Ketika sedang marah dan emosi
berada dalam puncaknya, setiap hal rasanya selalu salah dan
menjengkelkan. Para peneliti dan ahli mengatakan ada beberapa hal yang
sebaiknya tidak anda lakukan ketika anda sedang dirundung kemarahan. Apa
saja itu? Berikut ulasannya..
1. Tidur dalam keadaan marah
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan pada Journal of Neuroscience, tidur bisa memperkuat memori atau daya ingat, terutama memori yang berhubungan dengan emosional. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidur bisa membuat emosi negatif dalam diri anda. Allen Towfigh MD, seorang neurolog dan dokter spesialis pengobatan tidur mengungkapkan bahwa tidur bisa membantu memproses serta mengonsolidasikan informasi yang diterima sebelum tidur. Hal ini pada akhirnya mengindikasikan bahwa tidur setelah bertengkar atau sedang dalam keadaan emosi membuat anda akan mengingat kembali dan mengalami emosi yang sama saat anda bangun tidur.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan pada Journal of Neuroscience, tidur bisa memperkuat memori atau daya ingat, terutama memori yang berhubungan dengan emosional. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidur bisa membuat emosi negatif dalam diri anda. Allen Towfigh MD, seorang neurolog dan dokter spesialis pengobatan tidur mengungkapkan bahwa tidur bisa membantu memproses serta mengonsolidasikan informasi yang diterima sebelum tidur. Hal ini pada akhirnya mengindikasikan bahwa tidur setelah bertengkar atau sedang dalam keadaan emosi membuat anda akan mengingat kembali dan mengalami emosi yang sama saat anda bangun tidur.
2. Mengemudi
Adalah hal yang berbahaya ketika anda mengemudi kendaraan dalam keadaan sedang marah. Riset mengungkapkan bahwa pengendara yang mengemudi kendaraan dalam kondisi sedang marah lebih berisiko mengalami kecelakaan. Seorang psikolog klinis, David Narang PhD, mengatakan bahwa saat anda sedang marah, anda berisiko terhadap aksi menyerang, oleh sebab itu sebaiknya jangan mengemudi.
Adalah hal yang berbahaya ketika anda mengemudi kendaraan dalam keadaan sedang marah. Riset mengungkapkan bahwa pengendara yang mengemudi kendaraan dalam kondisi sedang marah lebih berisiko mengalami kecelakaan. Seorang psikolog klinis, David Narang PhD, mengatakan bahwa saat anda sedang marah, anda berisiko terhadap aksi menyerang, oleh sebab itu sebaiknya jangan mengemudi.
Jarang juga mengatakan bahwa kemarahan
dapat membuat seseorang hanya melihat lurus ke depan saja. Si pengemudi
yang sedang marah bisa saja tidak melihat kendaraan lain di sekitarnya
atau pejalan kaki. Kondisi ini dinamakan dengan tunnel vision. Apabila anda memang harus mengemudi, sebaiknya membuka mata dengan lebar dan terus fokus agar terhindar dari tunnel vision.
3. Makan
Menurut seorang ahli bernama Kathy Gruver PhD, mengatasi marah dengan makan dapat berdampak buruk. Ia mengatakan bahwa saat kita marah, kita cenderung memilih makan makanan yang tidak sehat.
Menurut seorang ahli bernama Kathy Gruver PhD, mengatasi marah dengan makan dapat berdampak buruk. Ia mengatakan bahwa saat kita marah, kita cenderung memilih makan makanan yang tidak sehat.
Gruver menambahkan, jarang sekali orang yang memilih untuk makan
sayuran saat ia marah. Sebaliknya, yang sering dipilih biasanya adalah
makanan-makanan yang tinggi akan karbohidrat, gula, dan lemak. Selain
itu, makan ketika marah menyebabkan sistem pencernaan tidak berfungsi
dengan baik, dan ini bisa menyebabkan konstipasi dan diare.
4. “Pamer” kemarahan di media sosial
Dewasa ini, ada kecenderungan oleh sebagian orang ketika mereka sedang marah atau emosinya tidak stabil, mereka ‘mengungkapkannya’ di media sosial. Kebiasaan ‘pamer’ emosi ke media sosial bukanlah kebiasaan yang baik. Narang mengatakan bahwa saat anda sedang marah dan ‘mengumumkan’ perasaan anda ke media sosial, hal tersebut bisa menjadi bumerang yang akan membuat anda menyesal. Mengumumkan atau menuliskan sesuatu ke publik sangat sulit untuk anda tarik kembali. Oleh sebab itu, jika anda sedang dalam kondisi emosi, sebaiknya tidak ‘menumpahkan’ amarah anda ke media sosial.
Dewasa ini, ada kecenderungan oleh sebagian orang ketika mereka sedang marah atau emosinya tidak stabil, mereka ‘mengungkapkannya’ di media sosial. Kebiasaan ‘pamer’ emosi ke media sosial bukanlah kebiasaan yang baik. Narang mengatakan bahwa saat anda sedang marah dan ‘mengumumkan’ perasaan anda ke media sosial, hal tersebut bisa menjadi bumerang yang akan membuat anda menyesal. Mengumumkan atau menuliskan sesuatu ke publik sangat sulit untuk anda tarik kembali. Oleh sebab itu, jika anda sedang dalam kondisi emosi, sebaiknya tidak ‘menumpahkan’ amarah anda ke media sosial.
via Female Kompas | image : blog.bidnessetc.com