Proposisi analitik adalah proposisi yang
predikatnya mempunyai pengertian yang sudah terkandung pada subyeknya, seperti
:
Mangga
adalah buah-buahan
Kuda
adalah hewan
Ayah
adalah orang laki-laki
Jin
adalah makhluk halus
Proposisi sinetik adalah proposisi yang predikatnya mempunayi pengeretian
yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya, seperti:
Pepaya
ini manis
Gadis
itu langsing
R.Budi
Hartono adalah kaya raya
Prabowo
Subianto adalah tentara
Semua pernyataan pikiran yang mengungkapkan keinginan dan kehendak tidak
dapat dinilai benar dab salahnya bukanlah proposisi, seperti:
Semoga
Tuhan selalu melindungimu
Ambilkan
aku segelas air
Alangkah
cantiknya gadis itu
Macam-macam Proposisi
Proposisi menurut
bentuknya ada tiga macam, yaitu: Proposisi Kategorik, Proposisi Hipotetik, dan
Proposisi Disjungtif.
1. Proposisi Kategoris
Proposisi kategoris adalah
proposisi yang menerangkan identitas atau kebedaan dua konsep objektif.
Indentitas atau kebedaan yang diterangkan dapat formal atau objektif, dapat
utuh atau parsial.
Proposisi kategoris yang paling
sederhana terdiri dari :
1. Subjek:
hal yang diterangkan.
2. Predikat:
hal yang menerangkan.
3. Kopula.
4. Quantifier.
Subyek, sebagaimana kita ketahui,
adalah term yang menjadi pokok pembicaraan. Predikat adalah term yang menerangkan
subyek. Kopula adalah kata yang menyatakan hubungan antara term subyek dan term
predikat. Sedangkan quantifier adalah kata yang menunjukkan banyaknya satuan
yang diikat oleh term subyek. Quantfier ada kalanya menunjuk
kepada permasalahan universal, seperti kata: seluruh, semua, segenap, setiap,
tidak satu pun; ada kalanya menunjuk kepada permasalahan partikular, seperti:
sebagian, kebanyakan, beberapa, tidak semua, sebagian besar, hampir seluruh,
rata-rata, [salah] seorang di antara; [salah] sebuah di antara ; ada kalanya
menunjuk kepada permasalahan singular, tetapi untuk permasalahan singular
biasanya quantfier tidak dinyatakan. Apabila quantifier suatu proposisi
menunjuk kepada permasalahan universal maka proposisi itu disebut proposisi
universal; apabila menunjuk kepada permasalahan partikular disebut proposisi
partikular, dan apabila menunjuk kepada permasaiahan singular, disebut
proposisi singular.
Perlu diketahui, meskipun dalam
suatu proposisi tidak dinyatakan quantifiernya tidak berarti subyek dari
proposisi tersebut tidak mengandung pengertian banyaknya satuan yang diikatnya.
Dalam keadaan apapun subyek selalu mengandung jumlah satuan yang diikat. Lalu
bagaimana menentukan kuantitas dari proposisi yang tidak dinyatakan
quantifiernya. Kita dapat mengetahui lewat hubungan pengertian antara subyek
dan predikatnya.
Kopula, adalah kata yang menegaskan
hubungan term subyek dan term predikat baik hubungan mengiakan maupun hubungan
mengingkari. Bila ia berupa ‘adalah’ berarti mengiakan dan bila berupa ‘tidak,
bukan atau tak’ berarti mengingkari. Kopula menentukan kualitas proposisinya.
Bila ia mengiakan, proposisinya disebut proposisi positif dan bila mengingkari
disebut proposisi negatif. Kopula dalam proposisi positif kadang-kadang
dinyatakan dan kadang-kadang tidak (tersembunyi). Kopula pada proposisi negatif
tidak rnungkin disembunyikan, karena bila demikian berarti mengiakan hubungan
antara term subyek dan predikatnya.
Dengan quantifier dapat kita ketahui
kuantitas proposisi tertentu, apakah universal, partikular ataukah singular,
dan dengan kopula bisa kita ketahui kualitas proposisi itu apakah positif
ataukah negatif. Dari kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka
kita kenal enam macam proposisi, yaitu:
a) Universal positif
b) Partikular positif
c) Singular
positif
d) Universal negatif
e) Partikular negatif
f) Singular negative
a. Proposisi universal positif,
kopulanya mengakui hubungan subyek
dan predikat secara keseluruhan, dalarn Logika dilambangkan dengan huruf A.
b. Proposisi partikular positif
kopulanya mengakui hubungan subyek
dan predikat sebagian saja dilambangkan dengan huruf I.
c. Proposisi singular positif
karena kopulanya mengakui hubungan
subyek dan predikat secara keseluruhan maka juga dilambangkan dengan huruf A.
Huruf Adan I masing masing sebagai lambang proposisi universal positif dan
partikular positif diambil dari dua huruf hidup pertama kata Latin Affirmo yang
berarti mengakui.
d. Proposisi universal negatif
kopulanya mengingkari hubungan
subyek dan predikatnya secara keseluruhan, dalam Logika dilambangkan dengan
huruf E.
e. Proposisi partikular negatif
kopuanya mengingkari hubungan subyek
dan predikat sebagian saja, dilambangkan dengan huruf O.
f. Proposisi singular negatif
karena kopulanya mengingkari
hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan, juga dilambangkan dengan huruf
E. Huruf E dan 0 yang dipakai sebagai lambang tersebut diambil dari huruf hidup
dalam kata nEgO, bahasa Latin yang berarti menolak atau meng¬ngkari.
Dengan pembahasan di atas maka kita
mengenal lambang, permasalahan dan rumus proposisi sebagai berikut:
Lambang Permasalahan Rumus A
Universal positif Semua S adalah P I Partikular positif Sebagian S adalah P E
Universal negatif Semua S bukan P 0 Partikular negatif Sebagian S bukan P
Dalam menentukan apakah suatu
proposisi itu positif atau negatif, kita tidak boleh semata-mata berdasarkan
ada tidaknya indikator negatifnya, yaitu: tak, tidak atau bukan. Indikator itu
menentukan negatifnya suatu proposisi apabila ia berkedudukan sebagai kopula.
Bila indikator tidak berkedudukan sebagai kopula proposisi Itu adalah positif.
Selainproposisi
kategoris ada juga bentuk-bentuk proposisi lainnya yaitu: kompleks, majemuk,
dan modal.
1) Proposisi Kompleks
Proposisi kompleks adalah proposisi
yang subjek dan predikatnya atau juga kedua-duanya merupakan term-term kalimat
yang kompleks; misalnya: Buku yang saya berikan kepadamu adalah kumpulan sajak
dari W.S. Rendra.
2) Proposisi Majemuk
Proposisi Majemuk adalah proposisi
yang memuat berbagai subjek atau berbabagi predikat. Dengan demikian, proposisi
majemuk sesungguhnya mengandung berbagai atau sejumlah penuturan. Tetapi hal
tersebut bisa jelas atau tidak jelas.
3) Proposisi Modal
Proposisi modal adalah proposisi
yang dengan terang mengungkapkan apakah macam identitas (atau kebedaan) yang
terdapat antara subjek atau predikat.
2. Proposisi Hipotetis
Proposisi hipotetis adalah proposisi
yang antara bagian-bagiannya terdapat hubungan dependensi (ketergantungan),
oposisi, kesamaan, dan lain-lain. Jadi, proposisi hipotetis
berbeda dari proposisi kategoris baik dalam materi maupun bentuknya. Hal
tersebut bisa kita rumuskan sebagai berikut:
1) Materi suatu proposi hipotetis
bukanlah subjek dan predikat, melainkan bagian-bagian yang diantaranya
diterangkan terdapat hubungan.
2) Bentuk bukanlah identitas atau
kebedaan yang diungkapkan oleh unsur penghubung (kopula), melainkan suatu
hubungan lain yang ditunjukkan oleh partikel-partikel konjungtif.
Proposisi hipotetis (ut
sic) hanya memuat sebuah penuturan.
3. Proposisi Disjungtif
Proposisi
disjungtif adalah yang dua bagiannya dihubungkan dengan kata “apabila”, “jika
tidak”, dan lain-lain. Pada hakikanya proposisi disjungtif juga terdiri
dari dua buah proposisi kategorika. Sebuah proposisi disjungtif seperti :
“proposisi itu benar” dan “proposisi itu salah”. Kopula (penghubung kalimat)
yang berupa “jika”dan “maka” mengubah dua proposisi kategorik menjadi
permasalahan dijungtif. Kopula dari proposisi disjungtif berfariasi sekali,
seperti;
Hidup kalau
tidak bahagia adalah susah
Hasan
di rumah atau di sekolah
Jika
bukan Hasan yang mencuri maka Budi
EVALUASI VALIDITAS
ARGUMEN
Pembuktian validitas ekspresi-ekspresi logika
dari suatu argumen dapat dilakukan dengan tabel kebenaran. Pertama harus
memberikan variabel proposisional pada tiap proposisi argumen dan kemudian
membentuk proposisi majemuk untuk tiap pernyataan, dan kemudian mengevaluasi
dengan tabel kebenaran.
Contoh 1
Jika anda mengambil mata kuliah logika
matematika, dan jika anda tidak memahami tautologi, maka anda tidak lulus.
Untuk membuktikan validitasnya, buat variabel
proposisional yang relevan
P = Anda mengambil mata kuliah
logika matematika
Q = Anda memahami tautologi
R =
Anda lulus
Sehingga bentuk ekspresi logikanya seperti
berikut :
Selanjutnya buat tabel kebenarannya dengan
semua nilai kebenaran P, Q, dan R yang memungkinkan.
