Minggu, Mei 07, 2017

PENGARUH METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA BAHASA INDONESIA



PENGARUH METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA
 BAHASA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia ini ditegaskan dalam Al quran
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي البَرِّ وَالبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِنَ الطَيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ  عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا  (الإسراء ٧٠    )
Artinya :
dan sesungguhnya  telah Kami muliakan anak-anak adam (manusia) , kami tempatkan mereka di daratan dan lautan kami beri mereka rezeki yang baik dan kami lebihkan mereka dari makhluk kami yang lain (Q.S 17 Al Isra :70)
Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang baik Allah melengkapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinnya  menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan membudayakan ilmu yng dimilikinya.
Alhamdulillah masa sekarang sudah banyak guru yang menyadari bahwa tugas seorang guru bukan hanya sekedar  mentranser ilmu pengetahuan  tapi mendidik mereka untuk siap menyongsong  masa depan. Bukan hanya nilai akademik yang mereka kejar dengan mengerjakan soal – saol latihan tapi dengan menanamkan dan mengembankan perkembangan yang lainnya sehingga lulusan yang dihasilkan bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan tapi mengakomodir perkembangan emosional, bahasa,  sosial dan agama berkembang optimal sehingga mereka  bukan hanya berilmu pengetahuan tapi juga mempunyai karakter yang baik.
Siswa adalah individu yang berkembang. Perkembangannya berlangsung sepanjang hayat dan bersifat dinamis. Perkembangan dipengaruhi oleh factor internal dan external  dan kematangan. Adanya masa perkembangan siswa yang berbeda seringkali memperlihatkan irama dan tempo yang berbeda, sebagai seorang guru harus memiliki penguasaan yang cukup mendalam tiap aspek  perkembangan  siswa. Dengan penguasaan tersebut guru dapat memahami perilaku, potensi kecakapan, karakteristik pada siswa.
Ada beberapa karakteristik siswa di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan siswa khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru kita harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswa maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik dan kebutuhan siswa.
Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
Siswa SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6 – 12 tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan :
a)      Perkembangan Fisik Siswa SD
Mencakup pertumbuhan  biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang.
Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa    anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil     perubahannya selama tahun tahun di SD.
b)      Perkembangan Kognitif Siswa SD
Hal tersebut mencakup perubahan – perubahan dalam perkembangan pola pikir. Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui empat stadium:
§  Sensorimotorik (02 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan medorong
mengeksplorasi dunianya.
§  Praoperasional(27 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan katakata. Tahap pemikirannya yang lebih simbolis tetapi tidak melibatkan        pemikiran operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis.
§  Operational Kongkrit (711), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit.
§  Operasional Formal (1215 tahun). kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia    
c)      Perkembangan Psikososial
Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi individu. J. Havighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti di antaranya adalah aspek psikis, moral dan sosial.
Menjelang masuk SD, anak telah mengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri) dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanakkanaknya.
Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur. Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain.
Kebutuhan Peserta Didik Siswa SD
a)      Anak SD Senang Bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai.
b)      Anak SD Senang Bergerak.
Orang dewasa dapat duduk berjamjam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
c)      Anak usia SD Senang Bekerja dalam Kelompok.
Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspekaspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan - aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.
Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 34 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
d)     Anak SD Senang Merasakan atau Melakukan/memperagakan Sesuatu Secara Langsung.
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional
konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsepkonsep
baru dengan konsepkonsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsepkonsep
tentang angka, ruang, waktu, fungsifungsi badan, peran, jenis kelamin, moral, dan sebagainya.
Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa.
Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami
tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.
Kemampuan berbahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan. Sejak belajar di Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT) peserta didik diharapkan mampu berbahasa dengan baik. Melalui bahasa peserta didik dapat saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar, dan dapat meningkatkan kemampuan intelektualnya.
Sejak usia dini, anak memiliki kompetensi berbahasa dan kompetensi berbahasa itu akan berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungannya. Masyarakat yang berbahasanya santun dan positif(lingkungan bahasa yang baik) akan berpengaruh pada perkembangan bahasa dan akan berpengaruh secara positif terhadap perkembangan jiwa dan intelektualnya.     Masyarakat akan dapat melihat perilaku individu melalui kemampuan berbahasa dan berpikirnya. Sebagaimana dinyatakan oleh Clearly bahwa ada hubungan antara bahasa dan pikiran.
Mengingat pentingnya peranan kemampuan berbahasa dalam kehidupan, maka selayaknya kemampuan berbahasa termasuk kemampuan baca-tulis dikembangkan dalam kehidupan anak mulai belajar di taman bermain sampai perguruan tinggi bahkan selama perjalanan hidupnya. Tujuan paling sederhana yakni mampu berkomunikasi dengan bahasa yang baik dalam berbagai keperluan. Dengan demikian maka semua warga masyarakat memiliki hak untuk belajar berbahasa secara baik serta benar sesuai dengan karakter yang baik pula.
Sehubungan tujuan mulia tersebut maka para guru/pendidik memiliki tugas mulia yakni menyediakan fasilitas pembelajaran berbahasa agar semua siswa memiliki kegemaran untuk belajar berbahasa secara baik guna membangun karakternya secara benar pula.
Berdasarkan alasan tersebut maka dilakukan kajian tentang pembelajaran bahasa Indonesia oleh guru di SD Fajar Hidayah Kota Wisata Gunung Putri Bogor yakni menerapkan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada  pembelajaran baca- tulis permulaan. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) didasari konsep bahwa pembelajaran baca-tulis dapat dikembangkan dengan melibatkan siswa secara maksimal untuk mengungkapkan pengalaman bahasa mereka . siswa dapat mengawali kegiatan menulisnya dengan rasa senang. Mereka menuliskan apa yang dirasakannya, dipikirkannya, dan kemudian mereka membaca apa yang dirasakan dan dipikirkannya.
Fajar Hidayah salah satu sekolah Islam Terpadu yang menggunakan pendekatan aktif learning telah melakukan berbagai upaya  pengembangan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan usia dan kebutuhan anak  sejak tahun 1999,yaitu dengan mentraining  guru agar mempunyai kompetensi yang unggul, menyiapkan sarana dan prasarana, menyediakan referensi dan buku-buku yang berkaitan pembelajaran yang baik guna meningkatkan dan mengembangkann  proses pembelajaran dan alat pengajaran yang relevan.                     
 Fajar Hidayah adalah sekolah yang sangat memperhatikan kebutuhan anak mengakui bahwa setiap anak unik masing- masing anak mempunyai keistimewaannya yang berbeda maka siswa kelas I SD ketika masuk tidak di syaratkan harus bisa membaca. SIT Fajar hidayah hanya mengobservasi kesiapan siswa untuk bersekolah , namun buku-buku siswa SD I mengarahkan bahwa siswa sudah pandai membaca maka di sini penulis  mengadakan kajian untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa SD  I sesuai kebutuhan dan masa perkembangan mereka yaitu dengan  cara yang menyenangkan diharapkan akan mempercepat kemampuan mereka membaca dan sekaligus diharapkan penanaman kebiasaan yang pada senang membaca.
Berdasarkan identifikasi terhadap masalah yang di temukan di kelas terdapat beberapa kelemahan: 1) siswa kurang menguasai hubungan antar konsep karena siswa hanya mengulang apa yang diucapkan guru ( membeo). 2) siswa kurang memperhatikan materi pelajaran karena metode kurang sesuai dengan masa perkembangan siswa. 3) pengajaran hanya berpusat pada guru ( teacher center). 4) siswa tidak dimotivasi aktif dalam pembelajaran dan mereka malu bertanya tentang materi yang belum dimengerti.
Masalah-masalah tersebut diduga masalah yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola kelas. Terutama pada kemampuan membaca yang masih rendah.  Hal ini ditunjukkna dari rendahnya hasil ulangan harian yang dapat di lihat pada table di bawah ini :
Rata-rata nilai kemampuan membaca kelas I SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata , Bogor adalah :
Table : 1 Rata-rata nilai kemampuan membaca kelas I SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata
TAHUN
KKM
NILAI
KELAS
KETERANGAN
2011/2012
75
68,5
Belum mencapai KKM
70
Belum mencapai KKM
77
mencapai KKM
2012/2013
75
72
Belum mencapai KKM
69
Belum mencapai KKM
70
Belum mencapai KKM
2013/2014
75
76
mencapai KKM
74
Belum mencapai KKM
78
mencapai KKM

