PENGARUH
METODE STRUKTURAL
ANALITIK SINTETIK (SAS) DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP
KEMAMPUAN MEMBACA
BAHASA INDONESIA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Manusia
diciptakan Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran oleh karena itu ia
ditempatkan pada kedudukan yang mulia ini ditegaskan dalam Al quran
وَلَقَدْ
كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي البَرِّ وَالبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ
مِنَ الطَيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى
كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا (الإسراء ٧٠ )
Artinya :
dan
sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak adam (manusia) , kami tempatkan mereka di daratan dan lautan kami
beri mereka rezeki yang baik dan kami lebihkan mereka dari makhluk kami yang lain (Q.S 17 Al Isra :70)
Untuk
mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang baik Allah
melengkapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinnya menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan membudayakan ilmu yng dimilikinya.
Alhamdulillah
masa sekarang sudah banyak guru yang menyadari bahwa tugas seorang guru bukan
hanya sekedar mentranser ilmu
pengetahuan tapi mendidik mereka untuk
siap menyongsong masa depan. Bukan hanya
nilai akademik yang mereka kejar dengan mengerjakan soal – saol latihan tapi
dengan menanamkan dan mengembankan perkembangan yang lainnya sehingga lulusan
yang dihasilkan bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan tapi mengakomodir
perkembangan emosional, bahasa, sosial
dan agama berkembang optimal sehingga mereka
bukan hanya berilmu pengetahuan tapi juga mempunyai karakter yang baik.
Siswa
adalah individu yang berkembang. Perkembangannya berlangsung sepanjang hayat
dan bersifat dinamis. Perkembangan dipengaruhi oleh factor internal dan
external dan kematangan. Adanya masa
perkembangan siswa yang berbeda seringkali memperlihatkan irama dan tempo yang
berbeda, sebagai seorang guru harus memiliki penguasaan yang cukup mendalam
tiap aspek perkembangan siswa. Dengan penguasaan tersebut guru dapat
memahami perilaku, potensi kecakapan, karakteristik pada siswa.
Ada beberapa karakteristik siswa di usia Sekolah Dasar yang perlu
diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan siswa khususnya ditingkat
Sekolah Dasar. Sebagai guru kita harus dapat menerapkan metode pengajaran yang
sesuai dengan keadaan siswa maka sangatlah penting bagi seorang pendidik
mengetahui karakteristik dan kebutuhan siswa.
Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
Siswa
SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis
baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6 – 12 tahun
menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan :
a)
Perkembangan Fisik Siswa SD
Mencakup pertumbuhan
biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang.
Usia
masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan
cepat masa anak anak awal ke suatu
fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD.
b)
Perkembangan Kognitif Siswa SD
Hal tersebut mencakup perubahan – perubahan dalam perkembangan
pola pikir. Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui empat
stadium:
§ Sensorimotorik (0‐2 tahun), bayi lahir
dengan sejumlah refleks
bawaan medorong
mengeksplorasi dunianya.
§ Praoperasional(2‐7 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata‐kata. Tahap pemikirannya yang lebih simbolis tetapi
tidak melibatkan pemikiran
operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis.
§ Operational Kongkrit (7‐11), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah memahami operasi logis dengan
bantuan benda konkrit.
§ Operasional Formal (12‐15 tahun). kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia
c)
Perkembangan Psikososial
Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi
individu. J. Havighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harus
sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti di antaranya adalah aspek
psikis, moral dan sosial.
Menjelang
masuk SD, anak telah mengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh
sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris
(berpusat pada diri sendiri) dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan
taman kanak‐kanaknya.
Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama
dengan kelompok dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan
mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur. Selama masa ini mereka
juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang
lain.
Kebutuhan Peserta Didik Siswa SD
a) Anak SD Senang Bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD
seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur
permainan di dalamnya Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius
tapi santai.
b)
Anak SD Senang Bergerak.
Orang dewasa dapat duduk berjam‐jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling
lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak
untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
c)
Anak usia SD Senang Bekerja dalam Kelompok.
Anak
usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspekaspek
yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan -
aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya
dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang
lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa
guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja
atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.
Guru
dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3‐4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu
tugas secara kelompok.
d) Anak SD Senang Merasakan atau Melakukan/memperagakan
Sesuatu Secara Langsung.
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap
operasional
konkret.
Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsepkonsep
baru
dengan konsep‐konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa
membentukkonsep‐konsep
tentang
angka, ruang, waktu, fungsi‐fungsi
badan, peran, jenis kelamin, moral, dan sebagainya.
Bagi
anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak
melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa.
Dengan
demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami
tentang
arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian
menunjuk langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah
akan diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.
Kemampuan
berbahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan. Sejak belajar di Sekolah
Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT) peserta didik diharapkan mampu berbahasa
dengan baik. Melalui bahasa peserta didik dapat saling berkomunikasi, saling
berbagi pengalaman, saling belajar, dan dapat meningkatkan kemampuan
intelektualnya.
Sejak usia
dini, anak memiliki kompetensi berbahasa dan kompetensi berbahasa itu akan
berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungannya. Masyarakat yang
berbahasanya santun dan positif(lingkungan bahasa yang baik) akan berpengaruh
pada perkembangan bahasa dan akan berpengaruh secara positif terhadap
perkembangan jiwa dan intelektualnya.
Masyarakat akan dapat melihat perilaku individu melalui kemampuan
berbahasa dan berpikirnya. Sebagaimana dinyatakan oleh Clearly bahwa ada
hubungan antara bahasa dan pikiran.
Mengingat
pentingnya peranan kemampuan berbahasa dalam kehidupan, maka selayaknya kemampuan
berbahasa termasuk kemampuan baca-tulis dikembangkan dalam kehidupan anak mulai
belajar di taman bermain sampai perguruan tinggi bahkan selama perjalanan
hidupnya. Tujuan paling sederhana yakni mampu berkomunikasi dengan bahasa yang
baik dalam berbagai keperluan. Dengan demikian maka semua warga masyarakat
memiliki hak untuk belajar berbahasa secara baik serta benar sesuai dengan
karakter yang baik pula.
Sehubungan
tujuan mulia tersebut maka para guru/pendidik memiliki tugas mulia yakni
menyediakan fasilitas pembelajaran berbahasa agar semua siswa memiliki
kegemaran untuk belajar berbahasa secara baik guna membangun karakternya secara
benar pula.
Berdasarkan
alasan tersebut maka dilakukan kajian tentang pembelajaran bahasa Indonesia oleh
guru di SD Fajar Hidayah Kota Wisata Gunung Putri Bogor yakni menerapkan Metode
Struktural
Analitik Sintetik (SAS)
pada pembelajaran baca- tulis permulaan. Metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) didasari konsep bahwa pembelajaran baca-tulis dapat dikembangkan dengan
melibatkan siswa secara maksimal untuk mengungkapkan pengalaman bahasa mereka .
siswa dapat mengawali kegiatan menulisnya dengan rasa senang. Mereka menuliskan
apa yang dirasakannya, dipikirkannya, dan kemudian mereka membaca apa yang
dirasakan dan dipikirkannya.
Fajar
Hidayah salah satu sekolah Islam Terpadu yang menggunakan pendekatan aktif
learning telah melakukan berbagai upaya
pengembangan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan usia dan kebutuhan anak
sejak tahun 1999,yaitu dengan mentraining guru agar mempunyai kompetensi yang unggul,
menyiapkan sarana dan prasarana, menyediakan referensi dan buku-buku yang
berkaitan pembelajaran yang baik guna meningkatkan dan mengembangkann proses pembelajaran dan alat pengajaran yang
relevan.
Fajar Hidayah adalah sekolah yang sangat
memperhatikan kebutuhan anak mengakui bahwa setiap anak unik masing- masing
anak mempunyai keistimewaannya yang berbeda maka siswa kelas I SD ketika masuk
tidak di syaratkan harus bisa membaca. SIT Fajar hidayah hanya mengobservasi
kesiapan siswa untuk bersekolah , namun buku-buku siswa SD I mengarahkan bahwa
siswa sudah pandai membaca maka di sini penulis
mengadakan kajian untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa
SD I sesuai kebutuhan dan masa
perkembangan mereka yaitu dengan cara
yang menyenangkan diharapkan akan mempercepat kemampuan mereka membaca dan
sekaligus diharapkan penanaman kebiasaan yang pada senang membaca.