P |
Q |
R |
~Q |
~R |
|
|
F |
F |
F |
T |
T |
F |
T |
F |
F |
T |
T |
F |
F |
T |
F |
T |
F |
F |
T |
F |
T |
F |
T |
T |
F |
F |
F |
T |
T |
F |
F |
T |
T |
T |
T |
T |
F |
T |
T |
F |
T |
F |
T |
T |
F |
F |
T |
F |
F |
T |
T |
T |
F |
F |
F |
T |
Untuk membuat pernyataan yang nantinya pernyataan-pernyataan
dalam argumen tersebut dapat diubah menjadi ekspresi logika dapat menggunakan
cara heuristik berikut :
Heuristik untuk mengubah pernyataan menjadi
ekspresi logika :
(1)
Ambil pernyataan-pernyataan yang pendek, tanpa kata
“dan”, “atau”, “jika…maka…”,”…jika dan hanya jika…”, pada pernyataan tersebut
yang bisa dijawab benar atau salah.
(2)
Ubahlah pernyataan-pernyataan yang pendek tersebut dengan
variabel-variabel proposisional.
(3)
Rangkailah variabel-variabel proposisional dengan
perangkai yang relevan
(4)
Bentuklah menjadi proposisi majemuk jika memungkinkan
dengan memberi tanda kurung biasa yang tepat.
Contoh 2
Jika Badu belajar rajin dan sehat, maka Badu
lulus ujian, atau jika Badu tidak belajar rajin dan tidak sehat, maka Badu
tidak lulus ujian.
Langkah 1
Menentukan proposisi yang tepat
(1)
Badu rajin belajar
(2)
Badu sehat
(3)
Badu lulus ujian
Langkah 2
Mengganti proposisi dengan variabel proposisi
P = Badu rajin belajar
Q = Badu sehat
R = Badu lulus ujian
Langkah 3
Perangkai yang relevan adalah implikasi, negasi, disjungsi dan konjungsi.
Langkah 4
Ubah menjadi ekspresi logika berupa proposisi
majemuk
TAUTOLOGI
Argumen yang dibuktikan validitasnya dengan
tabel kebenaran harus menunjukan nilai benar sehingga argumen tersebut valid. Jika
pada tabel kebenaran untuk semua pasangan nilai variabel proposisional bernilai
benar atau T, maka disebut Tautologi.
Contoh 3
Buktikan : adalah tautologi ?
Bukti : buat tabel kebenarannya seperti
berikut :
P |
Q |
|
|
|
F |
F |
F |
T |
T |
F |
T |
F |
T |
T |
T |
F |
F |
T |
T |
T |
T |
T |
F |
T |
Jadi ekspresi diatas adalah tautologi.
Tautologi dapat ditulis dengan simbol (metasymbol, bukan
perangkai logika) sehingga ekspresi logika dapat ditulis
Contoh 4
Diketahui : jika adalah tautologi
Buktikan : juga tautologi
Bukti
:
Gunakan skema A dan B
(1)
Masukan ke ekspresi logika pertama menjadi
(2)
Misalkan A = , sedangkan B = Q, lalu masukan ke ekspresi logika yang
dibuktikan. Maka : akan menjadi
(1)
dan (2) akan terlihat sama, jadi disebut tautologi.
KONTRADIKSI
Kebalikan dari tautologi
adalah kontradiksi atau absurditas, yaitu jika semua pasangan nilai dari tabel
kebenaran menghasilkan nilai F.
Definisi : suatu ekspresi logika yang selalu
bernilai salah di dalam tabel kebenarannya tanpa memperudlikan nilai kebenara
dari proposisi-proposisi yang berada didalamnya, disebut kontradiksi.
Contoh 5
P |
~P |
P |
F |
T |
F |
T |
F |
F |
Pada
argumen, suatu kontradiksi dapat dijumpai jika antara premis-premis bernilai T,
sedangkan kesimpulan bernilai F. hal ini tak mungkin terjadi, karena premis
yang benar harus menghasilkan kesimpulan benar.
4.1
CONTIGENT
Jika semua nilai kebenaran menghasilkan nilai
F dan T, disebut contigent atau formula campuran (mixed formulae).
Contoh 6
Tabel kebenarannya
P |
Q |
R |
|
|
|
F |
F |
F |
F |
T |
F |
F |
F |
T |
F |
T |
F |
F |
T |
F |
F |
T |
F |
F |
T |
T |
F |
T |
F |
T |
F |
F |
F |
T |
T |
T |
F |
T |
F |
T |
T |
T |
T |
F |
T |
F |
T |
T |
T |
T |
T |
T |
T |
4.2
PENGGUNAAN
TAUTOLOGI
Beberapa hal penting yang
mengakibatkan tautologi, yaitu :
(1)
Implikasi secara logis (logical implication). Misalnya P
dan Q adalah dua buah ekspresi logika, maka jika dikatakan P secara logis
mengimplementasikan Q dapat ditulis dengan
.
(2)
Ekivalen secara logis (logical equivalence) misalnya P
dan Q adalah dua buah ekspresi logika, maka jika dikatakan P ekivalen dengan Q,
dapat ditulis dengan P . Di sini disyaratkan
, jika dan hanya jika adalah tautologi.
Terdapat dua jenis implikasi yaitu :
(1)
Implikasi material (material implication), contoh : . Tbel kebenaran untuk implikasi berlaku.
(2)
Implikasi logis (logical implication), contoh : . Ini dapat dibaca “menyebabkan”, sebagai contoh : P = T,
maka P pasi tautologi. Jika P = F, maka P pasti kontradiksi. Jika , maka A pasti taotologi, dan jika , maka P kontradiksi.
LATIHAN
Soal 1
Tentukan apakah dari
ekspresi-ekspresi logika berikut ini termasuk tautologi, kontradiksi atau
contigent
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Soal 2
Jika adalah tautologi,
buktikan bahwa ekspresi-ekspresi logikaberikut ini adalah tautologi
(1)
(2)
(3)
Soal 3
Dibawah ini adalah argumen yang
disebut destructive dilemma.
Jika Badu senang, maka Siti senang, dan jika
Badu sedih, maka Siti sedih. Siti tidak senang atau Siti tidak sedih. Dengan
demikian, Badu tidak senang atau Badu tidak sedih.
Buat ekspresi logikanya dan buktikan apakah
termasuk tautologi, kontradiksi atau contigent dengan tabel kebenaran.
4.3
EKUIVALEN
LOGIS
Jika dua buah ekspresi
logika adalah tautologi, maka kedua buah ekspresi logika ekuivalen secara
logis, demikian juga jika kontradiksi. Dalam contingent, jika nilai T atau F pada tabel
kebenaran dalam urutan yang sama, maka tetap disebut ekuivalen secara logis.
Contoh 7
P = Dea sangat cantik dan ramah
Q = Dea ramah dan sangat cantik
Ekspresi logikanya :
(1)
(2)
Kedua ekspresi logika tersebut ekuivalen
secara logis, maka ditulis :
Dengan
tabel kebenaran :
P |
Q |
|
|
F |
F |
F |
F |
F |
T |
F |
F |
T |
F |
F |
F |
T |
T |
T |
T |
Definisi : proposisi P dan Q disebut ekuivalen secara
logis jika adalah tautologi.
Notasi atau simbol menandakan bahwa P
dan Q adalah ekuivalen secara logis. Proposisi dapat digantikan dengan ekspresi
logika berupa proposisi majemuk.
4.4
KOMUTATIF
Jika variabel dua proposisional dapat saling
berganti tempat tanpa mengubah nilai kebenaran dari kedua ekspresi logika
karena tetap memiliki nilai kebenaran yang sama disebut komutatif
(commutativity)
Perangkai logika yang memiliki sifat
komutatif adalah .
Jadi
(1)
(2)
(3)
Adalah ekspresi logika yang komutatif.
4.5
ASOSIATIF
Jika diterapkan pada sua buah ekspresi
logika, penempatan tanda kurung dapat diubah tanpa mengubah nilai kebenarannya
pada tabel kebenaran.
Contoh 8
dan .
Maka tabel kebenarannya
P |
Q |
R |
|
|
|
|
F |
F |
F |
F |
F |
F |
F |
F |
F |
T |
F |
F |
F |
F |
F |
T |
F |
F |
F |
F |
F |
F |
T |
T |
F |
F |
T |
F |
T |
F |
F |
F |
F |
F |
F |
T |
F |
T |
F |
F |
F |
F |
T |
T |
F |
T |
F |
F |
F |
T |
T |
T |
T |
T |
T |
T |
Karena tanda kurungnya dapat dipindah tanpa
mengubah nilai kebenaran, maka disebut asosiatif. Perangkai logika lain yang
memiliki sifat asosiatif adalah .
Perlu diperhatikan bahwa jika perangkainya
berbeda dalam satu ekspresi logika, kurung tidak dapat dipindah sembarangan.
4.6
HUKUM-HUKUM
LOGIKA
Hukum-hukum logika
diambil dari ekspresi-ekspresi logikaberdasarka pernyataan-pernyataan sehingga
tetap dapat dibuktikan kebenarannya melalui pernyataan tersebut.
Berikut adalah hukum-hukum logika yang
ekuivalen
EKUIVALEN LOGIS |
NAMA |
|
Indenitity of Zero of |
|
Indenitity of Zero of |
|
Tautology Law of contradiction |
|
Idempotence laws Idempotence laws |
|
Law of double negotion |
|
Comutativity Comutativity |
) |
Assosiativity Assosiativity |
) ) |
Distributivity
Distributivity |
|
Absorption Absorption |
|
De Morgan’s Law De Morgan’s Law |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
LATIHAN
Soal 1
Buktikan bahwa ekspresi-ekspresi
logika berikut ekuivalen dengan menggunakan tabel kebenaran :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Soal 2
Buktikan hukum-hukum logika
(1)
Silogisme hipotetis
(2)
Silogisme disjungtif
(3)
Modus ponen
(4)
Modus tolen
Adalah ekuivalen dengan 1 atau tautologi.
Logika Predikat
Logika Predikat adalah perluasan dari logika
proposisi dimana objek yang dibicarakan dapat berupa anggota kelompok.
Logika proposisi (ingat kembali) menganggap
proposisi sederhana (kalimat) sebagai entitas tunggal Sebaliknya, logika predikat membedakan subjek
dan predikat dalam sebuah kalimat.
Ingat tentang subjek dan predikat dalam
kalimat?