Pada data tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang memenuhi Kriteria dapat membaca hanya  sebesar ≥75  hanya 22%  sementara itu guru mengharapkan nilai yang memuaskan dengan target semua siswa dapat menyelesaikan dan memenuhi Standart ketuntasan minimal yaitu 75. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka perlu diupayakan usaha secara terpadu dengan melakukan beberapa metode, ekhnik dan metode yang sesuai dengan masa perkembangan siswa.    Dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan Struktural Analitik Sintetik (SAS)   dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca  siswa kelas I SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata Bogor. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) adalah merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran MMP bagi siswa pemula.
Metode pembelajaran yang baik merupakan salah satu factor keberhasilan suatu proses pembelajaran dan merangsang berfikir kreatif siswa. Sementara itu itu siswa dituntut kesadaran, kesiapan, dan kesediaannya dalam menerima dan melaksanakan tugas dengan baik sehingga tercermin usaha yang optimal dalam mencapai hasil yang diharapkan .jika hal ini dapat dilaksanakan dengan baik dan secara kontinu dan ditunjang dengan fasilitas yang memadai maka kemampuan membaca siswa  dan nilai-nilai karakter positif akan tercapai.
Meskipun dalam pembelajaran model maupun metode bukan segala-galanya , akan tetapi metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) mempunyai peranan penting dalam mencapai kemampuan membaca siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada 2 faktor   utama, yaitu factor yang datang dari dalam diri siswa dan factor yang datang dari luar diri siswa  sebagaimana dijelaskan oleh Nana Sudjana sebagai berikut :
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar bergantung pada dua factor   yaitu yaitu factor yang datang dari dalam diri siswa dan factor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Factor yang datang dari dalam diri siswa berkaitan dengan psikologi mencakup minat, dan motivasi. Sedangkan factor yang datang dari luar meliputi lingkungan, sarana dan prasarana, kurikulum, guru, metode / model , serta fasilitas pendukung lainnya.
Berdasarkan uraian di atas mendorong penulis untuk mengkaji lebih dalam penggunaan metode pempelajaran dalam keberhasilan meningkatkann kemampuan membaca dengan menjadikan sebagai tesis dengan judul : Pengaruh Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Dan Tipe Kepribadian Terhadap Kemampuan Membaca Bahasa Indonesia   di SD I  SIT Fajar Hidayah Kota Wisata Bogor.
Mengingat keterbatasan dari segi waktu,biaya, tenaga serta fikiran dan kendala-kendala yang di hadapi maka dalam penelitian ini  peneliti tidak mungkin mengungkapkan semua masalah yang berkaitan dengan judul ini oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS). Metode (SAS) ini mengiringi dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia  sebagai variable bebas dan diduga mempengaruhi secara positif  dengan tipe kepribadian dan kemampuan membaca permulaan siswa SD I sebagai variable terikat.

B. Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah penelitian , maka permasalahan dapat di identifikasi sebagai berikut :
1.      apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang mendapatkan pengajaran bahasa menggunakan  metode Struktural Analitik Sintetik (Sas)  dan kemampuan membaca bahasa yang diperoleh siswa dengan metode Drill ?
2.      apakah semua siswa dapat memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru dengan pendekatan yang sama?
3.      apakah terdapat perbedaan pengaruh interaksi antara metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)   dan tipe kepribadian siswa terhadap kemampuan membaca bahasa Indonesia permulaan ?
4.      Apakah penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)  dalam  pembelajaran yang digunakan guru sudah sesuai dengan usia siswa ?
5.      Apakah metode  Struktural Analitik Sintetik (SAS)  dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia ?
6.      Apakah metode  metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)  yang digunakan guru dapat meningkatkan kemampuan membaca  secara signifikan ?
7.      Apakah metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)   yang digunakan guru sudah sesuai dengan perkembangan siswa ?
8.      apakah terdapat perbedaan kemampuan  membaca antara siswa yang memiliki  tipe kepribadian extrovert dengan introvert ?
9.      apakah metode  Struktural Analitik Sintetik (SAS)  sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar ?
10.  apakah semua siswa dapat memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru dengan metode  yang sama?
11.  Apakah terdapat perbedaan kemampuan antara siswa yang menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)  dibandingkan dengan metode drill pada siswa yang mempunyai tipe kepribadian introvert ?
12.  Apakah terdapat perbedaan kemampuan antara siswa yang menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)  dibandingkan dengan metode drill pada siswa yang mempunyai tipe kepribadian extropet ?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas tesis ini dibatasi pada :
Pengaruh Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas)  Dan Tipe Belajar Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan.
1.      Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)  yang digunakan peneliti dalan penelitiannya sebagai variable bebas ( A1 ) dan metode drill sebagai kelas control       ( A2 )
2.      Tipe belajar siswa extrovert sebagai variable atribut ( B1 ) dan siswa introvert    ( B2 ).
3.      Serta kemampuan membaca Bahasa Indonesia permulaan sebagai variable terikat (Y).
Objek penelitian di batasi hanya siswa kelas  I SD SIT  Fajar Hidayah Kota Wisata Gunung Putri Bogor, Jawa Barat.
D. Rumusan Masalah
Secara rinci permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.      Apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang mendapatkan pengajaran Bahasa menggunakan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)    dan model Drill ?
2.      Adakah  pengaruh interaksi antara  penggunaan model pembelajran dan tipe kepribadian terhadap kemampuan membaca permulaan?
3.      Apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan  Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan metode drill pada siswa yang mempunyai  tipe kepribadian extrovert ?
4.      Apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan  Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan metode drill pada siswa yang mempunyai  tipe kepribadian introvert?
E.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1.      Siswa SD I , agar mereka senang belajar membaca dalam suasana kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
2.      Bagi guru, dengan penerapan model pendekatan belajar melalui pengalaman Langsung, guru memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kemampuan membaca di tingkat SD dengan pembelajaran yang berpusat pada anak.
3.      Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi masalah dalam proses belajar membaca  untuk mencapai kemampuan yang maximal.

















BAB II
KERANGKA  TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.    Deskripsi  Teoretik
1.      Hakekat Kemampuan Membaca Bahasa Indonesia Permulaan
a.      Pengertian Bahasa Indonesia
Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa system simbol lisan  yang arbitrer yang dipakai oleh suatu anggot masyarakat yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi  antar sesamanya  berlandaskan pada budaya  yang mereka miliki bersama . [1]          
Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan
            Berdasarkan Pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia adalah system tanda bunyi yang disepakati  untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat Indonesia dalam bekerja sama , berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri .             
Teori Belajar Bahasa
Menurut crow and crow bahasa adalah alat expresi bagi manusia , sebagai alat yang sangat penting bahsa memiliki fungsi yang sangat penting , yaitu (1) bahsa sebagai pembangkit dan pembangun hubungan dengan orang lain(2) bahasa sebagai sarana yang mempengaruhi kepribadian sehingga dengan menggunakan bahasa dapat diubah cara berfikir seseorang.[2]
Beberapa pengertian mengenai  teori belajar bahasa dari para ahli adalah sebagai berikut:
a)      Belajar bahasa akan berlangsung dengan mudah bagi siswa apabila belajar bahasa itu bersifat menyeluruh, nyata, relevan, bermakna, fungsional, disajikan dalam konteks pemakaian yang sesungguhnya, dan siswa menggunakannya.
b)      Pemakaian bahasa bersifat individual dan sosial. Pemakaian bahasa didorong dari dalam diri anak sendiri oleh adanya kebutuhan untuk berkomunikasi, disusun, dan diekspresikan sesuai dengan norma-norma dalam kehidupan masyarakat
c)      Siswa belajar melalui bahasa dan belajar tentang bahasa yang semuanya berlangsung secara simultan dalam konteks pemakaian bahasa secara lisan dan tulis yang bersifat otentik dalam peristiwa komunikasi;
d)     Belajar bahasa adalah belajar membangun makna sesuai dengan konteks
e)      Perkembangan bahasa adalah suatu proses pembentukan kemampuan personal-sosial yan bersifat holistic.