Berdasarkan
identifikasi terhadap masalah yang di temukan di kelas terdapat beberapa
kelemahan: 1) siswa kurang menguasai hubungan antar konsep karena siswa hanya
mengulang apa yang diucapkan guru ( membeo). 2) siswa kurang memperhatikan
materi pelajaran karena metode kurang sesuai dengan masa perkembangan siswa. 3)
pengajaran hanya berpusat pada guru ( teacher center). 4) siswa tidak
dimotivasi aktif dalam pembelajaran dan mereka malu bertanya tentang materi
yang belum dimengerti.
Masalah-masalah
tersebut diduga masalah yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola
kelas. Terutama pada kemampuan membaca yang masih rendah. Hal ini ditunjukkna dari rendahnya hasil
ulangan harian yang dapat di lihat pada table di bawah ini :
Rata-rata nilai
kemampuan membaca kelas I SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata , Bogor adalah :
Table
: 1 Rata-rata nilai kemampuan membaca kelas I SD SIT Fajar Hidayah Kota Wisata
TAHUN
|
KKM
|
NILAI
KELAS
|
KETERANGAN
|
2011/2012
|
75
|
68,5
|
Belum
mencapai KKM
|
70
|
Belum
mencapai KKM
|
||
77
|
mencapai
KKM
|
||
2012/2013
|
75
|
72
|
Belum
mencapai KKM
|
69
|
Belum
mencapai KKM
|
||
70
|
Belum
mencapai KKM
|
||
2013/2014
|
75
|
76
|
mencapai
KKM
|
74
|
Belum
mencapai KKM
|
||
78
|
mencapai
KKM
|
Pada
data tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang memenuhi Kriteria dapat membaca
hanya sebesar ≥75 hanya 22%
sementara itu guru mengharapkan nilai yang memuaskan dengan target semua
siswa dapat menyelesaikan dan memenuhi Standart ketuntasan minimal yaitu 75.
Untuk mewujudkan harapan tersebut maka perlu diupayakan usaha secara terpadu
dengan melakukan beberapa metode, ekhnik dan metode yang sesuai dengan masa
perkembangan siswa. Dalam penelitian
ini penulis mencoba menerapkan Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam upaya meningkatkan
kemampuan membaca siswa kelas I SD SIT
Fajar Hidayah Kota Wisata Bogor. Metode Struktural Analitik Sintetik
(SAS) adalah merupakan salah satu jenis metode yang biasa
digunakan untuk proses pembelajaran MMP bagi siswa pemula.
Metode
pembelajaran yang baik merupakan salah satu factor keberhasilan suatu proses
pembelajaran dan merangsang berfikir kreatif siswa. Sementara itu itu siswa
dituntut kesadaran, kesiapan, dan kesediaannya dalam menerima dan melaksanakan
tugas dengan baik sehingga tercermin usaha yang optimal dalam mencapai hasil
yang diharapkan .jika hal ini dapat dilaksanakan dengan baik dan secara kontinu
dan ditunjang dengan fasilitas yang memadai maka kemampuan membaca siswa dan nilai-nilai karakter positif akan tercapai.
Meskipun
dalam pembelajaran model maupun metode bukan segala-galanya , akan tetapi
metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) mempunyai peranan penting dalam mencapai kemampuan membaca
siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada 2 faktor utama, yaitu factor yang datang dari dalam
diri siswa dan factor yang datang dari luar diri siswa sebagaimana dijelaskan oleh Nana Sudjana
sebagai berikut :
Keberhasilan
seorang siswa dalam belajar bergantung pada dua factor yaitu yaitu factor yang datang dari dalam
diri siswa dan factor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Factor
yang datang dari dalam diri siswa berkaitan dengan psikologi mencakup minat,
dan motivasi. Sedangkan factor yang datang dari luar meliputi lingkungan,
sarana dan prasarana, kurikulum, guru, metode / model , serta fasilitas
pendukung lainnya.
Berdasarkan
uraian di atas mendorong penulis untuk mengkaji lebih dalam penggunaan metode
pempelajaran dalam keberhasilan meningkatkann kemampuan membaca dengan
menjadikan sebagai tesis dengan judul : Pengaruh Metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) Dan Tipe
Kepribadian Terhadap Kemampuan Membaca Bahasa Indonesia di SD I
SIT Fajar Hidayah Kota Wisata Bogor.
Mengingat
keterbatasan dari segi waktu,biaya, tenaga serta fikiran dan kendala-kendala
yang di hadapi maka dalam penelitian ini
peneliti tidak mungkin mengungkapkan semua masalah yang berkaitan dengan
judul ini oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada Metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS). Metode
(SAS) ini mengiringi dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia sebagai variable bebas dan diduga
mempengaruhi secara positif dengan tipe
kepribadian dan kemampuan membaca permulaan siswa SD I sebagai variable
terikat.
B. Identifikasi
Masalah
Mengacu
pada latar belakang masalah penelitian , maka permasalahan dapat di
identifikasi sebagai berikut :
1.
apakah
terdapat perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang mendapatkan pengajaran
bahasa menggunakan metode Struktural
Analitik Sintetik (Sas) dan kemampuan membaca bahasa yang diperoleh
siswa dengan metode Drill ?
2.
apakah
semua siswa dapat memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru dengan
pendekatan yang sama?
3.
apakah
terdapat perbedaan pengaruh interaksi antara metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dan tipe kepribadian siswa terhadap
kemampuan membaca bahasa Indonesia permulaan ?
4.
Apakah
penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam pembelajaran yang digunakan guru sudah sesuai
dengan usia siswa ?
5.
Apakah
metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia
?
6.
Apakah
metode metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) yang digunakan guru dapat meningkatkan
kemampuan membaca secara signifikan ?
7.
Apakah
metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) yang digunakan guru
sudah sesuai dengan perkembangan siswa ?
8.
apakah
terdapat perbedaan kemampuan membaca
antara siswa yang memiliki tipe
kepribadian extrovert dengan introvert ?
9.
apakah
metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) sangat diperlukan dalam proses belajar
mengajar ?
10.
apakah
semua siswa dapat memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru dengan
metode yang sama?
11.
Apakah
terdapat perbedaan kemampuan antara siswa yang menggunakan metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dibandingkan dengan metode drill pada siswa
yang mempunyai tipe kepribadian introvert ?
12.
Apakah
terdapat perbedaan kemampuan antara siswa yang menggunakan metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dibandingkan dengan metode drill pada siswa
yang mempunyai tipe kepribadian extropet ?
C. Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas tesis ini dibatasi pada :
Pengaruh Metode
Struktural
Analitik Sintetik (Sas) Dan Tipe Belajar Terhadap Kemampuan Membaca
Permulaan.
1.
Metode
Struktural
Analitik Sintetik (SAS) yang digunakan peneliti dalan penelitiannya
sebagai variable bebas ( A1 ) dan metode drill sebagai kelas control
( A2 )
2.
Tipe
belajar siswa extrovert sebagai variable atribut ( B1 ) dan siswa
introvert ( B2
).
3.
Serta
kemampuan membaca Bahasa Indonesia permulaan sebagai variable terikat (Y).
Objek penelitian di batasi hanya siswa kelas I SD SIT
Fajar Hidayah Kota Wisata Gunung Putri Bogor, Jawa Barat.
D. Rumusan
Masalah
Secara rinci permasalahan penelitian ini
dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Apakah
terdapat perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang mendapatkan pengajaran
Bahasa menggunakan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dan model Drill ?
2.
Adakah
pengaruh interaksi antara penggunaan model pembelajran dan tipe
kepribadian terhadap kemampuan membaca permulaan?
3.
Apakah
terdapat perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan Metode
Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan metode drill pada siswa yang mempunyai tipe kepribadian extrovert ?
4.
Apakah
terdapat perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan Metode
Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan metode drill pada siswa yang mempunyai tipe kepribadian introvert?
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi
:
1.
Siswa SD I , agar mereka senang belajar membaca
dalam suasana kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
2.
Bagi guru, dengan penerapan model pendekatan
belajar melalui pengalaman Langsung, guru memperoleh pengalaman baru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran kemampuan membaca di tingkat SD dengan
pembelajaran yang berpusat pada anak.
3.
Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam
mengatasi masalah dalam proses belajar membaca
untuk mencapai kemampuan yang maximal.