Penerapan Logika
Predikat Merupakan notasi formal untuk
menuliskan secara sempurna definisi, aksioma, teorema matematika dengan jelas,
tepat dan tidak ambigu pada semua cabang matematika.
Logika predikat dengan simbol-simbol fungsi,
operator “=”, dan beberapa aturan pembuktian cukup untuk mendefinisikan sistem
matematika apapun, dan juga cukup untuk membuktikan apapun yang dapat
dibuktikan pada sistem tersebut.
Penerapan Praktis
· Merupakan basis untuk
mengekspresikan spesifikasi formal untuk sistem kompleks apapun dengan jelas
· Merupakan basis untuk automatic
theorem provers dan sistem cerdas lainnya
· Didukung oleh beberapa database
query engines canggih dan container class libraries
Subjek dan Predikat
Pada kalimat “Kucing itu sedang tidur”:
· frase “kucing itu” merupakan
subjek kalimat
· frase “sedang tidur” merupakan
predikat kalimat- suatu properti yang bernilai TRUE untuk si subjek (objek pelaku)
· dalam logika predikat, predikat
dimodelkan sebagai sebuah fungsi P(·) dari objek ke proposisi.
· P(x) = “x sedang tidur” (x adalah
sembarang objek).
Predikat
Konvensi: varibel huruf kecil x, y, z...
Menyatakan objek/entitas; variabel huruf besar P, Q, R… menyatakan fungsi
proposisi (predikat).
Perhatikan bahwa hasil dari menerapkan sebuah
predikat P kepada objek x adalah sebuah proposisi P(x). Tapi predikat P sendiri
(e.g. P=“sedang tidur”) bukan sebuah proposisi
Contoh: jika P(x) = “x adalah bilangan
prima”, P(3) adalah proposisi “3 adalah bilangan prima.”
Fungsi Proposisi
Logika predikat dapat digeneralisir untuk
menyatakan fungsi proposisi dengan banyak argumen.
Contoh: Misalkan P(x,y,z) = “x memberikan
pada y nilai z”, maka jika x=“Mike”, y=“Mary”, z=“A”, maka P(x,y,z) = “Mike
memberi Mary nilai A.”
Fungsi proposisi (kalimat terbuka) :
Pernyataan yang mengandung satu buah variabel atau lebih.
Contoh :
x - 3 > 5. Misalkan kita sebut fungsi
proposisi ini sebagai P(x), dimana P adalah predikat dan x adalah variabel.
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari P(2) ?
Salah
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari P(8) ?
Salah
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari P(9) ?
Benar
Fungsi Proposisi
Tinjau fungsi proposisi Q(x, y, z) yg
didefinisikan: x + y = z.
Disini, Q adalah predikat dan x, y, and z
adalah variabel.
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari Q(2, 3,
5) ? Benar
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari Q(0, 1,
2) ? Salah
Apakah nilai kebenaran kebenaran dari Q(9,
-9, 0) ? Benar
Semesta Pembicaraan
Salah satu kelebihan predikat adalah bahwa
predikat memungkinkan kita untuk menyatakan sesuatu tentang banyak objek pada
satu kalimat saja.
Contoh, misalkan P(x)=“x+1>x”. Kita dapat
menyatakan bahwa “Untuk sembarang angka x, P(x) bernilai TRUE” hanya dengan
satu kalimat daripada harus menyatakan satu-persatu: (0+1>0) ∧ (1+1>1) ∧ (2+1>2) ∧ ...
Kumpulan nilai yang bisa dimiliki variabel x
disebut semesta pembicaraan untuk x (x’s universe of discourse)
Ekspresi Quantifier
Quantifiers merupakan notasi yang
memungkinkan kita untuk mengkuantifikasi (menghitung) seberapa banyak objek di
semesta pembicaraan yang memenuhi suatu predikat.
“∀” berarti FOR∀LL (semua) atau universal quantifier. ∀x P(x) berarti untuk semua x di
semesta pembicaraan, P berlaku.
“∃” berarti ∃XISTS (terdapat) atau existential quantifier.
∃x P(x) berarti terdapat x di semesta pembicaraan. (bisa 1
atau lebih) dimana P(x) berlaku.
Predikat & Kuantifier
Pernyataan “x > 3” punya 2 bagian, yakni
“x” sebagai subjek dan “ adalah lebih besar 3” sebagai predikat P. Kita dpt
simbolkan pernyataan “x > 3” dengan P(x). Sehingga kita dapat mengevaluasi
nilai kebenaran dari P(4) dan P(1).
Subyek dari suatu pernyataan dapat berjumlah
lebih dari satu. Misalkan Q(x,y): x - 2y > x + y
Kuantifikasi Universal ∀
Mis. P(x) suatu fungsi proposisi.
Kalimat yg dikuantifikasi secara universal :
Untuk semua x dalam semesta pembicaraan, P(x)
adalah benar.
Dengan kuantifier universal ∀:
∀x P(x) “untuk semua x P(x)” atau
“untuk
setiap x P(x)”
(Catatan: ∀x P(x) bisa benar atau salah, jadi merupakan
sebuah proposisi, bukan fungsi proposisi.)
Kuantifikasi Universal ∀
Contoh :
S(x): x adalah seorang mahasiswa IT.
G(x): x adalah seorang yang pandai.
Apakah arti dari ∀x (S(x) → G(x)) ?
“Jika x adalah mahasiswa IT, maka x adalah
seorang yang pandai”
atau
“Semua mahasiswa IT pandai.”
Kuantifikasi Universal ∀
Contoh:
Misalkan semesta pembicaraan x adalah tempat
parkir di Kantor. Misalkan P(x) adalah predikat “x sudah ditempati.”
Maka universal quantification untuk P(x), ∀x P(x), adalah proposisi: { “Semua
tempat parkir di Kantor sudah ditempati” { atau, “Setiap tempat parkir di
kantor sudah ditempati”
Kuantifikasi Eksistensial ∃
Kalimat yang di-kuantifikasi secara
eksistensial:
Ada x di dalam semesta pembicaraan dimana
P(x) benar.
Dengan peng-kuantifikasi eksistensial ∃:
∃x P(x) “Ada sebuah x sedemikian
hingga P(x).”
“Ada sedikitnya sebuah x sedemikian z hingga
P(x).”
(Catatan: ∃x P(x) bisa benar atau salah, jadi merupakan
sebuah proposisi, tapi bukan fungsi proposisi.)
Kuantifikasi Eksistensial ∃
Contoh :
P(x): x adalah seorang dosen IT.
G(x): x adalah seorang yang pandai.
Apakah arti ∃x (P(x) ∧ G(x)) ?
“Ada x sedemikian hingga x adalah seorang
dosen IT dan x adalah seorang yang pandai.” zatau
“Sedikitnya satu orang dosen IT adalah
seorang yang pandai.”
Disproof dengan counterexample
Counterexample dari ∀x P(x) adalah sebuah objek c
sehingga P(c) salah.
Pernyataan seperti ∀x (P(x) → Q(x)) dapat di-disproof
secara sederhana dengan memberikan counterexamplenya.
Pernyataan Pernyataan: “Semua burung bisa
terbang terbang.” Disproved Disproved dengan counterexample counterexample:
Penguin Penguin.
Variabel bebas dan variabel terikat
Sebuah ekspresi seperti P(x) dikatakan
memiliki variabel bebas x (berarti, x tidak ditentukan).
Sebuah quantifier (∀ atau ∃) berlaku pada sebuah ekspresi
yang memiliki satu atau lebih variabel bebas, dan mengikat satu atau lebih
variabel tersebut, untuk membentuk ekspresi yang memiliki satu atau lebih
variabel terikat.
Contoh Pengikatan
P(x,y) memiliki 2 variabel bebas, x dan y.
∀x P(x,y) memilki 1 variabel bebas,
dan 1 variabel terikat. [yang mana?]
“P(x), dimana x=3” adalah cara lain mengikat
x.
Ekspresi dengan nol variabel bebas adalah
sebuah proposisi bonafit (nyata)
Ekspresi dengan satu atau lebih variabel
bebas adalah sebuah predikat: ∀x P(x,y)
Negasi
Hubungan antara kuantor universal dengan
kuantor eksistensial
E1 : ¬( ∀ x ) p ( x ) ≡ ( ∃ x ) ¬p ( x )
E2 : ¬( ∃ x ) p ( x ) ≡ ( ∀ x ) ¬p ( x )
E3 : ¬(∀x)p(x)→q(x) ≡ (∃x) p(x) ∧ ¬q(x)
E4 : ¬(∃x)p(x) ∧ q(x) ≡ (∀x) p(x)→¬q(x)
“Setiap mhs dalam kelas ini telah mengambil
Kalkulus I”
[∀x P(x)]
Apakah negasi dari pernyataan ini….?
“Ada seorang mhs dalam kelas ini yang belum
mengambil Kalkulus I” [ ∃x ¬ P(x)]
Jadi, ¬ ∀x P(x) ≡ ∃x ¬ P(x).
Kuantifier Bersusun (Nested Quantifier)
∀x ∀y (x+y = y+x)
berarti x+y = y+x berlaku untuk semua
bilangan real x dan y.
∀x ∃y (x+y = 0)
berarti untuk setiap x ada nilai y sehingga
x+y = 0.
∀x ∀y ∀z (x+(y+z) = (x+y)+z)
berarti untuk setiap x, y dan z berlaku hukum
asosiatif x+(y+z) = (x+y)+z.