Tiga prinsip yang mendasari teori belajar bahasa, yakni: komunikasi, tugas, dan kebermaknaan yaitu :
a)      Prinsip komunikasi mengacu pada kegiatan yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang dapat meningkatkan proses belajar mengajar.
b)      Prinsip tugas mengacu pada kegiatan pemakaian bahasa untuk melaksanakan tugas yang bermakna yang dapat meningkatkan proses belajar mengajar.
c)      Prinsip kebermaknaan mengisyaratkan bahwa bahasa yang bermakna dapat meningkatkan proses belajar mengajar. [3]
Implikasi dari ketiga prinsip tersebut adalah kegiatan belajar harus diseleksi dengan mengutamakan keterlibatan siswa dalam kegiatan pemakaian bahasa yang otentik dan bermakna bukan sekedar melatih pola-pola tertentu yang bersifat mekanis.
Proses belajar bahasa dapat diperoleh secara alamiah/informal dan formal.
Proses belajar secara alamiah/informal diperoleh melalui komunikasi sehari-hari atau komunikasi yang sebenarnya. Proses belajar secara formal diperoleh di lingkungan sekolah melalui belajar. Pembelajaran dalam lingkungan formal pada umumnya mengutamakan penguasaan kode-kode formal atau bentuk bahasa, sedangkan dalam lingkungan alamiah mengutamakan isi pesan komunikasi.
Belajar bahasa seyogyanya berlangsung secara alamiah Oleh karena itu dalam lingkungan formal, pembelajaran hendaknya diutamakan daripada pengajaran. Mengajarkan bahasa pada hakikatnya adalah menciptakan kondisi yang bersifat kondusif yang memungkinkan terjadinya proses belajar bahasa para siswa [4]. Pusat kegiatan belajar mengajar adalah siswa karena siswalah yang belajar. Pembelajaran yang sesuai adalah pengelolaan cara belajar siswa aktif.
Guru berperan sebagai sumber informasi dan fasilitator yang bertugas menciptakan kemudahan-kemudahan bagi para siswa untuk menggunakan bahasa dalam fungsi komunikasi. Belajar bahasa termasuk di dalamnya baca-tulis akan lebih mudah dan berlangsung dengan baik apabila dipelajari dalam konteks yang alamiah.
Pembelajaran hendaknya mengoptimalkan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.[5] Aplikasi dalam pembelajaran baca-tulis, yaitu siswa diberi kesempatan untuk baca-tulis dengan tujuan nyata, mengaitkan pengalaman dalam pembelajarannya
Dalam mempelajari bahasa ada 4 kemampuan yang harus di lalui seorang siswa salah satunya adalah kemampuan membaca. Secara khusus  perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung beberapa tahap sebagai berikut :          
§  Tahap fantasi
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku , mulai berfikir bahwa buku itu penting. Melihat dan membolak balik buku kadang anak membawa buku kesukaan. Pada tahap petama guru dapat meemberikan atau menunjukkan . model/ contoh tentang perlunya membaca dengan membacakan sesuatu pada anak.
§  Tahap pembentukan konsep dri
Anak memndang dirinya sebagai pembacamengg unakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan
§  Tahap membaca gambar
Pada masa ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah di kenal dapat menggunakan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya. Dapat mengulang kembali cerita yang tertulis.
§  Tahap pengenalan bacaan
Anak mulai menggunakan tiga system isyarat (fraphoponic,semantic dan syntactic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya. Berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda Seperti kotak susu, pasta gigi atau pada papan iklan.
§  Tahap membaca lancar
Pada tahap ini anak dapat membaca berbgai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda , pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan
b.      Pengertian Membaca Permulaan
Membaca merupakan salah satu dari empat  kemampuan  berbahasa. Dalam komunikasi tulisan , lambang – lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan tau huruf dalam alphabet latin. Pembagian membaca dalam tingkatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu membaca permulaan dan pemahaman membaca.[6]  Pada tahap pemula anak anak perlu memperhatikan dua hal 1) Keteraturan bentuk dan 2) Pola gabungan huruf . kemampuan anak untuk memahami akan adanya keteraturan bentuk huruf mempunyai prasyarat yang sifatnya psikologis dan neurologis. Dari segi psikologis anak harus terlebih dahulu mengembangkan kemampuan kognitifnya sehingga ia dapa  membedakan sutu bentuk dari bentuk yang lain.
Prasyarat kognitif menyangkut  pula beberapa aspek yang lain , anak telah harus pula mengembangkan sikap untuk memperhatikan secara selektif apa yang ada disekitarnya. Atensi dan motivasi merupakan bekal kognitif yang perlu sudah tumbuh untuk dapat mengembangkan kemampuan membaca.
c.       Pengertian  Kemampuan Membaca
dalam perkembangan studi membaca dikenal 3 pandangan terhadap proses membaca, yaitu : membaca adalah sebagai proses  pengenalan symbol bunyi yang tercetak. 2) membaca sebagai pengenalan symbol tulis yang tercetak  yang diikuti makna tersurat 3) membaca bukan haya sebagai pengenalan dan pemahaman symbol tulis yang tercetak saja tetapi merupakan proses pengolahan secar kritis dan kreatif dari bahan tulis untuk mendapatkan pemahaman dan manfaat yang menyeluruh .
            Berdasarkan proses yang dilakukan dalam membaca achadiah menyaakan bahwa kemampuan membaca digolongkan dalam 3 jenis jenjang 1) membaca secara harfiah,adalah membaca hanya memahami Sesutu sebagaimana adanya, 2)   yaitu membaca antar baaris . pada jejang ini pembaca mampu menarik kesimpulan berdasrkan apa yang dibacanya,3)membaca lintas baris yang melibatkan kemampuan aplikasi dan evaluasi.
            Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan di atas adalah bahwa kemampuan membaca merupakan proses memahami pesan tertulis yang menggunakan bahasa tertentu yang yang disampika oleh penulis kepada pembacanya.[7]
d.      Pengertian Kemampuan Membaca Bahasa Indonesia Permulaan
Pada masa permulaan sekolah anak- anak di berikan pengenalan huruf sebagai lambang bunyi bahasa  Tahap pemula adalah tahap yang mnegubah manusia dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca , tahap lanjut adalah tahap dimana proses nya bukan terkonsentrasi pada kaitan antara huruf dengan bunyi tetapi pada makna yang terkandung pada bacan. Pada tahap membaca permulaan ada beberapa prasyarat yang harus di kusai si anak yaitu psikologi dan neorologi maupun penguasaan atas fonologi bahasa tersebut .
Atau pendapat lain kemampuan membaca permulaan merupakan kecakapan mengenal bahasa tulis sebagai representasi visual  bahsa melalui tulisan anak diharapkan dapat mengkode symbol dimana anak sebatas mengenal fonem menggabungkan fonem menjadi suku kata – kata dapat menyuarakan tulisan dengan intonasi secara benar untuk memahami kata atau kalimat.
dapat disimpulkan bahwa kemampun membaca permulaan adalah kecakapan memahami pola-pola bahasa Indonesia dari gambaran tertulis pada masa permulaan sekolah.

2. Hakekat Metode Struktural Analitik Sintetik (  SAS ).
a. Pengertian Metode
Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana penyajian bahan yang menye-luruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan bersifat filosofis/aksioma. Karena itu, dari suatu pendekatan dapat tumbuh beberapa metode. Misalnya dari aural-oral approach (mendengar berbicara) dapat tumbuh metode mimikri-memorisasi, metode pattern-practice (pola-pola praktis), dan metode lainnya yang mengutamakan kemampuan berbahasa, khususnya kemampuan berbicara (bahasa lisan) melalui latihan intensif (drill). Cognitive cove learning theory melahirkan metode grammatika-terjemahan yang mengutamakan penguasaan kaidah tata bahasa dan pengetahuan tentang bahasa
Pada hakikatnya, metode terdiri atas empat langkah, yaitu seleksi, gradasi, presentasi, dan repetisi. Unsur seleksi dan gradasi materi pelajaran merupakan unsur yang tak terpisahkan dengan unsur presentasi dan repitisi dalam membentuk suatu metode mengajar Ada beberapa Metode pembelajaran bahasa di kelas rendah, salah satunya adalah  Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) akan diuraikan sebagai berikut :
a.      Pengertian Metode  Struktural Analitik Sintetik  SAS
Metode SAS merupakan singkatan dari “Struktural Analitik Sintetik”. Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran MMP bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memper-kenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk mem-banguan konsep-konsep “kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar-mengajar (KBM) MMP yang sesungguhnya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan gambar, benda nyata, tanya jawab in-formal untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap cocok untuk materi MMP dimulai dengan pengenalan struktur kalimat.
Kemudian, melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf. Dengan demikian, proses penguraian/pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi: kalimat menjadi kata-kata; kata menjadi suku-suku kata; dan suku kata menjadi huruf-huruf.
Ada beberapa prinsip-prinsip dalam pembelajaran menggunakan metode SAS. Prinsip tersebut adalah : (1) kalimat adalah unsur bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan menggunakan metode ini harus dimulai dengan menampilkan kalimat secara utuh dan lengkap berupa pola-pola kalimat dasar; (2) struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan konsep yang jelas dalam pikiran/pemikiran murid. Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkannya secara berulang-ulang sehingga merangsang murid untuk mengetahui bagian-bagiannya; (3) adakan analisis terhadap struktur kalimat tersebut untuk unsur-unsur struktur kalimat yang ditampilakan; (4) unsur-unsur yang ditemukan tersebut kemudian dikembalikan pada bentuk semula (sintesis). Pada taraf ini, murid harus mampu menemukan fungsi setiap unsur serta hubungannya satu dan lain sehingga kembali terbentuk unsur semula; (5) struktur yang dipelajari hendaknya merupakan pengalaman bahasa murid sehingga mereka mudah memahami serta mampu menggunakannya dalam berbagai situasi.
Teknik pelaksanaan metode SAS ialah keterampilan memilih kartu huruf, kartu kata, kartu suku kata, dan kartu kalimat. Sementara sebagaian murid mencari huruf, suku kata, kata, guru dan sebagian murid lainnya menempelkan kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti. Demikian seterusnya sehingga seluruh murid memperoleh giliran untuk menyusun kalimat, membacanya, dan mengutipnya sebagai pelajaran keterampilan menulis.
Untuk mencapai standar kompetensi minimal sebagaimana yang telah ditentukan dalam kurikulum, diperlukan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran sehingga pembelajaran kemampuan berbahasa  dapat dilaksanakan secara baik dan tepat sesuai dengan prinsip pembelajaran yang inovatif..
Kesimpulan metode SAS adalah metode pembelajaran membaca permulaan meliputi: kalimat menjadi kata-kata; kata menjadi suku-suku kata; dan suku kata menjadi huruf-huruf.
b.      Pengertian Metode Drill
Pengertian metode drill menurut beberapa pendapat memiliki arti sebgI berikut :
Roestiyah N.K berpendapat suatu tekhnik atau cara mengajar siswa melakukan kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan lebih tinngi dari apa yang dipelajari.[8]
Dalam buku Nana Sudjana beliau mendevinisikan bahwa metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama berulang-ulang dan sungnguh-sungnguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu ketrampilan supaya menjadi permanen.ciri yang khas dari kegiatan ini adalah kegiatan berupa pengulangan berkali-kali dari satu hal yang sama.[9]
Menurut Winarno Surakhmad, metode drill disebut juga latihan yang dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan an ketrampilan latihan terhadap apa  yang dipelajari, karena hanaya dengan melakukannyasecara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap siagakan.[10]
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan metode drill adalah latihn dengan  praktek yang dilakukan berulangkali secara kontiyu untuk mendapatkan ketrampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yan dipelajari. menyempurnakan suatu ketrampilan supaya menjadi permanen. ciri yang khas dari kegiatan ini adalah kegiatan berupa pengulangan berkali-kali dari satu hal yang sama.[11]
Menurut Winarno Surakhmad, metode drill disebut juga latihan yang dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan an ketrampilan latihan terhadap apa  yang dipelajari, karena hanaya dengan melakukannyasecara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap siagakan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan metode drill adalah latihn dengan  praktek yang dilakukan berulangkali secara kontiyu untuk mendapatkan ketrampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yan dipelajari.