BAB II
KERANGKA TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR
DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoretik
1. Hakekat Kemampuan Membaca Bahasa
Indonesia Permulaan
a.
Pengertian Bahasa Indonesia
Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa system simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh suatu anggot
masyarakat yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama . [1]
Pendapat lainnya tentang definisi bahasa
diungkapkan oleh Syamsuddin beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama,
bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan
dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi.
Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang
buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi
kemanusiaan
Berdasarkan Pendapat para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia adalah system tanda bunyi yang
disepakati untuk dipergunakan oleh para
anggota kelompok masyarakat Indonesia dalam bekerja sama , berkomunikasi dan
mengidentifikasikan diri .
Teori
Belajar Bahasa
Menurut crow and crow bahasa adalah alat expresi bagi
manusia , sebagai alat yang sangat penting bahsa memiliki fungsi yang sangat
penting , yaitu (1) bahsa sebagai pembangkit dan pembangun hubungan dengan
orang lain(2) bahasa sebagai sarana yang mempengaruhi kepribadian sehingga
dengan menggunakan bahasa dapat diubah cara berfikir seseorang.[2]
Beberapa
pengertian mengenai teori belajar bahasa
dari para ahli adalah sebagai berikut:
a)
Belajar
bahasa akan berlangsung dengan mudah bagi siswa apabila belajar bahasa itu bersifat
menyeluruh, nyata, relevan, bermakna, fungsional, disajikan dalam konteks
pemakaian yang sesungguhnya, dan siswa menggunakannya.
b)
Pemakaian
bahasa bersifat individual dan sosial. Pemakaian bahasa didorong dari dalam
diri anak sendiri oleh adanya kebutuhan untuk berkomunikasi, disusun, dan
diekspresikan sesuai dengan norma-norma dalam kehidupan masyarakat
c)
Siswa
belajar melalui bahasa dan belajar tentang bahasa yang semuanya berlangsung
secara simultan dalam konteks pemakaian bahasa secara lisan dan tulis yang
bersifat otentik dalam peristiwa komunikasi;
d)
Belajar
bahasa adalah belajar membangun makna sesuai dengan konteks
e)
Perkembangan
bahasa adalah suatu proses pembentukan kemampuan personal-sosial yan bersifat holistic.
Tiga
prinsip yang mendasari teori belajar bahasa, yakni: komunikasi, tugas, dan
kebermaknaan yaitu :
a)
Prinsip
komunikasi mengacu pada kegiatan yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang
dapat meningkatkan proses belajar mengajar.
b)
Prinsip
tugas mengacu pada kegiatan pemakaian bahasa untuk melaksanakan tugas yang
bermakna yang dapat meningkatkan proses belajar mengajar.
c)
Prinsip
kebermaknaan mengisyaratkan bahwa bahasa yang bermakna dapat meningkatkan
proses belajar mengajar. [3]
Implikasi dari
ketiga prinsip tersebut adalah kegiatan belajar harus diseleksi dengan
mengutamakan keterlibatan siswa dalam kegiatan pemakaian bahasa yang otentik
dan bermakna bukan sekedar melatih pola-pola tertentu yang bersifat mekanis.
Proses
belajar bahasa dapat diperoleh secara alamiah/informal dan formal.
Proses belajar
secara alamiah/informal diperoleh melalui komunikasi sehari-hari atau
komunikasi yang sebenarnya. Proses belajar secara formal diperoleh di
lingkungan sekolah melalui belajar. Pembelajaran dalam lingkungan formal pada
umumnya mengutamakan penguasaan kode-kode formal atau bentuk bahasa, sedangkan
dalam lingkungan alamiah mengutamakan isi pesan komunikasi.
Belajar
bahasa seyogyanya berlangsung secara alamiah Oleh karena itu dalam lingkungan
formal, pembelajaran hendaknya diutamakan daripada pengajaran. Mengajarkan
bahasa pada hakikatnya adalah menciptakan kondisi yang bersifat kondusif yang
memungkinkan terjadinya proses belajar bahasa para siswa [4].
Pusat kegiatan belajar mengajar adalah siswa karena siswalah yang belajar.
Pembelajaran yang sesuai adalah pengelolaan cara belajar siswa aktif.
Guru
berperan sebagai sumber informasi dan fasilitator yang bertugas menciptakan
kemudahan-kemudahan bagi para siswa untuk menggunakan bahasa dalam fungsi
komunikasi. Belajar bahasa termasuk di dalamnya baca-tulis akan lebih mudah dan
berlangsung dengan baik apabila dipelajari dalam konteks yang alamiah.
Pembelajaran
hendaknya mengoptimalkan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.[5]
Aplikasi dalam pembelajaran baca-tulis, yaitu siswa diberi kesempatan untuk
baca-tulis dengan tujuan nyata, mengaitkan pengalaman dalam pembelajarannya
Dalam mempelajari bahasa ada 4 kemampuan yang harus di lalui
seorang siswa salah satunya adalah kemampuan membaca. Secara khusus perkembangan kemampuan membaca pada anak
berlangsung beberapa tahap sebagai berikut :
§ Tahap fantasi
Pada
tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku , mulai berfikir bahwa buku itu
penting. Melihat dan membolak balik buku kadang anak membawa buku kesukaan.
Pada tahap petama guru dapat meemberikan atau menunjukkan . model/ contoh
tentang perlunya membaca dengan membacakan sesuatu pada anak.
§ Tahap pembentukan konsep dri
Anak
memndang dirinya sebagai pembacamengg unakan bahasa buku meskipun tidak cocok
dengan tulisan
§ Tahap membaca gambar
Pada
masa ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata
yang sudah di kenal dapat menggunakan kata-kata yang memiliki makna dengan
dirinya. Dapat mengulang kembali cerita yang tertulis.
§ Tahap pengenalan bacaan
Anak
mulai menggunakan tiga system isyarat (fraphoponic,semantic dan syntactic)
secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan
pada konteknya. Berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca
berbagai tanda Seperti kotak susu, pasta gigi atau pada papan iklan.
§ Tahap membaca lancar
Pada
tahap ini anak dapat membaca berbgai jenis buku yang berbeda secara bebas.
Menyusun pengertian dari tanda , pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat
membuat perkiraan bahan-bahan bacaan
b. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca merupakan salah satu dari empat kemampuan
berbahasa. Dalam komunikasi tulisan , lambang – lambang bunyi bahasa
diubah menjadi lambang-lambang tulisan tau huruf dalam alphabet latin.
Pembagian membaca dalam tingkatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu membaca
permulaan dan pemahaman membaca.[6] Pada tahap pemula anak anak perlu
memperhatikan dua hal 1) Keteraturan bentuk dan 2) Pola gabungan huruf .
kemampuan anak untuk memahami akan adanya keteraturan bentuk huruf mempunyai
prasyarat yang sifatnya psikologis dan neurologis. Dari segi psikologis anak
harus terlebih dahulu mengembangkan kemampuan kognitifnya sehingga ia dapa membedakan sutu bentuk dari bentuk yang lain.
Prasyarat kognitif menyangkut pula beberapa aspek yang lain , anak telah
harus pula mengembangkan sikap untuk memperhatikan secara selektif apa yang ada
disekitarnya. Atensi dan motivasi merupakan bekal kognitif yang perlu sudah
tumbuh untuk dapat mengembangkan kemampuan membaca.
c. Pengertian Kemampuan Membaca
dalam perkembangan studi membaca dikenal 3 pandangan
terhadap proses membaca, yaitu : membaca adalah sebagai proses pengenalan symbol bunyi yang tercetak. 2)
membaca sebagai pengenalan symbol tulis yang tercetak yang diikuti makna tersurat 3) membaca bukan
haya sebagai pengenalan dan pemahaman symbol tulis yang tercetak saja tetapi
merupakan proses pengolahan secar kritis dan kreatif dari bahan tulis untuk
mendapatkan pemahaman dan manfaat yang menyeluruh .