Rumusan penting
(∀x) (∀y) p(x,y) ↔ (∀y) (∀x) p(x,y)
(∀x) (∀y) p(x,y) → (∃y) (∀x) p(x,y)
(∃y) (∀x) p(x,y) → (∀x) (∃y) p(x,y)
(∀x) (∃y) p(x,y) → (∃y) (∃x) p(x,y)
(∃x) (∃y) p(x,y) ↔ (∃y) (∃x) p(x,y)
Konvensi
Terkadang semesta pembicaraan dibatasi dalam
quantification, contoh,
∀x>0 P(x) adalah kependekan dari
“untuk semua x lebih besar dari nol, P(x) berlaku.” = ∀x (x>0 → P(x))
∃x>0 P(x) adalah kependekan dari
“ada x lebih besar dari nol yang membuat P(x) ” = ∃x (x>0 Λ P(x))
Aturan Ekivalensi Quantifier
Definisi quantifiers:
semesta pemb. =a,b,c,…
∀x P(x) ⇔ P(a) ∧ P(b) ∧ P(c) ∧ …
∃x P(x) ⇔ P(a) ∨ P(b) ∨ P(c) ∨ …
Kemudian kita bisa membuktikan aturan:
∀x P(x) ⇔ ¬∃x ¬P(x)
∃x P(x) ⇔ ¬∀x ¬P(x)
Membuat Quantifier Baru
Sesuai namanya, quantifier dapat digunakan
untuk menyatakan bahwa sebuah predikat berlaku untuk sembarang kuantitas
(jumlah) objek.
Definisikan ∃!x P(x) sebagai “P(x) berlaku untuk tepat
satu x di semesta pembicaraan.”
∃!x P(x) ⇔ ∃x (P(x) ∧ ¬∃y (P(y) ∧ y≠ x)) “Ada satu x dimana P(x) berlaku, dan
tidak ada y dimana P(y) berlaku dan y berbeda dengan x.”
RELASI
Relasi adalah hubungan antara
dua elemen dua himpunan. Relasi juga dikatakan sebagai suatu aturan yang
memasangkan anggota himpunan satu ke himpunan lain. Suatu relasi dari himpunan
A ke himpunan B adalah pemasangan atau korespondensi dari anggota-anggota himpunan
A ke anggota-anggota himpunan B. relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah
aturan yang memasangkan anggota himpunan A dan anggota himpunan B dengan aturan
tertentu.
Contoh :
Ada tiga anak mengatakan makanan kesukaan nya yaitu : Anis
menyukai Bakso, Rina menyukai Sate dan Diko menyukai Nasi Padang.
Dari pernyataan di atas terdapat dua himpunan yaitu :
A= himpunan anak {Anis,Rina,Diko}
B= himpunan makanan {Bakso. Sate, Nasi Padang}
Relasi antara anggota himpunan A ke himpunan B yang mungkin adalah
menyukai atau menyenangi.
Dari contoh di atas, himpunan A disebut domain (daerah asal) dan
himpunan B disebut kodomain (daerah kawan). Sementara itu menyukai disebut
Relasi. Himpunan semua anggota kodomain disebut Range (daerah hasil).
Metode Menyatakan Relasi
Relasi dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu:
1) Dengan
himpunan pasangan berurutan
2) Dengan
diagram panah
3) Dengan
diagram Cartesius
4) Dengan
Tabel
Contoh :
A = { Buyung, Doni, Vita, Putri} dan B = { IPS,
Kesenian, Keterampilan, Olahraga, Matematika, IPA, Bahasa Inggris} dan relasi
yang menghubungkan antara himpunan A dan hipunan B adalah “pelajaran yang
disukai”
Keterangan : Buyung suka IPS dan Kesenian, Doni suka Keterampilan
dan Olahraga, Vita suka IPA, dan Putri suka Matematika dan Bahasa Inggris.
Jawaban dengan tiga metode :
1) Dengan himpunan
pasangan berurutan
Himpunan yang anggotanya semua
pasangan berurutan (x,y) dinamakan himpunan pasangan berurutan.
{(Buyung, IPS), (Buyung,
Kesenian), (Doni, Keterampilan), (Doni, Olahraga), (Vita, IPA), (Putri,
Matematika), (Putri, Bahasa Inggris)}
2) Dengan Diagram
Panah
Langkah-langkah menyatakan
relasi dengan diagram panah :
a. Membuat
dua lingkaran atau elips
b. Untuk
meletakkan anggota himpunan A dan anggota himpunan B x=A diletakkan pada
lingkaran A dan y=B diletakkan pada lingkaran B
c. X dan
Y dihubungkan dengan anak panah
d. Arah anak
panah menunjukkan arah relasi
e. Anak
panah tersebut mewakili aturan relasi
3) Dengan diagram Cartesius
Pada diagram Cartesius
diperlukan dua salip sumbu yaitu : sumbu mendatar (horizontal) dan sumbu tegak
(vertical) yang berpotongan tegak lurus.
a. X= A
diletakkan pada sumbu mendatar
b. Y= B
diletakkan pada sumbu tegak
c. Pemasangan (x,y) ditandai dengan sebuah
Noktah (titik) yang koordinatnya ditulis sebagai pasangan berurutan x,y.
4) Tabel
Nama |
Mata
Pelajaran |
Buyung |
IPS |
Buyung |
Kesenian |
Doni |
Keterampilan |
Doni |
Olahraga |
Vita |
IPA |
Putri |
Matematika |
Putri |
Bahasa
Inggris |
Sifat-Sifat Relasi
a. Relasi Refleksif (
Bercermin)
Relasi disebut refleksif jika dan hanya jika
untuk setiap x anggota semesta-nya, x berelasi dengan dirinya sendiri. Jadi R
refleksif jika dan hanya jika xRx.
Contoh :
Jika diketahui A= {1,2,3,4} dan relasi R= {(1,1),
(2,2), (3,3), (4,4)} Pada A, maka R x∈A adalah
refleksif, karena untuk setiap x∈A terdapat
(x,x) pada R.
Perhatikan relasi pada himpunan = {1,2,3,4}
berikut:
R1= {(1,1), (1,2), (1,4), (2,1), (2,2), (3,3),
(4,1), (4,4)}
R2= {(1,1), (1,2), (1,3), (1,4), (2,2), (2,3),
(2,4), (3,3), (3,4), (4,4)}
Relasi-relasi tersebut merupakan relasi refleksif
karena memiliki elemen (1,1), (2,2), (3,3), dan (4,4).
b. Relasi Irrefleksif
Relasi R pada A disebut Irrefleksif (anti
refleksif) jika dan hanya jika setiap elemen di dalam tidak berelasi dengan dirinya
sendiri. Jadi, irrefleksif jika dan hanya jika xRx.
Contoh :
Diketahui himpunan B= {a,b,c} dan
relasi R= {(a,c), (b,c), (b,a)}. Relasi R adalah irrefleksif, karena (a,a),
(b,b), dan (c,c) bukan elemen.
Diketahui A= {1,2,3,4} dan relasi R= {(2,1), (3,2),
(4,1), (4,2), (4,3)}. Relasi R merupakan relasi irrefleksif, karena tidak
terdapat elemen (x,x), dimana x∈A.
c. Relasi Nonrefleksif
Relasi R pada A disebut nonrefleksif jika
dan hanya jika ada sekurang-kurangnya satu elemen di
dalam A yang tidak berelasi dengan dirinya sendiri.
Contoh :
Perhatikan relasi pada himpunan A= {1,2,3,}
R= {(1,1), (1,2), (2,2), (2,3), (3,3)}
Relasi tersebut merupakan relasi non refleksif,
karena ada (1,2) dan (2,3).
d. Relasi Simetri
Relasi R disebut simetri pada S jika dan hanya
jika setiap dua anggota a dan b dari S berlaku jika a berelasi R dengan b maka
b juga berelasi dengan a.
Secara simbolik: aRb → bRa.
Contoh:
1. Relasi R = { (a,b), (b,a), (a,c), (c,a) }
dalam himpunan {a, b, c}.
2. Ani menyukai Budi, Budi menyukai Ani
{(Ani,Budi),(Budi,Ani)}
e. Relasi Asimetri
Relasi R disebut asimetri pada S jika dan hanya
jika setiap dua anggota a dan b dari S berlaku: jika a berelasi R dengan b maka
b tidak berelasi R dengan a.
Secara simbolik: R asimetri pada S jhj (∀a,b∈S) aRb → bRa.
Contoh:
1. Relasi R = { (a,b), (b,c), (c,a) } dalam
himpunan { a,b,c }.
f. Relasi Nonsimetri
Relasi R disebut nonsimetri pada S jika dan hanya
jika ada dua anggota a dan b dari S sedemikian hingga berlaku: a berelasi R dengan
b tetapi b tidak berelasi R dengan a.
Perhatikan bahwa nonsimetri adalah
negasi/ingkaran dari simetri.
Contoh:
1. Relasi R = { (a,b), (a,c), (c,a) } dalam
himpunan {a, b, c}
g. Relasi Antisimetri
Relasi R disebut antisimetri pada S jika dan hanya
jika setiap dua anggota a dan b dari S berlaku: jika a berelasi R dengan b dan
b berelasi R dengan a maka a=b.
Contoh:
1. A = keluarga himpunan.
Relasi “ himpunan bagian” adalah relasi yang
antisimetris pada A, karena untuk setiap dua himpunan x dan y, jika
x y dan y x, maka x = y.
2. Relasi “kurang dari atau sama
dengan (≤)” dalam himpunan bilangan real. Jadi, relasi “kurang dari atau sama
dengan (≤)” bersifat anti simetri, karena jika a ≤ b dan b ≤ a berarti a = b.
3. Relasi “habis membagi” pada
himpunan bilangan bulat asli N merupakan contoh relasi yang tidak simetri
karena jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a, kecuali jika a = b.
Sementara itu, relasi “habis membagi” merupakan relasi yang anti simetri karena
jika a habis membagi b dan b habis membagi a maka a = b.
h. Relasi Transitif
R adalah relasi pada A. R disebut relasi Transitif pada
A jika dan hanya jika setiap 3 anggota himpunan A, (a,b,c ∈A) jika (a,b)∈R, dan (b,c)∈R maka (a,c)∈R (setiap tiga anggota a,b,c
dari A, jika a berelasi dengan b dan b berelasi dengan c maka a berelasi dengan
c).
Contoh:
1. Relasi R = {(a,b), (b,c), (a,c), (c,c) }
dalam himpunan { a,b,c }.
i. Relasi Nontransitif
R adalah relasi pada A. R disebut relasi nontransitif pada
A jika dan hanya jika ada tiga anggota himpunan A, (a,b,c ∈A) sedemikian hingga (a,b)∈R , dan (b,c)∈R dan (a,c)∉R (ada tiga anggota a,b,c dari
A sedemikian hingga a berelasi dengan b dan b berelasi dengan c dan a tidak
berelasi dengan c).