Kelebihan Metode Drill
a)      Metode drill memiliki kelebihan sebagai berikut :
b)      Mengokohkan day ingat siswa karena seluruh pikiran ,perasaan kemauan konsentraasi pada pelajaran yang dilatihkan.
c)      Siswa dapat menggunakan daya fikirnya dengan baik, dengan pengajaran yang baik maka siswa lebih teleti
d)     Adanya pengawasandan bimbingan dengan koreksi yang segera serta langsung dari guru.
e)      Guru akan lebih mudah menngontrol dan dapat membedakan siswa yang disiplin dn tiadak.[12]
Kelemahan metode drill
Adapun kelemahan metode drill adalh sebagai berikut :
a)      Menghambat bakat dan inisiatif siswa. Mengajar dengan metode drill berarti minat dn bakat siswa dikesampingkan.
b)      Menimbulkan penysuaian seara statis kepada lingkungan. Perkembangan inisistif di dalam menghadapi situasi baru atau maslah baru siswa menyelesaikan persoalan dengancara statis. Hal ini bertentangan dengan prinsip belajar dimana siswa seharusnya mengorganisasi kembali pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapat.
c)      Menimbulkan verbalisme. Setelah mengajarkan pelajaran bahan berulang kali, guru mengadakan ulangan dari pelajaran yang suadah di berikn tentu siswa harus menghafal isi pelajaran tersebut sesuai dengan jawabannya.
d)     Membentuk kebiasaan yang kaku. Dengan model latihan siswa  belajar secara mekanis. Dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus dilakukan secara otomatis tanpa menggunakan intelegensi. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan metode drill adalah latihn dengan  praktek yang dilakukan berulangkali secara kontiyu untuk mendapatkan ketrampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yan dipelajari.
c.       Perbedaan Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dengan Metode Drill
Table 2

Metode SAS
metode Drill
Pengertian
metode pembelajaran membaca permulaan meliputi:
1.      kalimat menjadi kata-kata;
I.            kata menjadi suku-suku kata; dan
II.            suku kata menjadi huruf-huruf.
suatu tekhnik atau cara mengajar siswa melakukan kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan lebih tinngi dari apa yang dipelajari.

Kelebihan
a)      Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b)      Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya
c)      Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai bacaan dengan lancar.

a)      Mengokohkan daya ingat murid karena seluruh pikiran ,perasaan kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatih
b)      adanya pengawasan langsung dari guru guru dapat langsung menkoreksi jika terdapat kesalahan
kelemahan
Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang
harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan


latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dengan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.
2. latihan yang selalu dilakukan dibawah bimbinga guru ,perintah guru dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.
3. kadang-kadang latihan dilaksanakan secaa berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan

Jadi metode SAS ( Struktur Analisis Santetis ) diawali proses analitik, untuk mengenal konsep kata kemudian  kalimat utuh dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata, dari kata  Proses penganalisisan atau penguraian berlanjut sampai bentuk yang tidak bisa di urai lagi yaitu huruf-huruf.
Dengan demikian, proses penguraian/pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS, dapat disimpulkan meliputi: kalimat menjadi kata-kata; kata menjadi suku-suku kata; dan suku kata menjadi huruf-huruf.

3. Hakekat Tipe Kepribadian
Adalah kesalahan yang besar jika  seorang guru tidak menyadari cara-cara mendidk yang tidak patut, yaitu yang tidak sesuai dengan umur, psikologis, serta kebutuhan spesifik anak. Sehingga banyak anak anak ya stress sakit dan kegagalan dalam sekolah karena adanya praktek ynag tidak patut tersebut.
Sebagai seorang guru sepatutnya mengetahui system pembelajaran yang memperlakukan anak sebagai individu yang utuh  ( the whole child ) yang melibatkan 4 komponen  yaitu  pengetahuan ( knowledge ), ketrampilan ( skill) , sifat alamiah ( dispotsition ) dan perasaan ( feeling ) karena  pikiran ,emosi, imajinasi dan sifat alamiah anak bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Salah satu sifat alamiah anak adalah tipe kepribadian.
      Sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan anak dengan berbagai dinamika nya pasti akan memahami bagaiman kepribadian anak yang dihadapi. Ada anak yang pemalu periang, pendiam suka bergaul, berani tampil di depan kelas bern menghadapi tantangan adapula yang berperilaku agresif  tidak patu h    peraturan kelas  dan sebagainya. Terkadng guru menjadi bosan dalam menghadapi anak didik yang tidak patuh peraturan sekolah.      Mengapa hal tersebut terjdi pada anak didik ? banyak factor yang memepenggaruhi perilaku siswa sehingga berperilaku macam2 perbedan perilaku tersebut mungin dapt diamati dari kepribadian.
      Ada beberapa devinisi dari  kepribadian di antaranya  menurut nevid  mengemukakan “your personality is the sum total of the psychological characteristics the way s in which you relate to the world  and adapt to demands placed  upon you. Di dalam ini mengandung pengertian terkandung akna bahwa kepribadia menunjukkan dari keseluruhan dari karakteristik psikologis dan bentuk perilaku serta merupakan hal yang unik pada setiap individu , yang ditandai oleh bagaimana setiap individu berinteraksi dengan lingkungan dan beradaptasi sesuai dengan  tuntutan dimana individu berada.[13]
Kepribadian seringkali diartikan sebagai bauran yang unik dari cirri-citi fisik dan mental yang ada dalam diri seseorang. Elwood menjelaskan bahwa jika diambil karakteristik-karakteristik fisik (mata , senyum,sosok tubuh dan sebagainya) dan menggabungkannya , kombinasi yang muncul merupakan kepribadian . sampai saat ini pengertian  kepribadian secara komprehensip belum mendapat suatu kesepakatan dari para ahli psikologi, karena  kepribadian merupakan konsep yang abstrak dan memiliki karakteristik  yang luas and sehingga para ahli memberikan  devinisi yang sangat bervariasi  sesuai  perspektif teoritis atau kajian metodologis penelitian  yang digunakan  kebanyakan  diantaranya mengikuti definisi allport. Menurut Gordon W. allport adalah salah stu tokoh psikolog kepribadian mengatakan “ kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari system-sistem psiko-fisik yang menetukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus ) dari individu tersebut terhadap lingkungannya”.[14] Atau di dalam buku yang lain ia  secara ringkas menyimpulkan bahwa personality is what aman  realy is.
 Terjadinya interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia .maksud dinamis  pada pengertian tersebut adalah perilaku  mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pangalaman-pengalaman ,reward, punishmen, pendidikan dan sebagainya.
Carl Gustav Jung  seorang psikologi analitik dari swiss membagi tipe kepribadian manusia menjadi 2 arah yakni keluar dirinya yang disebut extrovert dan  ke dalam dirinya yang di sebut introvert . kemana arah perhatian manusia itu yang terkuat keluar dirinya atau kedalam dirinya itulah yang menentukan tipe kepribadian orang tersebut . menurut Jung tipe manusia terbagi menjadi 2  golongan besar yaitu:
(1)   tipe  introvert, yaitu orang-orang yang  cenderung menarik diri dan menyendiri terutama dalam keadaan emosional , sedang menghadapi masalah atau konflik . Ia pemalu dan lebih suka menyendiri  daripada bergabung  dengan orang banyak.
(2)    tipe  extrovert yaitu orang-orang yang  perhatian nya lebih diarahkan  ke luar dirinya, Ia peramah, suka bergaul dengan orang  dan memilih pekerjaan seperti pedagang , pekerja social, jurubicara, yaitupekerjaan yang melibatkan orang-orang.[15]
Orang yang tergolong tipe  extrovert mempunyai sifat yang berhati terbuka , luwes  dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan. Adapun tipe introvert mempunyai sifat sebaliknya kurang pandai bergaul dan suka menyendiri.
            Crow dan crow menguraikan lebih rinci kedua tipe tersebut yaitu :[16]
Table 3
extrovert
introvert
Lancar dalam bicaara
Lebih lancer menulis daripada bicara
Bebas dari kekhawatiran atau kecemasan
Cenderung atau sering diliputi kekhawatiran
Tidak lekas malu atau canggung
Lekas maludan canggung
Umumnya bersifat konservatif
Suka membaca buku dan majalah
Mempunyai minat pada atletik
Ebih dipengaruhi oleh perasaan subyektif
Ramah dan suka berteman
Jiwanya agak tertutup
Suka bekerja sam dengan orang lain
Lebih senang bekerja sendiri
Kurang mempedulikan penderitaandiri sendiri
Sangat mejaga atau berhati-hati terhadap penderitaan dan milikna
Mudah menyesuaikan diri dan luwes
Sukar menyesuaikan diri dan kaku dalam pergauan