Berdasarkan proses yang dilakukan
dalam membaca achadiah menyaakan bahwa kemampuan membaca digolongkan dalam 3
jenis jenjang 1) membaca secara harfiah,adalah membaca hanya memahami Sesutu
sebagaimana adanya, 2) yaitu membaca
antar baaris . pada jejang ini pembaca mampu menarik kesimpulan berdasrkan apa
yang dibacanya,3)membaca lintas baris yang melibatkan kemampuan aplikasi dan
evaluasi.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
penjelasan di atas adalah bahwa kemampuan membaca merupakan proses memahami
pesan tertulis yang menggunakan bahasa tertentu yang yang disampika oleh
penulis kepada pembacanya.[7]
d. Pengertian Kemampuan Membaca Bahasa
Indonesia Permulaan
Pada masa permulaan sekolah anak- anak di berikan
pengenalan huruf sebagai lambang bunyi bahasa
Tahap pemula adalah tahap yang mnegubah manusia dari tidak dapat membaca
menjadi dapat membaca , tahap lanjut adalah tahap dimana proses nya bukan
terkonsentrasi pada kaitan antara huruf dengan bunyi tetapi pada makna yang
terkandung pada bacan. Pada tahap membaca permulaan ada beberapa prasyarat yang
harus di kusai si anak yaitu psikologi dan neorologi maupun penguasaan atas
fonologi bahasa tersebut .
Atau pendapat lain kemampuan membaca permulaan merupakan
kecakapan mengenal bahasa tulis sebagai representasi visual bahsa melalui tulisan anak diharapkan dapat
mengkode symbol dimana anak sebatas mengenal fonem menggabungkan fonem menjadi
suku kata – kata dapat menyuarakan tulisan dengan intonasi secara benar untuk
memahami kata atau kalimat.
dapat disimpulkan bahwa kemampun membaca permulaan adalah
kecakapan memahami pola-pola bahasa Indonesia dari gambaran tertulis pada masa
permulaan sekolah.
2. Hakekat Metode
Struktural Analitik Sintetik ( SAS ).
a. Pengertian Metode
Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana
penyajian bahan yang menye-luruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan
pendekatan tertentu. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan,
sedangkan pendekatan bersifat filosofis/aksioma. Karena itu, dari suatu
pendekatan dapat tumbuh beberapa metode. Misalnya dari aural-oral approach (mendengar
berbicara) dapat tumbuh metode mimikri-memorisasi, metode pattern-practice (pola-pola
praktis), dan metode lainnya yang mengutamakan kemampuan berbahasa, khususnya
kemampuan berbicara (bahasa lisan) melalui latihan intensif (drill). Cognitive
cove learning theory melahirkan metode grammatika-terjemahan yang
mengutamakan penguasaan kaidah tata bahasa dan pengetahuan tentang bahasa
Pada hakikatnya, metode terdiri atas empat
langkah, yaitu seleksi, gradasi, presentasi, dan repetisi. Unsur seleksi dan
gradasi materi pelajaran merupakan unsur yang tak terpisahkan dengan unsur
presentasi dan repitisi dalam membentuk suatu metode mengajar Ada beberapa
Metode pembelajaran bahasa di kelas rendah, salah satunya adalah Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
akan diuraikan sebagai berikut :
a. Pengertian Metode Struktural
Analitik Sintetik SAS
Metode SAS merupakan singkatan dari “Struktural
Analitik Sintetik”. Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa
digunakan untuk proses pembelajaran MMP bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP
dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan
dan memper-kenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah
struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat. Hal ini
dimaksudkan untuk mem-banguan konsep-konsep “kebermaknaan” pada diri anak. Akan
lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP
dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa
si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar-mengajar (KBM)
MMP yang sesungguhnya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai
cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan gambar, benda nyata, tanya jawab
in-formal untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu struktur kalimat
yang dianggap cocok untuk materi MMP dimulai dengan pengenalan struktur
kalimat.
Kemudian, melalui proses analitik, anak-anak
diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh dijadikan tonggak dasar untuk
pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang
lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus
berlanjut hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa
diuraikan lagi, yakni huruf-huruf. Dengan demikian, proses
penguraian/pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi:
kalimat menjadi kata-kata; kata menjadi suku-suku kata; dan suku kata menjadi
huruf-huruf.
Ada beberapa prinsip-prinsip dalam pembelajaran
menggunakan metode SAS. Prinsip tersebut adalah : (1) kalimat adalah unsur
bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan menggunakan metode ini harus dimulai
dengan menampilkan kalimat secara utuh dan lengkap berupa pola-pola kalimat
dasar; (2) struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan konsep yang
jelas dalam pikiran/pemikiran murid. Hal ini dapat dilakukan dengan
menampilkannya secara berulang-ulang sehingga merangsang murid untuk mengetahui
bagian-bagiannya; (3) adakan analisis terhadap struktur kalimat tersebut untuk
unsur-unsur struktur kalimat yang ditampilakan; (4) unsur-unsur yang ditemukan
tersebut kemudian dikembalikan pada bentuk semula (sintesis). Pada taraf ini,
murid harus mampu menemukan fungsi setiap unsur serta hubungannya satu dan lain
sehingga kembali terbentuk unsur semula; (5) struktur yang dipelajari hendaknya
merupakan pengalaman bahasa murid sehingga mereka mudah memahami serta mampu
menggunakannya dalam berbagai situasi.
Teknik pelaksanaan metode SAS ialah
keterampilan memilih kartu huruf, kartu kata, kartu suku kata, dan kartu
kalimat. Sementara sebagaian murid mencari huruf, suku kata, kata, guru dan
sebagian murid lainnya menempelkan kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat
yang berarti. Demikian seterusnya sehingga seluruh murid memperoleh giliran
untuk menyusun kalimat, membacanya, dan mengutipnya sebagai pelajaran
keterampilan menulis.
Untuk mencapai standar
kompetensi minimal sebagaimana yang telah ditentukan dalam kurikulum,
diperlukan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
sehingga pembelajaran kemampuan berbahasa dapat dilaksanakan secara baik dan tepat
sesuai dengan prinsip pembelajaran yang inovatif..
Kesimpulan metode SAS adalah metode pembelajaran membaca permulaan meliputi: kalimat menjadi
kata-kata; kata menjadi suku-suku kata; dan suku kata menjadi huruf-huruf.
b.
Pengertian
Metode Drill
Pengertian
metode drill menurut beberapa pendapat memiliki arti sebgI berikut :
Roestiyah N.K
berpendapat suatu tekhnik atau cara mengajar siswa melakukan kegiatan latihan,
siswa memiliki ketangkasan lebih tinngi dari apa yang dipelajari.[8]
Dalam buku Nana
Sudjana beliau mendevinisikan bahwa metode drill adalah satu kegiatan melakukan
hal yang sama berulang-ulang dan sungnguh-sungnguh dengan tujuan untuk
menyempurnakan suatu ketrampilan supaya menjadi permanen.ciri yang khas dari
kegiatan ini adalah kegiatan berupa pengulangan berkali-kali dari satu hal yang
sama.[9]
Menurut Winarno
Surakhmad, metode drill disebut juga latihan yang dimaksudkan untuk memperoleh
ketangkasan an ketrampilan latihan terhadap apa
yang dipelajari, karena hanaya dengan melakukannyasecara praktis suatu pengetahuan
dapat disempurnakan dan disiap siagakan.[10]
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan metode drill adalah latihn
dengan praktek yang dilakukan
berulangkali secara kontiyu untuk mendapatkan ketrampilan dan ketangkasan
praktis tentang pengetahuan yan dipelajari. menyempurnakan suatu ketrampilan
supaya menjadi permanen. ciri yang khas dari kegiatan ini adalah kegiatan
berupa pengulangan berkali-kali dari satu hal yang sama.[11]
Menurut
Winarno Surakhmad, metode drill disebut juga latihan yang dimaksudkan untuk
memperoleh ketangkasan an ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanaya dengan
melakukannyasecara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap
siagakan.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan metode drill adalah latihn
dengan praktek yang dilakukan
berulangkali secara kontiyu untuk mendapatkan ketrampilan dan ketangkasan
praktis tentang pengetahuan yan dipelajari.