Contoh:
R = {(1,2),(2,3),(3,4)} dalam himpunan {
1,2,3,4}
j. Relasi Intransitif
R adalah relasi pada himpunan A. R disebut relasi intransitif pada
A jika dan hanya jika setiap tiga anggota himpunan A, (a,b,c ∈A) jika (a,b)∈R dan (b,c)∈R maka (a,c)∉R (setiap tiga anggota a,b,c
dari A, jika a berelasi dengan b dan b berelasi dengan c maka a tidak berelasi
dengan c).
Misal E = {1,2,3}, R =
{(1,2),(2,3),(2,5),(3,4),(5,7)}
Relasi di atas intransitif karena :
(1,2)∈R dan (2,3)∈R, tetapi
(1,3)∉R
(1,2)∈R dan (2,5)∈R, tetapi
(1,5)∉R
(2,3)∈R dan (3,4)∈R, tetapi
(2,4)∉R
(2,5)∈R dan (5,7)∈R, tetapi
(2,7)∉R
Komposisi
Relasi
Misalkan
:
R adalah relasi dari
himpunan A ke himpunan B
T adalah relasi dari
himpunan B ke himpunan C.
Komposisi R dan S,
dinotasikan dengan T ο R, adalah relasi dari A ke C yang
didefinisikan oleh :
T ο R = {(a, c) a ∈A, c ∈C, dan untuk suatu b ∈ B sehingga (a, b) ∈R dan (b, c) ∈ S }
Contoh komposisi relasi
·
Misalkan, A =
{a, b, c}, B = {2, 4, 6, 8}
dan C = {s, t, u}
·
Relasi dari A ke B didefinisikan
oleh :
·
R = {(a, 2), (a,
6), (b, 4), (c, 4), (c, 6), (c, 8)}
·
Relasi dari B ke C didefisikan
oleh :
·
T = {(2, u),
(4, s), (4, t), (6, t), (8, u)}
·
Maka komposisi relasi R dan T adalah
·
T ο R = {(a, u),
(a, t), (b, s), (b, t),
(c, s), (c, t), (c, u)}
FUNGSI
Fungsi adalah bentuk khusus dari relasi. Sebuah relasi dikatakan
fungsi jika xRy, untuk setiap x anggota A memiliki tepat
satu pasangan, y, anggota himpunan B
Kita dapat menuliskan f(a) = b,
jika b merupakan unsur di B yang dikaitkan oleh f untuk
suatu a di A. Ini berarti bahwa jika f(a)
= b dan f(a) = c maka b
= c.
Jika f adalah fungsi dari himpunan A ke
himpunan B, kita dapat menuliskan dalam bentuk : f : A → B
Domain, Kodomain, Dan Range
f : A → B
A dinamakan
daerah asal (domain) dari f dan B dinamakan
daerah hasil (codomain) dari f.
Misalkan f(a)
= b,
maka b dinamakan
bayangan (image) dari a,
dan a dinamakan
pra-bayangan (pre-image) dari b.
Himpunan
yang berisi semua nilai pemetaan f dinamakan jelajah (range)
dari f.
Penulisan Fungsi
1) Himpunan
pasangan terurut.
Misalkan fungsi kuadrat pada
himpunan {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10} maka fungsi itu dapat dituliskan dalam
bentuk :
f = {(2, 4), (3, 9)}
2) Formula
pengisian nilai (assignment)
f(x)
= x2 + 10,
f(x) = 5x
Jenis-jenis Fungsi
1.
Fungsi konstan
(fungsi tetap)
Suatu fungsi f
: A → B ditentukan dengan rumus f(x) disebut fungsi konstan apabila untuk
setiap anggota domain fungsi selalu berlaku f(x) = C, di mana C bilangan konstan.
Untuk lebih jelasnya, pelajarilah contoh soal berikut ini.
Diketahui f :
R → R dengan rumus f(x) = 3 dengan daerah domain: {x | –3 ≤ x < 2}.
Sehingga, gambar grafiknya.
2.
Fungsi linear
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi linear apabila
fungsi itu ditentukan oleh f(x) = ax + b, di mana a ≠ 0, a dan b bilangan
konstan dan grafiknya berupa garis lurus. Perhatikan contoh berikut.
Diketahui f(x) = 2x + 3, gambar grafiknya
3. Fungsi Kuadrat
Suatu fungsi
f(x) disebut fungsi kuadrat apabila fungsi itu ditentukan oleh f(x) = ax2 + bx + c, di mana a ≠ 0 dan a, b, dan c bilangan konstan dan grafiknya
berupa parabola. Perhatikan contoh fungsi kuadrat berikut.
Fungsi f
ditentukan oleh f(x) = x2 + 2x – 3, gambar grafiknya.
4. Fungsi identitas
Suatu fungsi
f(x) disebut fungsi identitas apabila setiap anggota domain fungsi berlaku f(x)
= x atau setiap anggota domain fungsi dipetakan pada dirinya sendiri. Grafik
fungsi identitas berupa garis lurus yang melalui titik asal dan semua titik
absis maupun ordinatnya sama. Fungsi identitas ditentukan oleh f(x) = x.
Sifat-sifat Fungsi
1) Fungsi Injektif/satu-satu
Fungsi
satu-satu
Fungsi
f: A → B disebut fungsi satu-satu jika dan hanya jika untuk sembarang a1 dan
a2 dengan a1 tidak sama
dengan a2berlaku f(a1)
tidak sama dengan f(a2). Dengan kata lain,
bila a1 = a2 maka f(a1)
sama dengan f(a2).
2) Fungsi Surjektif/ onto
Fungsi kepada
Fungsi f: A → B disebut fungsi kepada jika dan
hanya jika untuk sembarang b dalam kodomain B terdapat
paling tidak satu adalam domain A sehingga
berlaku f(a) = b.
Suatu kodomain fungsi surjektif sama dengan range-nya
(semua kodomain adalah peta dari domain).
3) Fungsi Bijektif/ korespondensi satu-satu
Fungsi f: A → B disebut
disebut fungsi bijektif jika dan hanya jika untuk sembarang b dalam
kodomain B terdapat tepat satu a dalam
domain A sehingga f(a) = b, dan
tidak ada anggota A yang tidak terpetakan dalam B.
Dengan kata lain,
fungsi bijektif adalah fungsi injektif
sekaligus fungsi surjektif.
Aljabar Boolean
Pendahuluan
Aljabar boole
pertama kali dikemukakan oleh seseorang
matematikawan inggris, geogre boole pada tahun 1854. Aljabar boolean adalah cabang ilmu matematika
yang diperlukan untuk mempelajari desain logika dari suatu sistem digital yang
merupakan operasi aritmatik pada bilangan boolean (bilangan yang hanya mengenal
2 keadaan yaitu False/True, Yes/No, 1/0) atau bisa disebut bilangan biner. Pada tahun
1938 clamde shanmon memperlihatkan penggunaan aljabar boole untuk merancang
rangkaian sirkuit yang menerima masukan 0 dan 1 dan menghasilkan keluaran juga
0 dan 1 aljabar boole telah menjadi dasar teknologi komputer digital.
Definisi :
Aljabar boole merupakanaljabaryng terdiri atas suatu
hmpunan B dengan dua operator biner yang didefinisikan pada himpunan tersebut,
yaitu * (infimum) dan + (supremum).
Atau
Aljabar boole adalah
suatu letisdistribusi berkomplimen.
Notasi aljabarboole
adalah (B, + , 1 , 0 , 1 ). Dalam aljabar boole terdapat :
- Letis (B, * , + ) dengan dua operasi biner infimum
(*) dan supremum (+)
- Poset (B, ≤) yaitu himpunan terurut bagian.
- Batas-batas letis yang dinotasikan dengan 0 dan 1.
0adalah elemen terkecil dan 1 adalah elemen terbesr dari relasi (B, ≤).
Karena (B, *
, +) merupakan letis distribusi berkomplemen maka tiap elemen dari B merupakan
komplemen yang unik. Komplemen dan ( a Î B )
Untuk setiap a, b,
c Î B
berlaku sifat-sifat atau postulat-postulat berikut:
1. Closure (tertutup) : (i) a + b
Î B
(ii) a * b Î B
2. Identitas : (i) ada elemen
untuk 0 Î B sebgai bentuk
a + 0 = 0 + a = a
(ii) ada elemen untuk 1 Î B sebgai bentuk
a * 1 = 1 * a = a
3. Komutatif : (i) a + b
= b + a
(ii) a
* b = b
. a
4. Distributif : (i) a * (b + c) = (a * b) + (a
* c)
(ii) a + (b
* c) = (a
+ b) * (a
+ c)
(iii) (a
* b) + c = (a + c) * (b + c)
5. Komplemen[1] : untuk setiap a Î B sebagai
berikut :
(i) a + a1 = 1
(ii) a * a1 = 0
6. Terdapat paling sedikit dua buah elemen a dan Î B sedemikian
hingga a ≠ b.
7. Idempoteni : a * a = a ; + a = a
8.
Assosiatif : a + (b + c)
= (a + b) +c ; a * (b *c) = (a * b) * c
Kecuali
postulat nomor 7 dan 8, postulat pertama diformulasikan secara formal oleh E.V
Humtingtonn pada tahun 1904 sebagai keenan aksioma/ postulat tersebut. Adapun
postulat assosiatif dan idempoten dapat diturunkan dari postulat yang lain.
4.2 Aljabar
Boole Dua Nilai
Aljabar Boolean dua-nilai
didefinisikan pada sebuah himpunan dua buah elemen, B = {0, 1}. Akan diselidiki apakah
(B, + , 1 , 0 , 1 ) aljabar boole atau bukan.
operator biner, + dan ×
operator uner, ’
Kaidah untuk operator biner dan
operator uner:
a |
b |
a *
b |
|
a |
B |
a + b |
|
a |
a1 |
0 |
0 |
0 |
|
0 |
0 |
0 |
|
0 |
1 |
0 |
1 |
0 |
|
0 |
1 |
1 |
|
1 |
0 |
1 |
0 |
0 |
|
1 |
0 |
1 |
|
|
|
1 |
1 |
1 |
|
1 |
1 |
1 |
|
|
|
Cek apakah memenuhi postulat Huntington:
1.