Dari penjelasan para ahli dapat disimpulkan kepribadian merupakan seperangkat pikiran, emosi dan perilaku setiap individu dan kemampuan nya dalam menyesuaikan diri  dengan linkungan.

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN





















C.KERANGKA BERFIKIR
1. perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang mendapatkan pengajaran Bahasa Indonesia menggunakan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)    dan yang menggunakan metode  Drill ?
Drill adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan untuk melatih siswa membaca  dengan meniru ucapan guru secara langsung. Latihan dilakukan secar berulang untuk melatih mengucapan secara benar. Model ini sangat menekankan aktifitas mendengarkan  dan berbicara .ciri khas model ini adalah adanya drill  menirukan yang berulang –ulang dengan harapan siswa dapat mengeluarkan kalimat yang benar  karena terbiasa mengucapkannya. Dalam model drill , minat dan inisiatif siswa terabaikan sehingga pembelajaran terasa kaku dan siswa menjadi jenuh dan kurang berkesan. Jika pembelajaran disampaikan dengan cara yang mengasyikan dan embuat anak gembira dan senang tanggapan yang diterima akan lama membekas di ingatannya sebaliknya jika tidak sesuai dengan kebutuhan anak tanggapan tersebut akan cepat hilang.
Dengan membandingkan  kedua model pembelajaran tersebut dapat diduga bahwa kemampuan  membaca siswa yang pembelajarannya menggunakan Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)  lebih unggul dari kemampuan membaca yang pembelajaran menggunakan model pembelajaran drill.
2. terdapat pengaruh interaksi antara  menggunakan model pembelajaran     dan tipe kepribadian terhadap kemampuan membaca permulaan Bahasa Indonesia.
Perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang berkepribadian extrovert dan siswa yang berkepribadian introvert pasti ada bedanya, Bedanya berbahasa lisan langsung dengan tatap muka sedangkan berbahasa tulisan bukan tatap muka. Kemampuan membaca, sebagaimana telah dijelaskan dalam deskripsi teoritis dia atas, adalah  yang


 Tipe kepribadian mencerminkan pekerjaan pikiran dalam bentuk abstrak.rasional, logis , kritis ,verbal non verbal . tipe kepribadian merupakan salah satu wujud internal psikologis . tipe kepribadian pada hakekatnya dapat menjadi salah satu factor penentu keberhasilan usaha seseorang untuk berhsil termasuk dalam belajar. Kepribadian yang ekstrovert dan introvert.
  Siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert  dicirikan orang yang cenderung ikut aktif dalam proses belajar mengajar , senang berbicara suka bergaul , siswa yang mmiliki  tipe kepribadian introvert  dicirikan oleh  cenderung bersikap pasif , bersikap pendiam dan kurang berperan aktif dalam proses belajar tapi senang jika hanya menirukan.
3. perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan  Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan metode drill pada siswa yang mempunyai  tipe kepribadian extrovert

Dengan membandingkan kedua kepribadian tersebut dapat diduga bahwa kemampuan Bedanya berbahasa liasan langsung dengn tatap muka sedangkan berbahhasa tulisan bukan tatap muka. Kemampuan membaca, sebagaimana telah dijelaskan dalam deskripsi teoritis di a atas, adalah tindakan social  yang saling mempertukarkan pengalaman  saling mengemukakan pendapat. Menerima fikiran yang sama-sama dipahami dan disetujui oleh sesame  anggota
4. perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan  Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan metode drill pada siswa yang mempunyai  tipe kepribadian introvert

metode pembelajaran dan tipe kepribadian siswa dapat mempengaruhoi kemampuan membaca.  Siswa yang mendapat  pembelajaran dengan Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas)  dan memiliki  kepribadian ekstrovert akan berbeda dengan siswa  yang mendapat pelajaran dengan model pembelajaran drill walaupun sama-sam memiliki kepribadian ekstrovert. Kemampuan membaca siswa yang mendapat  pembelajaran dengan Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas)  dan memiliki  kepribadian ekstrovert lebih unggul dari siswa yang mendapatkan model pembelajaran drill.
Kesesuaian  model pembelajaran dengan tipe kepribadian akan memberikn memberikan dampak perbedaan kemampuan membaca . maka diduga terdapat pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan  tipe kepribadian siswa terhadap kemampuan membaca  pada siswa.

D. HIPOTESIS PENELITIAN
            Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1.      kemampuan membaca antara siswa yang mendapatkan pengajaran Bahasa menggunakan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) lebih unggul daripada    kemampuan membaca Bahasa Indonesia  permuaan yang menggunakan metode Drill.
2.      Terdapat pengaruh interaksi antara  penggunaan Metode pembelajaran dan tipe kepribadian terhadap kemampuan membaca bahas Indonesia permulaan.
3.      kemampuan membaca siswa yang menggunakan  Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas) yang mempunyai  tipe kepribadian extrovert lebih unggul daripada yang menggunakan  metode drill.
4.      kemampuan membaca siswa yang menggunakan  Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas) yang mempunyai  tipe kepribadian introvert lebih unggul daripada yang menggunakan  metode drill.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian                                       
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bukti dan gambaran bahwa :
1.      terdapat perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang mendapatkan pengajaran Bahasa menggunakan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)    diperoleh siswa dengan model Drill.
2.      adanya pengaruh interaksi antara  menggunakan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)    dan tipe kepribadian terhadap kemampuan membaca permulaan.
3.      terdapat perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan  Metode   Struktural Analitik Sintetik (SAS) dan metode drill pada siswa yang mempunyai  tipe kepribadian extrovert
4.      terdapat perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan  Metode   Struktural Analitik Sintetik (SAS) dan metode drill pada siswa yang mempunyai  tipe kepribadian introvert

B . Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SIT SD Fajar Hidayah  Kota Wisata Gunung Putri Bogor . Pelakuan penelitian ini dilaksanakan dengan menyesuaikan jadwal pelajaran di sekolah. Penelitian ini dilaksanakan  pada semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015 pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah kepala s ekolah,  guru kelas I SD dan responden / siswa

2.      Waktu penelitian
Adapun penelitian ini dilaksanakan sacara bertahap yaitu awal penelitian melakukan persiapan yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 hingga tahap akhir Desember  2014 jadwal kegiatan sebagai berikut :
Tabel. 4 schedule penelitian
no
KEGIATAN
BULAN
Agustus
September
Oktober
November
Desember
1
Proposal





2
Seminar





3
Revisi





4
penelitian





5
Sidang





6
revisi






C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif  dengan menggunakan metode eksperimen dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat diperoleh dari eksperimen  yang sebenarnya.[17] Tetapi dalam keadaan yang tidak mungkin mengontrol seluruh variable yang mempengaruhinya, peneliti mencoba untuk meneliti ada tidaknya pengaruh dengan cara membandingkan antara kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas) dengan kelompok yang diberikan perlakuan dengan model drill. Sebagai kelompok control. Di samping itu peneliti juga  melihat berbedaan kemampuan membaca  pada tipe kepribadian introvert dan ekstrovert.
2. Desain Penelitian
Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Factorial Group Design” dua kategori  atau factorial  2 x 2 . rancangan penelitian yang di maksud  dapat dilihat  pada table berikut :
Tabel 5. Rancangan Factorial  2  x  2
                metode pembelajaran

Tipe kepribadian

Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas)

Drill
EKSTROVERT (B  1)
A   B
A  B
INTROVERT    (B 2)
A  B
A  B
           
Keterangan :
A       :  Kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan Metode   Struktural Analitik      Sintetik (Sas)
A      : Kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model Drill
B      : Kelompok siswa yang belajar dengan tipe kepribadian ekstrovert
B     : Kelompok siswa yang belajar dengan tipe kepribadian introvert
AB : Kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan   memiliki  tipe kepribadian ekstrovert
AB : Kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model Drill tipe kepribadian ekstrovert
A  B : Kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model Metode   Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan tipe kepribadian introvert
AB  : Kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model  drill dan memiliki  tipe kepribadian introvert.