Kelebihan
Metode Drill
a)
Metode drill memiliki kelebihan sebagai berikut
:
b)
Mengokohkan day ingat siswa karena seluruh
pikiran ,perasaan kemauan konsentraasi pada pelajaran yang dilatihkan.
c)
Siswa dapat menggunakan daya fikirnya dengan
baik, dengan pengajaran yang baik maka siswa lebih teleti
d)
Adanya pengawasandan bimbingan dengan koreksi
yang segera serta langsung dari guru.
e)
Guru akan lebih mudah menngontrol dan dapat
membedakan siswa yang disiplin dn tiadak.[12]
Kelemahan metode drill
Adapun kelemahan metode drill adalh sebagai
berikut :
a)
Menghambat bakat dan inisiatif siswa. Mengajar
dengan metode drill berarti minat dn bakat siswa dikesampingkan.
b)
Menimbulkan penysuaian seara statis kepada
lingkungan. Perkembangan inisistif di dalam menghadapi situasi baru atau maslah
baru siswa menyelesaikan persoalan dengancara statis. Hal ini bertentangan dengan
prinsip belajar dimana siswa seharusnya mengorganisasi kembali pengetahuan dan
pengalaman yang mereka dapat.
c)
Menimbulkan verbalisme. Setelah mengajarkan
pelajaran bahan berulang kali, guru mengadakan ulangan dari pelajaran yang
suadah di berikn tentu siswa harus menghafal isi pelajaran tersebut sesuai
dengan jawabannya.
d)
Membentuk kebiasaan yang kaku. Dengan model
latihan siswa belajar secara mekanis.
Dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus dilakukan secara otomatis tanpa
menggunakan intelegensi. Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan metode drill adalah latihn
dengan praktek yang dilakukan
berulangkali secara kontiyu untuk mendapatkan ketrampilan dan ketangkasan
praktis tentang pengetahuan yan dipelajari.
c.
Perbedaan Metode
SAS (Struktural Analitik Sintetik) dengan Metode Drill
Table 2
Metode SAS
|
metode Drill
|
|
Pengertian
|
metode
pembelajaran membaca permulaan meliputi:
1. kalimat menjadi kata-kata;
I.
kata menjadi suku-suku kata; dan
II.
suku kata menjadi huruf-huruf.
|
suatu tekhnik
atau cara mengajar siswa melakukan kegiatan latihan, siswa memiliki
ketangkasan lebih tinngi dari apa yang dipelajari.
|
Kelebihan
|
a)
Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b)
Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak
mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan
berikutnya
c)
Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak.
menguasai bacaan dengan lancar.
|
a) Mengokohkan daya ingat murid
karena seluruh pikiran ,perasaan kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang
dilatih
b)
adanya
pengawasan langsung dari guru guru dapat langsung menkoreksi jika terdapat
kesalahan
|
kelemahan
|
Metode SAS
mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini. 2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar. 3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan |
latihan yang
dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dengan suasana serius mudah sekali
menimbulkan kebosanan.
2. latihan
yang selalu dilakukan dibawah bimbinga guru ,perintah guru dapat melemahkan inisiatif
maupun kreatifitas siswa.
3. kadang-kadang latihan dilaksanakan secaa berulang-ulang
merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan
|
Jadi metode SAS ( Struktur Analisis Santetis )
diawali proses
analitik, untuk mengenal konsep kata kemudian kalimat utuh dijadikan tonggak dasar untuk
pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang
lebih kecil yang disebut kata, dari kata
Proses penganalisisan atau penguraian berlanjut sampai bentuk yang tidak
bisa di urai lagi yaitu huruf-huruf.
Dengan
demikian, proses penguraian/pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode
SAS, dapat
disimpulkan meliputi: kalimat menjadi kata-kata; kata menjadi suku-suku kata; dan suku kata menjadi
huruf-huruf.
3. Hakekat Tipe Kepribadian
Adalah
kesalahan yang besar jika seorang guru
tidak menyadari cara-cara mendidk yang tidak patut, yaitu yang tidak sesuai
dengan umur, psikologis, serta kebutuhan spesifik anak. Sehingga banyak anak
anak ya stress sakit dan kegagalan dalam sekolah karena adanya praktek ynag
tidak patut tersebut.
Sebagai
seorang guru sepatutnya mengetahui system pembelajaran yang memperlakukan anak
sebagai individu yang utuh ( the whole
child ) yang melibatkan 4 komponen yaitu pengetahuan ( knowledge ), ketrampilan (
skill) , sifat alamiah ( dispotsition ) dan perasaan ( feeling ) karena pikiran ,emosi, imajinasi dan sifat alamiah
anak bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Salah satu sifat alamiah
anak adalah tipe kepribadian.
Sebagai seorang guru yang setiap hari
berinteraksi dengan anak dengan berbagai dinamika nya pasti akan memahami bagaiman
kepribadian anak yang dihadapi. Ada anak yang pemalu periang, pendiam suka
bergaul, berani tampil di depan kelas bern menghadapi tantangan adapula yang
berperilaku agresif tidak patu h peraturan kelas dan sebagainya. Terkadng guru menjadi bosan
dalam menghadapi anak didik yang tidak patuh peraturan sekolah. Mengapa hal tersebut terjdi pada anak
didik ? banyak factor yang memepenggaruhi perilaku siswa sehingga berperilaku
macam2 perbedan perilaku tersebut mungin dapt diamati dari kepribadian.
Ada beberapa devinisi dari kepribadian di antaranya menurut nevid
mengemukakan “your personality is the sum total of the psychological characteristics
the way s in which you relate to the world
and adapt to demands placed upon
you. Di dalam ini mengandung pengertian terkandung akna bahwa kepribadia
menunjukkan dari keseluruhan dari karakteristik psikologis dan bentuk perilaku
serta merupakan hal yang unik pada setiap individu , yang ditandai oleh
bagaimana setiap individu berinteraksi dengan lingkungan dan beradaptasi sesuai
dengan tuntutan dimana individu berada.[13]
Kepribadian
seringkali diartikan sebagai bauran yang unik dari cirri-citi fisik dan mental
yang ada dalam diri seseorang. Elwood menjelaskan bahwa jika diambil
karakteristik-karakteristik fisik (mata , senyum,sosok tubuh dan sebagainya)
dan menggabungkannya , kombinasi yang muncul merupakan kepribadian . sampai
saat ini pengertian kepribadian secara
komprehensip belum mendapat suatu kesepakatan dari para ahli psikologi,
karena kepribadian merupakan konsep yang
abstrak dan memiliki karakteristik yang
luas and sehingga para ahli memberikan
devinisi yang sangat bervariasi
sesuai perspektif teoritis atau
kajian metodologis penelitian yang
digunakan kebanyakan diantaranya mengikuti definisi allport.
Menurut Gordon W. allport adalah salah stu tokoh psikolog kepribadian
mengatakan “ kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang
terdiri dari system-sistem psiko-fisik yang menetukan cara penyesuaian diri
yang unik (khusus ) dari individu tersebut terhadap lingkungannya”.[14] Atau
di dalam buku yang lain ia secara
ringkas menyimpulkan bahwa personality is what aman realy is.
Terjadinya interaksi psiko-fisik mengarahkan
tingkah laku manusia .maksud dinamis
pada pengertian tersebut adalah perilaku
mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui
pangalaman-pengalaman ,reward, punishmen, pendidikan dan sebagainya.
Carl Gustav Jung seorang psikologi analitik dari swiss membagi
tipe kepribadian manusia menjadi 2 arah yakni keluar dirinya yang disebut
extrovert dan ke dalam dirinya yang di
sebut introvert . kemana arah perhatian manusia itu yang terkuat keluar dirinya
atau kedalam dirinya itulah yang menentukan tipe kepribadian orang tersebut .
menurut Jung tipe manusia terbagi menjadi 2 golongan besar yaitu:
(1) tipe introvert, yaitu orang-orang yang cenderung menarik diri dan menyendiri terutama
dalam keadaan emosional , sedang menghadapi masalah atau konflik . Ia pemalu
dan lebih suka menyendiri daripada
bergabung dengan orang banyak.
(2) tipe extrovert
yaitu orang-orang yang perhatian nya
lebih diarahkan ke luar dirinya, Ia
peramah, suka bergaul dengan orang dan
memilih pekerjaan seperti pedagang , pekerja social, jurubicara, yaitupekerjaan
yang melibatkan orang-orang.[15]
Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat yang berhati
terbuka , luwes dalam pergaulan, ramah,
penggembira, kontak dengan lingkungan. Adapun tipe introvert mempunyai sifat
sebaliknya kurang pandai bergaul dan suka menyendiri.