Closure :
jelas berlaku
2.
Identitas: jelas berlaku karena dari tabel dapat kita
lihat bahwa:
(i) 0 + 1 = 1 + 0
= 1
(ii) 1 * 0 = 0 * 1 = 0
Yang memenuhi elemen identitas 0 dan
1 seperti yang didefinisikan pada
postulat huntington.
3.
Komutatif: jelas
berlaku dengan melihat simetri tabel operator biner.
4.
Distributif: (i) a × (b
+ c) = (a × b)
+ (a × c)
dapat ditunjukkan benar dari tabel operator biner di atas dengan membentuk tabel kebenaran:
a |
b |
c |
b + c |
a × (b
+ c) |
a × b |
a × c |
(a
× b) + (a × c) |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
0 |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
1 |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
(ii) Hukum distributif a + (b
× c) = (a + b)
× (a + c) dapat ditunjukkan benar dengan
membuat tabel kebenaran dengan cara yang sama seperti (i).
5.
Komplemen: jelas berlaku karena Tabel di atas memperlihatkan bahwa:
(i) a + a1 = 1, karena 0 + 01= 0 + 1 = 1 dan 1 + 11= 1 + 0 = 1
(ii) a * a = 0, karena 0 * 01= 0 × 1 = 0 dan 1 * 11 = 1 * 0 = 0
Karena kelima postulat Huntington dipenuhi, maka terbukti
bahwa B = {0, 1} bersama-sama dengan operator biner + dan * operator komplemen1 merupakan aljabar Boolean.
Contoh :
Buktikan sifat aljbar boole : a + (a1
* b) = a + b
Bukti :
a
+ ( a1 * b) = ( a + a1 ) * (a + b)
= 1 * ( a + b )
= a + b
4.3 Prinsip Dualitas
Definisi : Misalkan S adalah kesamaan (identity)
di dalam aljabar Boolean yang melibatkan
operasi ( *, +, dan komplemen1) , maka jika pernyataan S* diperoleh dengan cara mengganti
*
dengan +
+ dengan
*
0 dengan
1
1 dengan
0
maka kesamaan S* juga benar. S* disebut
sebagai dual dari S.
Contoh.
1.
Tentukan dual dari a +(b *c) = (a + b)*(a + c)
Jawab :
a *(b + c) = (a * b)+(a * c)
2.
a * 1 = 0
Jawab :
a + 0 = 1
4.4 Sifat-sifat atau Hukum-hukum Aljabar Boolean
1. Hukum identitas: (i) a + 0 = a (ii) a
* 1 = a |
2. Hukum
idempoten: (i) a + a = a (ii) a
* a = a |
3. Hukum
komplemen: (i) a + a1 = 1 (ii) aa1 = 0 |
4. Hukum
dominansi: (i) a * 0 =
0 (ii) a
+ 1 = 1 |
5. Hukum
involusi: (i) (a1)1= a |
6. Hukum
penyerapan: (i) a + ab = a (ii) a(a + b) = a |
7. Hukum
komutatif: (i) a + b = b + a (ii) ab
= ba |
8. Hukum
asosiatif: (i) a + (b + c) = (a + b) + c (ii) a
(b c) = (a b) c |
9. Hukum distributif: (i) a
+ (b c) = (a + b) (a + c) (ii) a (b
+ c) = a b + a c |
10. Hukum
De Morgan: (i) (a
+ b)1 = a1 b1 (ii) (ab)1 = a1 + b1 |
11. Hukum 0/1 (i)
01 = 1 (ii)
11 = 0 |
|
Contoh. Buktikan (i) a + ab = a
dan (ii) a(a + b) = a
Penyelesaian:
(i)
a + ab = a * 1 + a*b (hukum
identitas)
=
a ( 1 + b) (distributif)
=
a * 1 (dominasi)
=
a (Identitas)
(ii) a(a
+ b) = ( a + 0) (a +b) (hukum identitas)
= a + (0*b) (distributif)
= a+ 0 (dominasi)
= a (Identitas)
Contoh :
Buktikan
bahwa untuk sembarang elemen a dan b dari aljabar Boolean maka kesamaan berikut
:
a + a1b=a+b
dan a(a1+b)=ab adalah benar.
Jawab:
(i)
a + a1b = (a + ab) + a1b (hukum penyerapan)
= a + (ab + a1b) (asosiatif)
= a +
(a + a1) b (distributif)
= a +
1 . b (komplemen)
= a +
b (identitas)
(ii)
a(a1 + b) = a a1 + ab (hukum
distributif)
= 0 + ab (komplemen)
= ab (identitas)
Atau, dapat
juga dibuktikan melalui dualitas dari (i) sebagai berikut:
a(a1 + b)
= a(a + b)(a1 + b)
=
a{(a + b)(a1 + b)}
= a {(a a1) + b}
= a (0 + b)
= ab
4.5 Fungsi Boolean
Fungsi Boolean (disebut juga fungsi biner) adalah pemetaan
dari Bn ke B melalui ekspresi Boolean, kita
menuliskannya sebagai
f : Bn
® B
Bn adalah himpunan yang
beranggotakan pasangan terurut ganda-n (ordered n-tuple) di dalam
daerah asal B.
Setiap
ekspresi Boolean merupakan fungsi Boolean.
Misalkan
sebuah fungsi Boolean adalah
f(x, y, z) = xyz +
x’y + y’z
Fungsi f
memetakan nilai-nilai pasangan terurut ganda-3
(x, y,
z) ke himpunan {0, 1}.
Penyelesaian :
(1, 0, 1) yang berarti x = 1, y = 0, dan z = 1
sehingga f(1,
0, 1) = 1 × 0 × 1 + 1’ × 0 + 0’× 1 = 0 + 0 + 1 = 1 .
Contoh.
Contoh-contoh fungsi Boolean yang
lain:
1. f(x) = x
2. f(x, y)
= x’y + xy’+ y’
3. f(x, y)
= x’ y’
4. f(x, y)
= (x + y)’
5. f(x, y,
z) = xyz’
·
Setiap peubah di dalam fungsi Boolean,
termasuk dalam bentuk komplemennya, disebut literal.
Contoh: Fungsi h(x,
y, z) = xyz’ pada contoh di
atas terdiri dari 3 buah literal, yaitu x,
y, dan z’.
Contoh. Diketahui fungsi Booelan f(x, y, z) = xy z’, nyatakan h dalam tabel kebenaran.
Penyelesaian:
x |
y |
z |
f(x,
y, z) = xy z’ |
0 0 0 0 1 1 1 1 |
0 0 1 1 0 0 1 1 |
0 1 0 1 0 1 0 1 |
0 0 0 0 0 0 1 0 |
4.6 Fungsi Komplemen
1.
Cara pertama: menggunakan hukum De Morgan
Hukum De Morgan untuk dua buah peubah, x1 dan x2, adalah
Contoh. Misalkan f(x, y,
z) = x(y’z’ + yz), maka
f ’(x,
y, z) = (x(y’z’ + yz))’
= x’ + (y’z’ + yz)’
= x’ + (y’z’)’ (yz)’
= x’ + (y + z) (y’ + z’)
2.
Cara kedua: menggunakan prinsip dualitas.
Tentukan dual dari ekspresi
Boolean yang merepresentasikan f, lalu
komplemenkan setiap literal di dalam dual tersebut.
Contoh. Misalkan f(x, y,
z) = x(y’z’ + yz), maka
dual dari f: x + (y’
+ z’) (y + z)
komplemenkan tiap literalnya: x’ + (y + z)
(y’ + z’) = f ’
Jadi, f ‘(x, y,
z) = x’ + (y + z)(y’
+ z’)
4.7 Bentuk Kanonik
·
Jadi, ada dua macam bentuk kanonik:
1. Penjumlahan
dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
2. Perkalian
dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)
Contoh: 1.
f(x, y, z) = x’y’z
+ xy’z’ + xyz à SOP
Setiap suku (term) disebut minterm
2. g(x, y, z)
= (x + y + z)(x + y’
+ z)(x + y’ + z’)
(x’ + y + z’)(x’
+ y’ + z) à POS
Setiap suku (term) disebut maxterm
·
Setiap minterm/maxterm
mengandung literal lengkap
|
|
Minterm |
Maxterm |
|||
x |
y |
Suku |
Lambang |
Suku |
Lambang |
|
0 0 1 1 |
0 1 0 1 |
x’y’ x’y xy’ x y |
m0 m1 m2 m3 |
x + y x + y’ x’ + y x’ + y’ |
M0 M1 M2 M3 |
|
|
|
|
Minterm |
Maxterm |
||
x |
y |
z |
Suku |
Lambang |
Suku |
Lambang |
0 0 0 0 1 1 1 1 |
0 0 1 1 0 0 1 1 |
0 1 0 1 0 1 0 1 |
x’y’z’ x’y’z x‘y
z’ x’y
z x y’z’ x y’z x y
z’ x y z |
m0 m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 |
x + y
+ z x + y + z’ x + y’+z x + y’+z’ x’+ y
+ z x’+ y
+ z’ x’+ y’+
z x’+ y’+
z’ |
M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 |
Contoh . Nyatakan tabel kebenaran di bawah ini dalam
bentuk kanonik SOP dan POS.