D. Populasi dan Tekhnik Pengambilan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dengan kualitas serta cirri-ciri yang telah ditetapkan dan menjadi perhatian dalam ruangan dan waktu yang ditentukan.[18]
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh  siswa kelas I SD  . Populasi terjangkau adalah siswa kelas I SD  SIT fajar Hidayah kota wisata Gunung Putri Bogor tahun ajaran 2014-2015 Yng terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa 75 siswa .
2. Tekhnik Pengambilan Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi[19]. Menurut Sudjana sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat sama dengan populasi.[20]
Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah ramdom sederhana dengan mengundi 3 kelas secara acak dipilh  2 kelas dan untuk melakukan penentuan perlakuan Metode   Struktural Analitik Sintetik (SAS) dan  satu kelas untuk kelas control yaitu menggunakan  metode drill.
Dengan demikian  peneliti memberikan hak yak yang sama kepada setiap subyek  untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.[21] Hal ini dilakukan setelah mempehatikns bahwa siswa mendapat kan materi berdasrkan kurikulum yanga sama , siswa yang menjadi obyek penelitian duduk di kelas yang sama dan pembagian kelas tidak berdasarkan rangking. 
            Selanjutnya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: pertama pada 2 kelas yang telah ditetapkan menjadi kelas experiment dilakukan pengamatan terhadap tipe kepribadian masing-masing siswa apakah termsuk tipe extrovert  atau introvert,.pengamatan dengan memberikan lembar angket pada guru kelas . kedua dengan cara menghitung korelasi antar skor butir instrument dengan  skor total atau dengan mencari skor daya pembeda skor tiap item kelompok extrovert atau introvert. Ketiga : menentukan baseline kata-kata yang belum difahami- untuk kelas control kata-kata di ambil dari Tanya jawab di kelas kelas intervensi dilakukan dengan memberikan pengalaman sebelumnya lalu berdasar Pengalaman bahasa yang dimilikinya dijadikan bahan untuk belajar membaca.
Sedangkan untuk menganalisis data antara pengajaran  Metode   Struktural Analitik Sintetik (SAS)  dan metode drill dengan kemampuan membaca Bahasa peneliti menggunakan pengolahan SPSS.

E. Tehnik Pengumpulan Data.
Dalam penelitia ini tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitia terdiri dari 2 jenis instrument yang akan disusun yaitu 1) instrument untuk mengukur kemampuan membaca dan 2) instrument untuk mengukur tipe kepribadian

Selanjutnya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: pertama pada 2 kelas yang telah ditetapkan menjadi kelas experiment dilakukan pengamatan terhadap tipe kepribadian masing-masing siswa apakah termasuk tipe extrovert  atau introvert,.pengamatan dilakukan oleh peneliti berdasarkan lembar angket. kedua dengan cara menghitung korelasi antar skor butir instrument dengan  skor total atau dengan mencari skor daya pembeda skor tiap item kelompok extrovert atau introvert. Ketiga : menentukan baseline kata-kata yang belum difaham  untuk kelas control kata-kata di ambil dari Tanya jawab di kelas kelas intervensi dilakukan dengan memberikan pengalaman sebelumnya lalu berdasar Pengalaman bahasa yang dimilikinya dijadikan bahan untuk belajar membaca.
Dalam rangka pengumpulan data untuk mengukur efektifitas metode pembelajaran yang digunakan serta pengaruhnya terhadap kemampuan membaca dilakukan dengan ,praktek yang diberikan kepada siswa pada saat materi experiment telah selesai disajikan. Sedangkan untuk mengukur tipe kepribadian yang dimiliki siswa  menggunakan alat ukur non tes yaitu dengan observasi. Sedangkan untuk mengukur instrument untuk mengukur kemampuan membaca Bahasa akan dijelaskan sbb :
1.      Instrument kemampuan membaca bahasa Indonesia permulaan
Data yang dibutuhkan pada variable terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca Bahasa Indonesia permulaan . oleh karena itu instrument atau alat untuk mengumpulkan data yang di butuhkan tes kemampuan membaca yang valid dan reliable yang sudah diuji cobakan yaitu praktek membaca  dengan penskoran nilai sesuai dengan penelitian ini.
a)      Devinisi konseptual
Kemampuan membaca yang dimaksud dalam  penelitian ini adalah kecakapan memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulis pada masa permulaan sekolah.
b)     Devinisi operasional
Kemampuan membaca yang dimaksud dalam  penelitian ini adalah siswa dapat membaca kata-kata bahasa Indonesia dengan benar setelah siswa menerima pengalaman belajar yang meliputi ranah kognitif, sesuai dengan tujuan pendidikan dengan indicator  : mengingat (C1) memahami ( C 2 ) dan menerapkan (C 3) membaca dengan benar yang dapat di ukur dengan menggunakan angka atau skor nilai yang diperoleh dari tes unjuk kerja .
c)      Kisi – kisi pengembangan kemampuan membaca
Dengan berpedoman pada definisi konseptual dan operasional tentang kemampuan membaca permulaan , maka disusunlah tes unjuk kerja untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang disampaikan melalui metode SAS dan metode drill . adapun kisi-kisi kemampuan membaca permulaan terdapat pada table berikut ini.

Tabel 6 kemampuan membaca kelas SD I
SK
KD
Membaca
1.     Memahami teks pendek dengan membaca nyaring 

3.2  Membaca nyaring kalimat  sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat

Table 7 Kisi – kisi pengembangan kemampuan membaca
KD
INDIKATOR
C
C
C
jumlah
soal
1
2
3
3.2  Membaca nyaring kalimat  sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat

Kemampuan menirukan kalimat
yang diucapkan guru .... ....
C1



C2



C3
C3

Mampu membaca
Pola gabungan
Mampu membaca
Pola tunggal
Membaca teks dengan lengkap

Keterngan :
C1 : mengingat                       
C2 : memahami                      
C3 : mengaplikasikan            
                                                   Table  8  Penilaian unjuk Kerja       
no
Nama siswa
kriteria
Mampu membaca
Pola gabungan
Mampu membaca
Pola tunggal
Tidak mampu membaca
Pola tunggal maupun pola gabungan
2
1
0
1
Ahmad Fadli



2
ibrahim



3
salsa




Penskoran dengan menggunakan rumus :
P =    Skor yang di dapat    X  100 %
          Skor total (2)                    

d)     Validasi dan Realibilitas
Di dalam buku “Encyclopedia of Educational Evaluation “ yang ditulis oleh Scarvia B Anderson dkk , di sebutkan bahwa : a test is valid if it measure what it purpose to measure “ : sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak di ukur [22].
validitas adalah menunjukkan validitas prediksi terhadap tes yang batu di buat. Jika koefisien tinggi berarti tes mempunyai prediksi bagus sebaliknya jika koefien rendah maka te baru di buat mempunyai tes prediksi rendah. Realibilitas adalah karakter lain dari hasil evaluasi.[23]
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan suatu alat ukur.Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut mampu mengukur yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan pengujian validitas konstruk dan validitas isi, pengujian validitas konstruk dilakukan dengan mencari koefisien korelasi item total (rix) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17.0,suatu item dinyatakan memiliki validitas yang baik dapat diketahui menggunakan tabel product moment correlation untuk mengetahui skor r hitung lalu dibandingkan dengan nilai kritis korelasi pearson atau disebut juga sebagai r tabel.     Suatu item dapat dinyatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel, namun sebaliknya apabila nilai r tabel > r hitung, maka item tersebut dinyatakan tidak valid (Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki, 2004). Pengujian validitas isi menggunakan teknikprofessional judgement, pengujian ini dilakukan dengan menilai item-item skala pengukuran terkait penggunaan tata bahasa yang kurang efektif, kemudian item-item yang kurang efektif tersebut diperbaiki, agar skala tersebut dapat dinyatakan valid dalam hal validitas isi. Suatu alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria[24]
Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika dilakukan pengujian ulang dengan alat ukur yang sama pada kes yang berbeda atau dalam kondisi pengujian yang berbeda.
e)      Kalibrasi (uji coba instrument )
Kalibrasi yang dilakukan adalah uji validitas dengan menggunakan rumus point biserial dan untuk uji realibilitas dengan menggunakan  Kuder- Richardson20 atau K-R20.
Adapun rumus yang digunakan adalah :    
Keterangan :
 mean butir yang menjawab benar
 mean skor total
 simpang baku total
Rumus uji realibilitas dengan rumus K-R 20 :
Keterangan :
realibilitas tes secara total
p    = proporsi subyek yang menjawab benar butir soal 1
q    = proporsi subyek yang menjawab salah butir soal 1   ( q = 1- p)  : jumlah hasil kali p dan q
n    = banyaknya item
S    = standar deviasi (akar varian)
Untuk mengetahui kwalitas instrument  maka dilakukan analisis instrumen. Instrumen yang berbentuk tes , pengujian validatasi isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan  mengacu pada kurikulum dan silabus dibantu dengan  menggunakan  kisi-kisi instrumen yang sudah dibuat, indicator dari vaiabel yang akan diteliti  menjadi tolak ukur untuk menyusun nomor  butir soal baik berupa pertanyaan ataupun pernyataan.
Untuk menguji butir-butir instrument tersebut lebih lanjut dikonsultasikan dengan teman sejawat, untuk kemudian diuji cobakan  kemudian di analisis item atau uji beda yang dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrument  dengan skor total dan uji beda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan  antar 27 % skor kelompok atas dan 27 % skor kelompok bawah[25].
Untuk instrument kemampuan membaca dibuat langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama menyusun soal tes tertulis dan praktek sesuai dengan materi pelajaran yang telah diajarkan berdasarkan kompetensi dasaar mata pelajaran bahasa Indonesia yang mndapatkan perlakuan. Jumlah soal yang di ujikan sesuai dengn indikstor yang telah disusun dianggap jelas untuk mengukur kemampuan membaca Bahasa Indonesia . bentuk soal adalah matching card dan praktek langsung ( membaca ) Kemampuan menirukan kalimat yang diucapkan guru,  Membaca teks dengan lengkap dan cara pengucapannya dan suara dapat terdengar jelas.