Crow dan
crow menguraikan lebih rinci kedua tipe tersebut yaitu :[16]
Table 3
extrovert
|
introvert
|
Lancar dalam bicaara
|
Lebih lancer menulis
daripada bicara
|
Bebas dari kekhawatiran atau
kecemasan
|
Cenderung atau sering
diliputi kekhawatiran
|
Tidak lekas malu atau
canggung
|
Lekas maludan canggung
|
Umumnya bersifat konservatif
|
Suka membaca buku dan
majalah
|
Mempunyai minat pada atletik
|
Ebih dipengaruhi oleh
perasaan subyektif
|
Ramah dan suka berteman
|
Jiwanya agak tertutup
|
Suka bekerja sam dengan
orang lain
|
Lebih senang bekerja sendiri
|
Kurang mempedulikan
penderitaandiri sendiri
|
Sangat mejaga
atau berhati-hati terhadap penderitaan dan milikna
|
Mudah menyesuaikan diri dan
luwes
|
Sukar
menyesuaikan diri dan kaku dalam pergauan
|
Dari
penjelasan para ahli dapat disimpulkan kepribadian merupakan seperangkat
pikiran, emosi dan perilaku setiap individu dan kemampuan nya dalam
menyesuaikan diri dengan linkungan.
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
C.KERANGKA BERFIKIR
1. perbedaan
kemampuan membaca antara siswa yang mendapatkan pengajaran Bahasa Indonesia menggunakan Metode Struktural
Analitik Sintetik
(SAS) dan yang menggunakan metode Drill ?
Drill
adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan untuk melatih siswa
membaca dengan meniru ucapan guru secara
langsung. Latihan dilakukan secar berulang untuk melatih mengucapan secara
benar. Model ini sangat menekankan aktifitas mendengarkan dan berbicara .ciri khas model ini adalah
adanya drill menirukan yang berulang
–ulang dengan harapan siswa dapat mengeluarkan kalimat yang benar karena terbiasa mengucapkannya. Dalam model
drill , minat dan inisiatif siswa terabaikan sehingga pembelajaran terasa kaku
dan siswa menjadi jenuh dan kurang berkesan. Jika pembelajaran disampaikan
dengan cara yang mengasyikan dan embuat anak gembira dan senang tanggapan yang
diterima akan lama membekas di ingatannya sebaliknya jika tidak sesuai dengan
kebutuhan anak tanggapan tersebut akan cepat hilang.
Dengan
membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut dapat diduga bahwa kemampuan
membaca siswa yang pembelajarannya menggunakan Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) lebih unggul dari kemampuan
membaca yang pembelajaran menggunakan model pembelajaran drill.
2. terdapat
pengaruh interaksi antara menggunakan model
pembelajaran dan tipe kepribadian
terhadap kemampuan membaca permulaan Bahasa Indonesia.
Perbedaan
kemampuan membaca antara siswa yang berkepribadian extrovert dan siswa yang
berkepribadian introvert pasti ada bedanya, Bedanya berbahasa lisan langsung
dengan tatap muka sedangkan berbahasa tulisan bukan tatap muka. Kemampuan
membaca, sebagaimana telah dijelaskan dalam deskripsi teoritis dia atas,
adalah yang
Tipe kepribadian mencerminkan pekerjaan
pikiran dalam bentuk abstrak.rasional, logis , kritis ,verbal non verbal . tipe
kepribadian merupakan salah satu wujud internal psikologis . tipe kepribadian
pada hakekatnya dapat menjadi salah satu factor penentu keberhasilan usaha
seseorang untuk berhsil termasuk dalam belajar. Kepribadian yang ekstrovert dan
introvert.
Siswa yang memiliki tipe kepribadian
ekstrovert dicirikan orang yang
cenderung ikut aktif dalam proses belajar mengajar , senang berbicara suka
bergaul , siswa yang mmiliki tipe
kepribadian introvert dicirikan
oleh cenderung bersikap pasif , bersikap
pendiam dan kurang berperan aktif dalam proses belajar tapi senang jika hanya
menirukan.
3. perbedaan
kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan
Metode Struktural
Analitik Sintetik
(Sas) dan metode drill pada siswa yang mempunyai tipe kepribadian extrovert
Dengan
membandingkan kedua kepribadian tersebut dapat diduga bahwa kemampuan Bedanya
berbahasa liasan langsung dengn tatap muka sedangkan berbahhasa tulisan bukan
tatap muka. Kemampuan membaca, sebagaimana telah dijelaskan dalam deskripsi
teoritis di a atas, adalah tindakan social
yang saling mempertukarkan pengalaman
saling mengemukakan pendapat. Menerima fikiran yang sama-sama dipahami
dan disetujui oleh sesame anggota
4. perbedaan
kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan
Metode Struktural Analitik
Sintetik (Sas) dan
metode drill pada siswa yang mempunyai
tipe kepribadian introvert
metode
pembelajaran dan tipe kepribadian siswa dapat mempengaruhoi kemampuan
membaca. Siswa yang mendapat pembelajaran dengan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan
memiliki kepribadian ekstrovert akan
berbeda dengan siswa yang mendapat
pelajaran dengan model pembelajaran drill walaupun sama-sam memiliki
kepribadian ekstrovert. Kemampuan membaca siswa yang mendapat pembelajaran dengan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan memiliki kepribadian ekstrovert lebih unggul dari
siswa yang mendapatkan model pembelajaran drill.
Kesesuaian model pembelajaran dengan tipe kepribadian
akan memberikn memberikan dampak perbedaan kemampuan membaca . maka diduga
terdapat pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan tipe kepribadian siswa terhadap kemampuan
membaca pada siswa.
D. HIPOTESIS
PENELITIAN
Hipotesis dari penelitian ini adalah
:
1.
kemampuan
membaca antara siswa yang mendapatkan pengajaran Bahasa menggunakan Metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) lebih
unggul daripada kemampuan membaca Bahasa
Indonesia permuaan yang menggunakan metode
Drill.
2.
Terdapat
pengaruh interaksi antara penggunaan
Metode pembelajaran dan tipe kepribadian terhadap kemampuan membaca bahas Indonesia permulaan.
3.
kemampuan
membaca siswa yang menggunakan
Metode Struktural
Analitik Sintetik (Sas) yang
mempunyai tipe kepribadian extrovert
lebih unggul daripada yang menggunakan metode
drill.
4.
kemampuan
membaca siswa yang menggunakan
Metode Struktural
Analitik Sintetik (Sas) yang
mempunyai tipe kepribadian introvert
lebih unggul daripada yang menggunakan metode drill.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengungkapkan bukti dan gambaran bahwa :
1.
terdapat
perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang mendapatkan pengajaran Bahasa
menggunakan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) diperoleh siswa
dengan model Drill.
2.
adanya
pengaruh interaksi antara menggunakan
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dan tipe
kepribadian terhadap kemampuan membaca permulaan.
3.
terdapat
perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan Metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) dan metode drill pada siswa yang mempunyai tipe kepribadian extrovert
4.
terdapat
perbedaan kemampuan membaca antara siswa yang menggunakan Metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) dan metode drill pada siswa yang mempunyai tipe kepribadian introvert
B . Tempat
dan Waktu Penelitian
1.
Tempat
penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SIT SD Fajar Hidayah
Kota Wisata Gunung Putri Bogor . Pelakuan penelitian ini dilaksanakan
dengan menyesuaikan jadwal pelajaran di sekolah. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2014-2015 pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah kepala s ekolah, guru kelas I SD dan responden / siswa
2.
Waktu
penelitian
Adapun
penelitian ini dilaksanakan sacara bertahap yaitu awal penelitian melakukan
persiapan yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 hingga tahap akhir
Desember 2014 jadwal kegiatan sebagai
berikut :
Tabel. 4
schedule penelitian
no
|
KEGIATAN
|
BULAN
|
||||
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
||
1
|
Proposal
|
|||||
2
|
Seminar
|
|||||
3
|
Revisi
|
|||||
4
|
penelitian
|
|||||
5
|
Sidang
|
|||||
6
|
revisi
|
C. Metode
dan Desain Penelitian
1.
Metode Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode eksperimen dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan yang dapat diperoleh dari eksperimen yang sebenarnya.[17]
Tetapi dalam keadaan yang tidak mungkin mengontrol seluruh variable yang
mempengaruhinya, peneliti mencoba untuk meneliti ada tidaknya pengaruh dengan
cara membandingkan antara kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan
Metode Struktural
Analitik Sintetik (Sas) dengan
kelompok yang diberikan perlakuan dengan model drill. Sebagai kelompok control.
Di samping itu peneliti juga melihat
berbedaan kemampuan membaca pada tipe
kepribadian introvert dan ekstrovert.