Tabel
x |
y |
z |
f(x,
y, z) |
0 0 0 0 1 1 1 1 |
0 0 1 1 0 0 1 1 |
0 1 0 1 0 1 0 1 |
0 1 0 0 1 0 0 1 |
Penyelesaian:
(a)
SOP
Kombinasi nilai-nilai peubah yang
menghasilkan nilai fungsi sama dengan 1 adalah 001, 100, dan 111, maka fungsi
Booleannya dalam bentuk kanonik SOP adalah
f(x, y, z)
= x’y’z
+ xy’z’ + xyz
atau (dengan menggunakan lambang minterm),
f(x, y, z)
= m1
+ m4 + m7
= å (1, 4, 7)
(b) POS
Kombinasi nilai-nilai peubah yang
menghasilkan nilai fungsi sama dengan 0 adalah 000, 010, 011, 101, dan 110, maka fungsi Booleannya
dalam bentuk kanonik POS adalah
f(x,
y, z) = (x
+ y + z)(x + y’+ z)(x + y’+
z’)
(x’+
y + z’)(x’+ y’+ z)
atau dalam bentuk lain,
f(x, y, z)
= M0
M2 M3 M5
M6 = Õ(0, 2, 3, 5, 6)
Contoh Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x + y’z dalam bentuk kanonik SOP dan POS.
Penyelesaian:
(a) SOP
x
= x(y + y’)
= xy +
xy’
= xy (z + z’)
+ xy’(z + z’)
= xyz
+ xyz’ + xy’z + xy’z’
y’z
= y’z (x + x’)
= xy’z + x’y’z
Jadi f(x, y,
z)
= x + y’z
= xyz
+ xyz’ + xy’z + xy’z’
+ xy’z + x’y’z
= x’y’z + xy’z’ + xy’z + xyz’
+ xyz
atau
f(x, y, z)
= m1 + m4 + m5 + m6 +
m7 = S (1,4,5,6,7)
(b) POS
f(x,
y, z) = x + y’z
= (x + y’)(x + z)
x + y’
= x + y’ + zz’
= (x + y’ + z)(x
+ y’ + z’)
x + z
= x + z + yy’
= (x
+ y + z)(x + y’ + z)
Jadi,
f(x,
y, z) = (x + y’ + z)(x + y’
+ z’)(x + y + z)(x
+ y’ + z)
= (x
+ y + z)(x + y’
+ z)(x + y’ + z’)
atau
f(x,
y, z) = M0M2M3 = Õ(0, 2, 3)
4.8 Aplikasi
Aljabar Boolean
a. Jaringan Pensaklaran (Switching Network)
Saklar adalah objek yang mempunyai dua buah
keadaan: buka dan tutup.
Tiga
bentuk gerbang paling sederhana:
1. a
x b
Output b hanya ada jika dan hanya jika x
dibuka Þ x
2. a
x
y b
Output b hanya ada jika dan hanya jika x
dan y dibuka Þ xy
3. a x
c
b y
Output c hanya ada
jika dan hanya jika x atau y dibuka Þ x
+ y
Contoh
rangkaian pensaklaran pada rangkaian listrik:
1. Saklar
dalam hubungan SERI: logika AND
Lampu
A
B
¥
Sumber tegangan
2.
Saklar dalam hubungan PARALEL:
logika OR
A
Lampu
B
¥
Sumber Tegangan
Contoh.
Nyatakan rangkaian pensaklaran
pada gambar di bawah ini dalam ekspresi Boolean.
x’ y
x’
x
x
y
x y’
z
z
Jawab: x’y
+ (x’ + xy)z + x(y
+ y’z + z)
3.
Rangkaian Digital Elektronik
Contoh. Nyatakan fungsi f(x, y, z) = xy + x’y ke dalam rangkaian logika.
Jawab: (a) Cara pertama
(b) Cara kedua
(b) Cara ketiga
4.9 Penyederhanaan fungsi Boolean
Dari segi
penerapannya,fungsi boole yang lebih sederhana berarti rangkaan logika nya juga
sederhana. Penyederhanaan fungsi boole dapat dilakukan dengan 3 cara:
Contoh. f(x,
y) = x’y + xy’ + y’
disederhanakan menjadi
f(x, y) = x’
+ y’
Penyederhanaan fungsi Boolean dapat dilakukan
dengan 3 cara:
1. Secara aljabar
2. Menggunakan Peta Karnaugh
3. Menggunakan metode Quine Mc
Cluskey (metode Tabulasi)
1.
Penyederhanaan Secara Aljabar
Contoh:
1. f(x,
y) = x + x’y
=
(x + x’)(x + y)
= 1 × (x
+ y )
= x + y
2. f(x,
y, z) = x’y’z
+ x’yz + xy’
= x’z(y’ + y)
+ xy’
= x’z
+ xz’
3. f(x,
y, z) = xy + x’z
+ yz = xy
+ x’z + yz(x + x’)
= xy + x’z + xyz
+ x’yz
= xy(1 + z) + x’z(1 + y) = xy + x’z
2.
Peta Karnaugh
Cara untuk menyederhanakan ekspresi atau
pernyataan dari Aljabar Boole. Caranya dengan menggambarkan kotak-kotak yang
berisi “Minterm” (Minimum-Terms)
a. Peta Karnaugh dengan dua peubah
y
0 1
|
m0 |
m1 |
x 0 |
x’y’ |
x’y |
|
m2 |
m3 |
1 |
xy’ |
xy |
b. Peta
dengan tiga peubah
|
|
|
|
|
|
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
|
m0 |
m1 |
m3 |
m2 |
|
x
0 |
x’y’z’ |
x’y’z |
x’yz |
x’yz’ |
|
m4 |
m5 |
m7 |
m6 |
|
1 |
xy’z’ |
xy’z |
xyz |
xyz’ |
Contoh. Diberikan tabel kebenaran, gambarkan Peta Karnaugh.
x |
y |
Z |
f(x,
y, z) |
|
|
0 |
0 |
0 |
0 |
|
|
0 |
0 |
1 |
0 |
|
|
0 |
1 |
0 |
1 |
|
|
0 |
1 |
1 |
0 |
|
|
1 |
0 |
0 |
0 |
|
|
1 |
0 |
1 |
0 |
|
|
1 |
1 |
0 |
1 |
|
|
1 |
1 |
1 |
1 |
|
|
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
x 0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
1 |
0 |
0 |
1 |
1 |
|
|
|
|
|
b. Peta
dengan empat peubah
|
|
|
|
|
|
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
|
m0 |
m1 |
m3 |
m2 |
wx
00 |
w’x’y’z’ |
w’x’y’z |
w’x’yz |
w’x’yz’ |
|
|
m4 |
m5 |
m7 |
m6 |
|
01 |
w’xy’z’ |
w’xy’z |
w’xyz |
w’xyz’ |
|
m12 |
m13 |
m15 |
m14 |
|
11 |
wxy’z’ |
wxy’z |
wxyz |
wxyz’ |
|
m8 |
m9 |
m11 |
m10 |
|
10 |
wx’y’z’ |
wx’y’z |
wx’yz |
wx’yz’ |
Contoh. Diberikan tabel kebenaran, gambarkan Peta Karnaugh.
w |
x |
Y |
z |
f(w,
x, y, z) |
|
|
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
|
0 |
0 |
0 |
1 |
1 |
|
|
0 |
0 |
1 |
0 |
0 |
|
|
0 |
0 |
1 |
1 |
0 |
|
|
0 |
1 |
0 |
0 |
0 |
|
|
0 |
1 |
0 |
1 |
0 |
|
|
0 |
1 |
1 |
0 |
1 |
|
|
0 |
1 |
1 |
1 |
1 |
|
|
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
|
1 |
0 |
0 |
1 |
0 |
|
|
1 |
0 |
1 |
0 |
0 |
|
|
1 |
0 |
1 |
1 |
0 |
|
|
1 |
1 |
0 |
0 |
0 |
|
|
1 |
1 |
0 |
1 |
0 |
|
|
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
|
|
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
|
|
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx
00 |
0 |
1 |
0 |
1 |
01 |
0 |
0 |
1 |
1 |
11 |
0 |
0 |
0 |
1 |
10 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
|
|
|
|
Teknik Minimisasi Fungsi Boolean dengan Peta Karnaugh
1. Pasangan:
dua buah 1 yang bertetangga
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
0 |
0 |
0 |
0 |
11 |
0 |
0 |
1 |
1 |
10 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sebelum disederhanakan: f(w, x,
y, z) = wxyz + wxyz’
Hasil Penyederhanaan: f(w,
x, y, z) = wxy
Bukti secara
aljabar:
f(w,
x, y, z) = wxyz + wxyz’
= wxy(z + z’)
= wxy(1)
= wxy
2. Kuad:
empat buah 1 yang bertetangga
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
0 |
0 |
0 |
0 |
11 |
1 |
1 |
1 |
1 |
10 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sebelum disederhanakan: f(w, x,
y, z) = wxy’z’ + wxy’z + wxyz
+ wxyz’
Hasil penyederhanaan: f(w,
x, y, z) = wx
Bukti secara
aljabar:
f(w,
x, y, z) = wxy’ + wxy
= wx(z’ + z)
= wx(1)
= wx
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
0 |
0 |
0 |
0 |
11 |
1 |
1 |
1 |
1 |
10 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Contoh lain:
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
0 |
0 |
0 |
0 |
11 |
1 |
1 |
0 |
0 |
10 |
1 |
1 |
0 |
0 |
Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxy’z’ + wxy’z + wx’y’z’
+ wx’y’z
Hasil penyederhanaan: f(w,
x, y, z) = wy’
3. Oktet: delapan buah 1 yang bertetangga
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
0 |
0 |
0 |
0 |
11 |
1 |
1 |
1 |
1 |
10 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Sebelum disederhanakan: f(a, b,
c, d) = wxy’z’ + wxy’z + wxyz
+ wxyz’ +
wx’y’z’ + wx’y’z
+ wx’yz + wx’yz’
Hasil penyederhanaan: f(w, x,
y, z) = w
Bukti secara
aljabar:
f(w, x,
y, z) = wy’ + wy
= w(y’ + y)
= w
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
0 |
0 |
0 |
0 |
11 |
1 |
1 |
1 |
1 |
10 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Contoh . Sederhanakan fungsi Boolean f(x,
y, z) = x’yz + xy’z’
+ xyz + xyz’.