2. Untuk Instrument Tipe Kepribadian
a)      Devinisi konseptual
tipe kepribadian adalah merupakan seperangkat pikiran, emosi dan perilaku setiap individu dan kemampuan nya dalam menyesuaikan diri  dengan linkungan.

b)     Devinisi operasional
tipe kepribadian adalah merupakan seperangkat pikiran, emosi dan perilaku setiap individu dan kemampuan nya dalam menyesuaikan diri  dengan linkungan.
 Ada beberapa dimennsi kepribadian antara lain :
    (1) hubungan sosial dengan indicator arahan perhatian ( ke dalam dirinya , kepada orang lain / masyrakat )senang bergaul suka bekerja sama , mudah menyesuaikan diiri ;
    (2) pengendalian dengan indicator kecanggungan /arasamalu , pengaruh perasaan ( subyektif/ obyektif ) pengaruh lingkungan
     (3) kegiatan keaktifan dengsn indicator minat pada olahraga minat membaca , menulis dan berbicara minat pada keorganisasian
    (4) kegembiraan dengan indicator : kekhawatiran / kecemasan , keceriaan , tidak mudah marah
    (5) kegembiraan dengan indicator ; kemalassan , antusias dan semangat
Tipe kepribadian siswa di ukur dengan menggunakan instrument yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelunnya. Tipe kepribadian adalahskor yang diperoleh atas respon siswa terhadap pertanyaan yang dibuat berdasarkan indicator yang telah ditetapkan.
Rentang nilainya adalah :
c)      kisi-kisi instrument tipe kepribadian
table 9
no
indikator
ya
tidak
Jumlah
Tipe extrovert



1
senang bergaul



2
mudah menyesuaikan diiri



3
suka bekerja sama



4
pengendalian kecanggungan /arasamalu



5
antusias dan semangat




Tipe introvert



1
Tidak senang bergaul



2
Tidak mudah menyesuaikan diiri



3
Tidak suka bekerja sama



4
kekhawatiran / kecemasan



5
kemalassan




Skala pengukuran tipe kepribadianmerupakan adaptasi berdasarkan alat tes EPI(Eysenck Persoality Inventory). EPI adalah alat ukur kepribadian dari Eysenck yang telah baku, EPI digunakan untuk menggolongkan individu ke dalam beberapa tipe kepribadiandengan pilihan jawaban adalah “ya” dan “tidak” . Dalam alat ukur EPI ini peneliti hanya menggunakan dan menilai aspek yang mengandung penilaian tentang ekstrovert dan introvert yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.
d)     realibilitas validasi butir instrument















A.rencana kegiatan penelitian
Tahap-tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Satuan Pendidikan         :  SD Fajar Hidayah
Kelas / Semester                      :  1 / 1 (satu)
Pertemuan                     :  Ke 2
Tema / Sub Tema          :  Keluargaku / Anggota Keluargaku
Alokasi Waktu               :  5 x 35 menit ( 1 x pertemuan )
Kompetensi Inti :
1.    Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2.    Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya  diri, dan cinta tanah air dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.
3.  Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,di sekolah, dan tempat bermain.
4.   Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis,  dalam gerakan  yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar Dan Indikator
Bahasa Indonesia
1.1         Menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia  yang dikenal sebagai bahasa persatuan dan sarana belajar di tengah keberagaman bahasa daerah.
2.3. Memiliki perilaku santun dan sikap kasih sayang melalui pemanfatan bahasa Indonesia dan / atau bahasa daerah.
3.3.  Mengenal teks terima kasih tentang sikap kasih sayang dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.
          3.3.1. Menemukan kalimat yang yang menjelaskan sikap kasih
                   Sayang dalam keluarga.
          3.3.2. Membaca teks terima kasih mengenai kasih sayang dalam
                   Keluarga.
4.3.       Menyampaikan teks terima kasih mengenai sikap kasih secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian.
4.3.1.      Bermain peran mengenai cara mengucapkan terima             kasih  atas sikap kasih sayang dalam keluarga.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan membaca teks terima kasih tentang sikap kasih sayang,  siswa dapat menemukan kalimat yang menjelaskan sikap kasih sayang sesuai teks dengan benar.
2.  Dengan memperhatikan contoh, siswa dapat membaca teks terima kasih dengan lancar.
3.  Dengan mengamati contoh, siswa dapat bermain peran tentang sikap kasih sayang dalam keluarga dengan baik.
4. Dengan membaca, siswa dapat menyebutkan minimal dua kegiatan saling membantu dalam keluarga dengan benar.
5. Materi Pembelajaran
1.      Bahasa Indonesia  :  Mengenal teks sederhana yang berhubungan
                                   dengan kasih sayang.
                                   Bermain peran mengenai cara mengucapkan
                                    terima kasih atas sikap kasih sayang
 
D.  Motede dan Model Pembelajaran
1.      Metode                                  : SAS ( struktur Analisis Sintetik
2.      Pendekatan                 : language experience Approach
E.       Alat dan Sumber Belajar
a.         Alat dan Bahan :  Kartu bergambar dan bertuliskan anggota
                                    Keluarga dan kegiatan sehari –hari.
                                    Karton besar berukuran 100 cm x 100cm.
                                    Buku pegangan siswa dan alat mewarnai.
b.        Sumber Belajar :  Gunawan Muhammad,Taufik Abdullah dkk :
                                 2013  Buku Guru Kelas 1 Tema 4 Sub Tema                   
                                    1 pembelajaran  2 hal.8-12.               Kementrian Pendidikan dan    Kebudayaan RI: Jakarta
                                                  Gunawan Muhammad, Taufik Abdulah dkk.2013,
                                                  Buku Siswa SD/MI  Kelas 1 Tema 4 Sub
                                                  Tema 1 Pembelajaran 2 Hal 5-7 Kementrian
                                                   Pendidikan dan Kebudayaan RI: Jakarta
                                       Muslikh,S.H. 2013, Kerangka Dasar dan Struktur
                                       SD/MI. Kementerian DikBud RI: Jakarta

F.   Penilaian
1.        Teknik Penilaian
a.       Penilaian Sikap : Percaya Diri, Disiplin dan bekerja sama terhadap lingkungan sekitar
b.      Penilaian Pengetahuan : Tes lisan
c.       Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja
2.      Bentuk Instrumen Penilaian
a.       Pengamatan  Sikap
Penilaian Keterampilan
Lembar Pengamatan Membaca
Table 10 penilaian
no
Nama siswa
KRITERIA
Mampu membaca
Pola gabungan
Mampu membaca
Pola tunggal
Tidak mampu membaca
Pola tunggal maupun pola gabungan
2
1
0
1
Ahmad Fadli



2
Ibrahim




Penskoran dengan menggunakan rumus :
P =    Skor yang di dapat X  100 %
          Skor total                     

                     
        
G.    Langkah langkah pembelajaran
Table 11
kegiatan
METODE SAS
pendahuluan
Aktifitas guru
Aktifitas siswa
·         Guru membuka pelajaran dengan menyapa  siswa untuk menanyakan kabar mereka.
·         Mengajak siswa untuk berdoa bersama di pimpin oleh salah satu siswa
·         Guru mengabsen siswa
·         Guru menyampaikan tema dan sub tema yang akan dipelajari.
·         Menyampaikan manfaat dan rencana kegiatan.
·         Guru mengadakan  apersepsi

·         Siswa menjawab salam
·         siswa berdoa bersama di pimpin oleh salah satu siswa