2. Desain
Penelitian
Adapun
rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Factorial Group Design”
dua kategori atau factorial 2 x 2 . rancangan penelitian yang di
maksud dapat dilihat pada table berikut :
Tabel
5. Rancangan Factorial 2 x 2
metode pembelajaran
Tipe
kepribadian
|
Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas)
|
Drill
|
EKSTROVERT
(B 1)
|
A₁ B₁
|
A₂ B₁
|
INTROVERT (B 2)
|
A₁ B₂
|
A₂ B₂
|
Keterangan :
A ₁ : Kelompok siswa yang belajar dengan
menggunakan Metode Struktural
Analitik Sintetik (Sas)
A ₂ : Kelompok siswa yang
belajar dengan menggunakan model Drill
B₁ : Kelompok siswa yang
belajar dengan tipe kepribadian ekstrovert
B₂ : Kelompok siswa yang
belajar dengan tipe kepribadian introvert
A₁B₁ : Kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan memiliki tipe kepribadian ekstrovert
A₂B₁ : Kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model Drill tipe
kepribadian ekstrovert
A₁ B₂ : Kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dan tipe kepribadian introvert
A₂B₂ : Kelompok siswa yang
belajar dengan menggunakan model drill
dan memiliki tipe kepribadian introvert.
D. Populasi
dan Tekhnik Pengambilan Sampel Penelitian
1. Populasi
penelitian
Populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dengan kualitas serta cirri-ciri yang telah ditetapkan dan menjadi
perhatian dalam ruangan dan waktu yang ditentukan.[18]
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SD . Populasi terjangkau adalah siswa kelas I
SD SIT fajar Hidayah kota wisata Gunung
Putri Bogor tahun ajaran 2014-2015 Yng terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa
75 siswa .
2. Tekhnik
Pengambilan Sampel Penelitian
Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi[19].
Menurut Sudjana sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki
sifat sama dengan populasi.[20]
Penentuan
sampel dalam penelitian ini adalah ramdom sederhana dengan mengundi 3 kelas
secara acak dipilh 2 kelas dan untuk
melakukan penentuan perlakuan Metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dan satu kelas untuk kelas control yaitu
menggunakan metode drill.
Dengan
demikian peneliti memberikan hak yak
yang sama kepada setiap subyek untuk
memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.[21]
Hal ini dilakukan setelah mempehatikns bahwa siswa mendapat kan materi
berdasrkan kurikulum yanga sama , siswa yang menjadi obyek penelitian duduk di
kelas yang sama dan pembagian kelas tidak berdasarkan rangking.
Selanjutnya dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut: pertama pada 2 kelas yang telah
ditetapkan menjadi kelas experiment dilakukan pengamatan terhadap tipe
kepribadian masing-masing siswa apakah termsuk tipe extrovert atau introvert,.pengamatan dengan memberikan
lembar angket pada guru kelas . kedua dengan cara menghitung korelasi
antar skor butir instrument dengan skor
total atau dengan mencari skor daya pembeda skor tiap item kelompok extrovert
atau introvert. Ketiga : menentukan baseline kata-kata yang belum
difahami- untuk kelas control kata-kata di ambil dari Tanya jawab di kelas
kelas intervensi dilakukan dengan memberikan pengalaman sebelumnya lalu
berdasar Pengalaman bahasa yang dimilikinya dijadikan bahan untuk belajar
membaca.
Sedangkan
untuk menganalisis data antara pengajaran
Metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dan metode drill dengan kemampuan membaca
Bahasa peneliti menggunakan pengolahan SPSS.
E. Tehnik
Pengumpulan Data.
Dalam
penelitia ini tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitia terdiri
dari 2 jenis instrument yang akan disusun yaitu 1) instrument untuk mengukur
kemampuan membaca dan 2) instrument untuk mengukur tipe kepribadian
Selanjutnya
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: pertama pada 2
kelas yang telah ditetapkan menjadi kelas experiment dilakukan pengamatan
terhadap tipe kepribadian masing-masing siswa apakah termasuk tipe
extrovert atau introvert,.pengamatan dilakukan
oleh peneliti berdasarkan lembar angket. kedua dengan cara
menghitung korelasi antar skor butir instrument dengan skor total atau dengan mencari skor daya
pembeda skor tiap item kelompok extrovert atau introvert. Ketiga :
menentukan baseline kata-kata yang belum difaham untuk kelas control kata-kata di ambil dari
Tanya jawab di kelas kelas intervensi dilakukan dengan memberikan pengalaman
sebelumnya lalu berdasar Pengalaman bahasa yang dimilikinya dijadikan bahan
untuk belajar membaca.
Dalam
rangka pengumpulan data untuk mengukur efektifitas metode pembelajaran yang
digunakan serta pengaruhnya terhadap kemampuan membaca dilakukan dengan
,praktek yang diberikan kepada siswa pada saat materi experiment telah selesai
disajikan. Sedangkan untuk mengukur tipe kepribadian yang dimiliki siswa menggunakan alat ukur non tes yaitu dengan observasi.
Sedangkan untuk mengukur instrument untuk mengukur kemampuan membaca
Bahasa akan dijelaskan sbb :
1.
Instrument
kemampuan membaca bahasa Indonesia permulaan
Data
yang dibutuhkan pada variable terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca
Bahasa Indonesia permulaan . oleh karena itu instrument atau alat untuk
mengumpulkan data yang di butuhkan tes kemampuan membaca yang valid dan
reliable yang sudah diuji cobakan yaitu praktek membaca dengan penskoran nilai sesuai dengan
penelitian ini.
a)
Devinisi
konseptual
Kemampuan
membaca yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kecakapan memahami
pola-pola bahasa dari gambaran tertulis pada masa permulaan sekolah.
b)
Devinisi
operasional
Kemampuan
membaca yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah siswa dapat membaca kata-kata bahasa Indonesia dengan benar setelah
siswa menerima pengalaman belajar yang meliputi ranah kognitif, sesuai dengan
tujuan pendidikan dengan indicator :
mengingat (C1) memahami ( C 2 ) dan menerapkan (C 3) membaca dengan benar yang
dapat di ukur dengan menggunakan angka atau skor nilai yang diperoleh dari tes
unjuk kerja .
c)
Kisi
– kisi pengembangan kemampuan membaca
Dengan
berpedoman pada definisi konseptual dan operasional tentang kemampuan membaca
permulaan , maka disusunlah tes unjuk kerja untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran yang disampaikan melalui metode SAS dan metode drill . adapun
kisi-kisi kemampuan membaca permulaan terdapat pada table berikut ini.
Tabel
6 kemampuan membaca kelas SD I
SK
|
KD
|
Membaca
1.
Memahami teks pendek dengan
membaca nyaring
|
3.2 Membaca
nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat
|
Table
7 Kisi – kisi pengembangan kemampuan membaca
KD
|
INDIKATOR
|
C
|
C
|
C
|
jumlah
soal
|
1
|
2
|
3
|
|||
3.2 Membaca
nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat
|
Kemampuan menirukan kalimat
yang diucapkan guru .... ....
|
C1
|
C2
|
C3
C3
|
|
Mampu membaca
Pola gabungan
|
|||||
Mampu membaca
Pola tunggal
|
|||||
Membaca teks dengan lengkap
|
Keterngan :
C1 : mengingat
C2 : memahami
C3 :
mengaplikasikan
Table
8
Penilaian unjuk Kerja
no
|
Nama
siswa
|
kriteria
|
||
Mampu membaca
Pola gabungan
|
Mampu membaca
Pola tunggal
|
Tidak mampu membaca
Pola tunggal maupun pola gabungan
|
||
2
|
1
|
0
|
||
1
|
Ahmad
Fadli
|
|||
2
|
ibrahim
|
|||
3
|
salsa
|
Penskoran
dengan menggunakan rumus :
P = Skor yang di dapat X 100
%
Skor total (2)
d)
Validasi
dan Realibilitas
Di dalam buku
“Encyclopedia of Educational Evaluation “ yang ditulis oleh Scarvia B Anderson
dkk , di sebutkan bahwa : a test is valid if it measure what it purpose to
measure “ : sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak di ukur [22].