Jawab:
Peta
Karnaugh untuk fungsi tersebut adalah:
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
x 0 |
|
|
1 |
|
1 |
1 |
|
1 |
1 |
Hasil
penyederhanaan: f(x, y, z) = yz + xz’
Contoh . Andaikan suatu tabel kebenaran telah
diterjemahkan ke dalam Peta Karnaugh. Sederhanakan fungsi Boolean yang
bersesuaian sesederhana mungkin.
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
1 |
1 |
1 |
01 |
0 |
0 |
0 |
1 |
11 |
1 |
1 |
0 |
1 |
10 |
1 |
1 |
0 |
1 |
Jawab: (lihat Peta Karnaugh)
f(w, x, y, z)
= wy’ + yz’ + w’x’z
Contoh .
Minimisasi fungsi Boolean yang bersesuaian dengan Peta Karnaugh di bawah
ini.
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
0 |
1 |
0 |
0 |
11 |
1 |
1 |
1 |
1 |
10 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Jawab: (lihat Peta Karnaugh)
f(w, x, y, z)
= w + xy’z
Jika penyelesaian Contoh 5.13 adalah seperti
di bawah ini:
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
0 |
1 |
0 |
0 |
11 |
1 |
1 |
1 |
1 |
10 |
1 |
1 |
1 |
1 |
maka fungsi Boolean hasil penyederhanaan
adalah
f(w,
x, y, z) = w + w’xy’z (jumlah
literal = 5)
yang ternyata masih belum sederhana
dibandingkan f(w, x, y, z)
= w + xy’z (jumlah literal = 4).
Contoh . (Penggulungan/rolling) Sederhanakan fungsi Boolean yang bersesuaian dengan Peta
Karnaugh di bawah ini.
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
1 |
0 |
0 |
1 |
11 |
1 |
0 |
0 |
1 |
10 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jawab: f(w,
x, y, z) = xy’z’
+ xyz’ ==> belum sederhana
Penyelesaian
yang lebih minimal:
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
1 |
0 |
0 |
1 |
11 |
1 |
0 |
0 |
1 |
10 |
0 |
0 |
0 |
0 |
f(w,
x, y, z) = xz’
===> lebih sederhana
Contoh : (Kelompok berlebihan) Sederhanakan fungsi
Boolean yang bersesuaian dengan Peta Karnaugh di bawah ini.
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
0 |
1 |
0 |
0 |
11 |
0 |
1 |
1 |
0 |
10 |
0 |
0 |
1 |
0 |
Jawab: f(w,
x, y, z) = xy’z
+ wxz + wyz ® masih belum sederhana.
Penyelesaian yang lebih minimal:
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
wx 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
0 |
1 |
0 |
0 |
11 |
0 |
1 |
1 |
0 |
10 |
0 |
0 |
1 |
0 |
f(w,
x, y, z) = xy’z
+ wyz ===> lebih sederhana
Contoh Sederhanakan fungsi Boolean yang bersesuaian
dengan Peta Karnaugh di bawah ini.
|
cd 00 |
01 |
11 |
10 |
ab 00 |
0 |
0 |
0 |
0 |
01 |
0 |
0 |
1 |
0 |
11 |
1 |
1 |
1 |
1 |
10 |
0 |
1 |
1 |
1 |
Jawab: (lihat Peta Karnaugh di atas) f(a, b,
c, d) = ab + ad + ac
+ bcd
Contoh .
Minimisasi fungsi Boolean f(x, y,
z)
= x’z + x’y + xy’z + yz
Jawab:
x’z = x’z(y
+ y’) = x’yz + x’y’z
x’y
= x’y(z + z’) = x’yz + x’yz’
yz = yz(x + x’)
= xyz + x’yz
f(x,
y, z) = x’z + x’y + xy’z + yz
= x’yz + x’y’z
+ x’yz + x’yz’ + xy’z + xyz + x’yz
= x’yz + x’y’z
+ x’yz’ + xyz + xy’z
Peta
Karnaugh untuk fungsi tersebut adalah:
|
yz 00 |
01 |
11 |
10 |
x
0 |
|
1 |
1 |
1 |
1 |
|
1 |
1 |
|
Hasil penyederhanaan: f(x, y,
z) = z + x’yz’
Peta Karnaugh
untuk lima peubah
000
001 011 010
110 111 101
100
00 |
m0 |
m1 |
m3 |
m2 |
m6 |
m7 |
m5 |
m4 |
01 |
m8 |
m9 |
m11 |
m10 |
m14 |
m15 |
m13 |
m12 |
11 |
m24 |
m25 |
m27 |
m26 |
m30 |
m31 |
m29 |
m28 |
10 |
m16 |
m17 |
m19 |
m18 |
m22 |
m23 |
m21 |
m20 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Garis
pencerminan
Contoh \. (Contoh penggunaan Peta 5 peubah) Carilah
fungsi sederhana dari f(v,
w, x, y, z) = S (0, 2, 4, 6, 9, 11, 13, 15, 17, 21, 25, 27,
29, 31)
Jawab:
Peta
Karnaugh dari fungsi tersebut adalah:
|
|
xyz 000 |
001 |
011 |
010 |
110 |
111 |
101 |
100 |
|
|
vw 00 |
1 |
|
|
1 |
1 |
|
|
1 |
|
|
01 |
|
1 |
1 |
|
|
1 |
1 |
|
|
|
11 |
|
1 |
1 |
|
|
1 |
1 |
|
|
|
10 |
|
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
Jadi f(v, w,
x, y, z) = wz + v’w’z’
+ vy’z
Metode Penyederhanaan Untuk
Penyelesaian Permasalahan Dalam
Ekspresi Logika.
Penyederhanaan adalah
proses mengubah bentuk ekspresi-ekspresi logika menjadi lebih sederhana, dengan
menggunakan hukum-hukum ekivalensi dalam logika. Tujuan dari penyederhanaan ini
adalah kemudahan dalam mengoperasikan atau menentukan ekivalensinya dengan
ekspresi logika yang lain.
OPERASI PENYEDERHANAAN
Operasi penyederhanaan
adalah langkah mengubah persamaan logika dengan menggunakan hukum-hukum logika
pada operasi logika. Penyederhanaan logika menggunakan
tabel pada bagian Ekuivalen Logis.
Contoh 1.
Zero
of V
Tautologi
Identity
of
Contoh 2.
Tambah
Kurung
Distributif
Distributif
Tautologi
Identity of
Penyederhanaan juga dapat digunakan untuk
membuktikan ekuivalen atau kesamaan secara logis.
Contoh 3.
Buktikan :
Untuk membuat penyederhanaan, pertama kali
harus dihilangkan adalah dan menjadikan
kombinasi dari , , dan ~. Beberapa contoh kesamaan logis.
Operasi penyederhanaan dengan menggunakan
hukum-hukum logika dapat digunakan untuk membuktikan ekspresi logika tautologi
jika hasil akhirnya 1, kontradiksi jika hasilnya 0, dan jika tidak 0 ataupun 1
maka contigent.
MENGHILANGKAN PERANGKAI
Pada operasi penyederhanaan, implikasi dan biimplikasi dapat digantikan
oleh perangkai dasar ~, , .
Contoh 4.
PERANGKAI DASAR
Perangkai dasar disebut juga dengan perangkai
cukup. Ketiga perangkai tersebut membentuk gates yang menjadi dasar sistem
digital. Perangkai cukup menunjukkan bahwa perangkai dapat diganti
dengan ~ dan , sedangkan perangkai
dapat digantikan
oleh ~ dan .
Contoh 5.
~(A
LATIHAN
Soal 1
Sederhanakan bentuk-bentuk logika
berikut menjadi bentuk paling sederhana
1)
A
2)
~(~A
3)
Soal 2
Hilangkan tanda dan dari ekspresi
logika berikut dan sederhanakan lagi jika memungkinkan
1)
2)
3)
Soal 3
Buktikan bahwa hukum-hukum logika berikut ini
adalah tautologi
1)
Silogisme hipotesis
2)
Silogisme disjungtif
3)
Modus ponens
4)
Modus tollens
DAFTAR PUSTAKA
1.
Drs .Mundiri, Logika,
PT.RajaGrafindo Persada, 2001, Jakarta, hlm.48
2.
Drs. Toto’
Bara Setiawan, M.Si, Diktat kuliah Logika Matematika,Pendidikan
matematika, Universitas Negeri Jember, 2007.
3.
Dr.W.Poespoprodjo,SH.,S.S.,B.Ph.,L.Ph.,
Logika Scientifika. Pustaka Grafika, Bandung, 1999 Hal.170
4.
DR. W.
Poespoprodjo, S.H., S.S., B.Ph., L.Ph., Logika Scientifika “ Pengantar
Dialektika dan Ilmu”, Pustaka Grafika, 1999, Bandung, hlm 171.
5.
Foter, Bob. 2006. Soal
dan Pembahasan Relasi. Jakarta : Erlangga
6.
F. Soesianto, Djoni
Dwijono, Logika Matematika untuk Ilmu Komputer, Penerbit ANDI,
Yogyakarta, 2010.
7.
Hariyono Rudi, Drs. 2005. Pintar
Matematika SMA. Jakarta : Gitamedia Press
8.
Jong Jeng
Siang, Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer,
Andi OffsetYogyakarta, 2004
9.
Jong Jek Siang, Matematika
Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer, Andi Yogyakarta, 2004.
10. Kenneth H. Rosen, Discrete Mathematics and
Application to Computer Science 5th Edition, Mc
Graw-Hill, 2003
11. Kesumawati, Nila.2003.Diktat
Matematika Diskrit.Palembang: Universitas PGRI Palembang
12. Munir, Rinaldi.2010.Matematika
Diskrit.Bandung: Informatika
13.
Retno Hendrowati; Bambang Hariyanto, Logika Informatika, Penerbit
Informatika,
Bandung, 2000.
14.
Rinaldi
Munir, Matematika Diskrit, Edisi Ketiga, Informatika, Bandung,
2005.
15.
Setiadji, Logika Informatika,
Graha Ilmu,
Jakarta, 2007.
16.
Wibisono, Samuel. 2008. Matematika
Diskrit Ed. 02. Jakarta : Graha Ilmu