·         siswa siap untuk belajar
Penyajian materi
·         penjelasan guru tentang kata panggilan untuk kakak atau orang yang lebih tua (mengamati)
·         guru menyanyikan lagu “ Ruli Abangku” serta cara bergerak sesuai birama. (mengamati)
·         guru dan Siswa menyanyikan lagu “Ruli Abangku” dan berlatih bersama-sama.
·         guru dan Siswa membahas teks sederhana yang terdapat pada buku siswa.
·         Guru menyiapkan karton besar yang
·         Guru  menuliskan kegiatan membantu keluarga yang pernah dilakukannya.
·          
·         Guru menunjukan gambar-gambar berbagai pekerjaan atau kegiatan keluarga.
·         Guru menunjukan gambar keluarga pada seluruh siswa dan bertanya “Apakah anggota keluarga kalian di rumah melakukan hal yang sama?”
·         Siswa diminta tunjuk tangan jika ingin menjawab dan boleh menjawab jika sudah dipersiapkan oleh guru.
·         Tunjuk satu orang siswa, minta siswa memasangkan kartu anggota keluarga dan kegiatannya, kemudian menempelkan kartu di karton yang sudah disediakan.
1.     Guru dan Siswa menyimpulkan bahwa anggota keluarga memiliki kebiasaan dan kegiatan yang berbeda-beda.
2.     Kegiatan dilanjutkan dengan mengajak siswa berlatih mewarnai gambar keluarga.
3.     Guru memulai dengan mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa dengan menciptakan bermacam macam warna.
4.     Guru juga membahas dan menjelaskan garis lurus dan garis lengkung pada sebauah gambar.
5.     Meminta siswa untuk menebalkan gambar keluarga pada buku siswa.

·         Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang kata panggilan untuk kakak atau orang yang lebih tua
·         Siswa memperhatikan guru menyanyikan lagu “ Ruli Abangku” serta cara bergerak sesuai birama.
·         Siswa menyanyikan lagu “Ruli Abangku” dan berlatih bersama-sama.
·         Siswa secara berkelompok di beri kesempatan untuk menyanyi lagu yang telah diperkenalkan dengan diiringi tepuk birama.
·         Siswa dan guru membahas teks sederhana yang terdapat pada buku siswa.
·         Siswa diminta menceritakan kebiasaan yang dilakukan anggota keluarga mereka di rumah.
·         Siswa diminta mendiskusikan sikap-sikap yang harus dikembangkan bersama keluarga di rumah, yaitu berterima kasih melalui kegiatan bermain peran yang ada di buku siswa.
6.    Siswa mengamati guru yang sedang memperagakan percakapan dengan salah seorang siswa.
7.    Meminta siswa secara berkelompok mencoba memperagakan percakapan.
8.     Siswa diminta menuliskan kegiatan membantu keluarga yang pernah dilakukannya.
9.     Siswa memperhatikan penjelasan guru bahwa setiap anggota keluarga memiliki kebiasaan dan rutinitas yang berbeda beda, misalnya ayah pergi bekerja/membaca buku, ibu menjahit baju/ mendampingi udin yang sadang menggambar, dan kakak berangkat ke sekolah/ kakak sedang belajar.
10. Siswa diminta tunjuk tangan jika ingin menjawab dan boleh menjawab jika sudah dipersiapkan oleh guru.
11. Tunjuk satu orang siswa, minta siswa memasangkan kartu anggota keluarga dan kegiatannya, kemudian menempelkan kartu di karton yang sudah disediakan.
12. Siswa menyimpulkan bahwa anggota keluarga memiliki kebiasaan dan kegiatan yang berbeda-beda.


1.         Siswa bersama guru menyimpulkan bahwa memiliki keluarga merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus disyukuri sebagai bentuk cara berterimah kasih kita  kepada Tuhan YME yang telah menciptakan keluarga kita.
2.         Siswa diminta menyanyikan lagu satu satu aku sayang ibu sebagai rasa kasih sayang dalamkeluarga.
3.         Siswa memimpin doa diakhir pembelajaran
4.         Siswa bersama guru menyimpulkan bahwa memiliki keluarga merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus disyukuri sebagai bentuk cara berterimah kasih kita  kepada Tuhan YME yang telah menciptakan keluarga kita.
5.         Siswa diminta menyanyikan lagu satu satu aku sayang ibu sebagai rasa kasih sayang dalamkeluarga.
6.         Siswa memimpin doa diakhir pembelajaran

Kegiatan metode driil
KEGIATAN
METODE DRILL

Kegiatan guru
Kegiatan siswa
pendahuluan
·         Guru  mengucapkan salam
·         Berdoa
·         Melakukan apersepsi
·         Menyampaikan manfaat pembelajaran
·         Menjawab mengucapkan salam
·         Berdoa
·         Melakukan persiapan belajar
·         Mendengarkan penjelasan gur
Kegiatan inti

·         Guru menyajikan materi pelajaran
·         Guru menyebutkan satu kalimat
·         Guru meminta siswa mengulang apa yang di ucapkn
·         Guru meunjuk  siswa untuk membaca teks bacaan apa yang di ucapkn



·         siswa mendengarkan penjelasan guru
·         sisa mengulang kata yang diucapkan guru 
·         Guru meminta siswa mengulang apa yang di ucapkn
·         Guru meunjuk  siswa untuk membaca teks bacaan apa yang di ucapkn
penutup
7.         guru menyimpulkan pelajaran

8.         SISWA memimpin doa diakhir pembelajaran





G. TEKHNIK ANALISIS DATA
            Tekhnik pengolahan data atau analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan tekhnik analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif berupa   penyajian data dengan daftar distribusi frekwensi dan histogram , mean, median, modus, simpang baku dan rentang teoritik. analisis inferensial berupa ANAVA dua jalur untuk menguji hipotesis yang dilanjutkan dengan uji Tukey atau Scheffe. Sebelum uji hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan analisis data berupa uji normalisasi dan homogenitas kelompok atau data yang dibandingkan.
           
H. HIPOTESIS STATISTIK

1.       : tidak ada pengaruh terhadap kemampuan membaca menggunakan metode SAS dan drill.
:      :  kemampuan membaca yang menggunakan metode SAS lebih unggul daripada hasil belajar yang menggunakan metode drill
2.        : int.  A x B = 0  : tidak ada pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan tipe kepribadian terhadap kemampun membaca
3.      :  tidak ada pengaruh kemampuan membaca siswa yang memiliki tipe kepribadian extrovert yang menggunakan metode SAS disbanding dengan menggunakan metode drill
    : kemampuan membaca siswa yang menggunakan metode     SAS dan memiliki tipe kepribadian extrovert  lebih unggul dibandingkan  dibandingkan dengan yang menggunakan metode drill.
4.      :  tidak ada pengaruh kemampuan membaca siswa yang memiliki tipe kepribadian introvert yang menggunakan metode drill dibandingkan dengan menggunakan metode SAS.
5.                   : kemampuan membaca siswa yang  memiliki tipe kepribadian introvert yang menggunakan metode SAS lebih unggul  dibandingkan dengan menggunakan metode drill.


:




  

































[1] Dardjowidjoyo, soenjono. Psikolinguistik : pengatar pemahaman manusia. Penerbit yayasan obor Indonesia h. 16
[2] Djamarah, syaiful bahri, DRS, M.Ag.   psikologi belajar. (rineka cipta) h.46
[3] http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/


[5] BUKU PLPG
[6] Dr.Alek dan prof.Dr H Achmad, HP. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Kencana Prenada Media Group Jakarta .2011  h.74
[7] Dr.Alek dan prof.Dr H Achmad, HP. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Kencana Prenada Media Group Jakarta .2011  h.75

[8] Roestiyah N.K. strategi belajar mengajar( Jakarta: Bina Aksara 1985) hlm. 125
[9] Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar( Bandung : Sinar Baru 1999)h. 86
[10] Winarno Surakhmad. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar ( Bandund: Tarsito ,1994) h.76
[11] Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar( Bandung : Sinar Baru 1999)h. 86
[12] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar(Jakarta :Rineka Cipta.1996)h.108-109
[13] Surna, I nyoman dan olga d. pandeirot. PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1.hlm. 181
[14] Suryabrata, sumadi. Psikologi  kepribadian ( Jakarta : Raja Gravindo Persada , 1993) h. 240
[15] Sarwono,W sarlito. op. cit., h.181

[16] Sobur,alex, Drs,M.Si. PSIKOLOGI UMUM DALAM LINTASAN SEJARAH( PUSTAKA SETIA BANDUNG.2003). h.316
[17]Arikunto, Suharsimi Dasar-Dasar Penelitian. 1987. Bumi Aksara  Jakarta

[18] Sudaryono, DR. EDUCATIONAL RESEARCH METHODOLOGY.2014. Lentera Ilmu Cendekia. Jakarta
[19] sugiyono
[20] Sudjana S.D. Metode dan tekhnik pembelajaran partisifatif. ( Bandung : Falah production.2001)
[21] Suharsimi. H 111
[22] Suharsimi arikunto. Dasar-dasar  Evaluasi Pendidikan. 1993( bumi Aksara Jakarta) h. 63
[24] Arikunto,. Opcit h.
[25] Sugiyono. Op,cipt. h. 129