validitas
adalah menunjukkan validitas prediksi terhadap tes yang batu di buat. Jika
koefisien tinggi berarti tes mempunyai prediksi bagus sebaliknya jika koefien
rendah maka te baru di buat mempunyai tes prediksi rendah. Realibilitas adalah karakter
lain dari hasil evaluasi.[23]
Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan suatu alat ukur.Suatu
alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut mampu mengukur yang hendak
diukur. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan pengujian
validitas konstruk dan validitas isi, pengujian validitas konstruk dilakukan
dengan mencari koefisien korelasi item total (rix) dengan bantuan perangkat
lunak SPSS 17.0,suatu item dinyatakan memiliki validitas yang baik dapat
diketahui menggunakan tabel product moment correlation untuk mengetahui skor r
hitung lalu dibandingkan dengan nilai kritis korelasi pearson atau disebut juga
sebagai r tabel. Suatu item dapat
dinyatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel, namun sebaliknya apabila
nilai r tabel > r hitung, maka item tersebut dinyatakan tidak valid
(Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki, 2004). Pengujian validitas isi
menggunakan teknikprofessional judgement, pengujian ini dilakukan dengan
menilai item-item skala pengukuran terkait penggunaan tata bahasa yang kurang
efektif, kemudian item-item yang kurang efektif tersebut diperbaiki, agar skala
tersebut dapat dinyatakan valid dalam hal validitas isi. Suatu alat ukur dapat
dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria,
dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria[24]
Reliabilitas
merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika
dilakukan pengujian ulang dengan alat ukur yang sama pada kes yang berbeda atau
dalam kondisi pengujian yang berbeda.
e)
Kalibrasi
(uji coba instrument )
Kalibrasi
yang dilakukan adalah uji validitas dengan menggunakan rumus point biserial dan
untuk uji realibilitas dengan menggunakan
Kuder- Richardson20 atau K-R20.
Adapun rumus
yang digunakan adalah :
Keterangan :
mean butir yang menjawab benar
mean skor total
simpang baku total
Rumus uji
realibilitas dengan rumus K-R 20 :
Keterangan :
realibilitas
tes secara total
p = proporsi subyek yang menjawab benar butir
soal 1
q = proporsi
subyek yang menjawab salah butir soal 1
( q = 1- p)
: jumlah hasil kali p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi (akar varian)
Untuk
mengetahui kwalitas instrument maka
dilakukan analisis instrumen. Instrumen yang berbentuk tes , pengujian
validatasi isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan
materi pelajaran yang telah diajarkan
mengacu pada kurikulum dan silabus dibantu dengan menggunakan
kisi-kisi instrumen yang sudah dibuat, indicator dari vaiabel yang akan
diteliti menjadi tolak ukur untuk menyusun
nomor butir soal baik berupa pertanyaan
ataupun pernyataan.
Untuk
menguji butir-butir instrument tersebut lebih lanjut dikonsultasikan dengan
teman sejawat, untuk kemudian diuji cobakan
kemudian di analisis item atau uji beda yang dilakukan dengan menghitung
korelasi antara skor butir instrument
dengan skor total dan uji beda dilakukan dengan menguji signifikansi
perbedaan antar 27 % skor kelompok atas
dan 27 % skor kelompok bawah[25].
Untuk
instrument kemampuan membaca dibuat langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama
menyusun soal tes tertulis dan praktek sesuai dengan materi pelajaran yang
telah diajarkan berdasarkan kompetensi dasaar mata pelajaran bahasa Indonesia
yang mndapatkan perlakuan. Jumlah soal yang di ujikan sesuai dengn indikstor
yang telah disusun dianggap jelas untuk mengukur kemampuan membaca Bahasa
Indonesia . bentuk soal adalah matching card dan praktek langsung ( membaca ) Kemampuan
menirukan kalimat yang diucapkan guru,
Membaca teks dengan lengkap dan cara pengucapannya dan suara dapat terdengar
jelas.
2. Untuk
Instrument Tipe Kepribadian
a)
Devinisi
konseptual
tipe
kepribadian adalah merupakan seperangkat pikiran, emosi dan perilaku setiap
individu dan kemampuan nya dalam menyesuaikan diri dengan linkungan.
b)
Devinisi
operasional
tipe
kepribadian adalah merupakan seperangkat pikiran, emosi dan perilaku setiap
individu dan kemampuan nya dalam menyesuaikan diri dengan linkungan.
Ada beberapa dimennsi kepribadian antara lain
:
(1) hubungan sosial dengan indicator arahan
perhatian ( ke dalam dirinya , kepada orang lain / masyrakat )senang bergaul
suka bekerja sama , mudah menyesuaikan diiri ;
(2) pengendalian dengan indicator
kecanggungan /arasamalu , pengaruh perasaan ( subyektif/ obyektif ) pengaruh
lingkungan
(3) kegiatan keaktifan dengsn indicator
minat pada olahraga minat membaca , menulis dan berbicara minat pada
keorganisasian
(4) kegembiraan dengan indicator :
kekhawatiran / kecemasan , keceriaan , tidak mudah marah
(5) kegembiraan dengan
indicator ; kemalassan , antusias dan semangat
Tipe
kepribadian siswa di ukur dengan menggunakan instrument yang disusun oleh
peneliti berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelunnya. Tipe kepribadian
adalahskor yang diperoleh atas respon siswa terhadap pertanyaan yang dibuat
berdasarkan indicator yang telah ditetapkan.
Rentang nilainya adalah :
c)
kisi-kisi
instrument tipe kepribadian
table
9
no
|
indikator
|
ya
|
tidak
|
Jumlah
|
Tipe
extrovert
|
||||
1
|
senang
bergaul
|
|||
2
|
mudah
menyesuaikan diiri
|
|||
3
|
suka
bekerja sama
|
|||
4
|
pengendalian
kecanggungan /arasamalu
|
|||
5
|
antusias
dan semangat
|
|||
Tipe
introvert
|
||||
1
|
Tidak
senang bergaul
|
|||
2
|
Tidak
mudah menyesuaikan diiri
|
|||
3
|
Tidak
suka bekerja sama
|
|||
4
|
kekhawatiran
/ kecemasan
|
|||
5
|
kemalassan
|
Skala
pengukuran tipe kepribadianmerupakan adaptasi berdasarkan alat tes EPI(Eysenck
Persoality Inventory). EPI adalah alat ukur kepribadian dari Eysenck yang telah
baku, EPI digunakan untuk menggolongkan individu ke dalam beberapa tipe
kepribadiandengan pilihan jawaban adalah “ya” dan “tidak” . Dalam alat ukur EPI
ini peneliti hanya menggunakan dan menilai aspek yang mengandung penilaian
tentang ekstrovert dan introvert yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.
d)
realibilitas
validasi butir instrument
A.rencana kegiatan penelitian
Tahap-tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
Satuan Pendidikan : SD Fajar Hidayah
Kelas / Semester :
1 / 1 (satu)
Pertemuan : Ke 2
Tema / Sub Tema :
Keluargaku / Anggota Keluargaku
Alokasi Waktu :
5 x 35 menit ( 1 x pertemuan )
Kompetensi Inti :
1.
Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran
agama yang dianutnya.
2.
Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, percaya diri, dan
cinta tanah air dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan
cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,di
sekolah, dan tempat bermain.
4.
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa
yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Kompetensi
Dasar Dan Indikator
Bahasa Indonesia
1.1
Menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa
bahasa Indonesia yang dikenal sebagai
bahasa persatuan dan sarana belajar di tengah keberagaman bahasa daerah.
2.3. Memiliki
perilaku santun dan sikap kasih sayang melalui pemanfatan bahasa Indonesia dan
/ atau bahasa daerah.
3.3.
Mengenal teks terima kasih tentang sikap kasih sayang dengan bantuan
guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan
kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.
3.3.1.
Menemukan kalimat yang yang menjelaskan sikap kasih
Sayang dalam keluarga.
3.3.2.
Membaca teks terima kasih mengenai kasih sayang dalam
Keluarga.
4.3. Menyampaikan teks terima kasih mengenai sikap kasih secara mandiri dalam
bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah
untuk membantu penyajian.
4.3.1. Bermain peran mengenai cara mengucapkan terima kasih atas sikap kasih sayang dalam keluarga.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan membaca teks terima kasih tentang sikap kasih
sayang, siswa dapat menemukan kalimat
yang menjelaskan sikap kasih sayang sesuai teks dengan benar.
2. Dengan
memperhatikan contoh, siswa dapat membaca teks terima kasih dengan lancar.
3. Dengan mengamati
contoh, siswa dapat bermain peran tentang sikap kasih sayang dalam keluarga
dengan baik.
4. Dengan membaca, siswa dapat menyebutkan minimal dua
kegiatan saling membantu dalam keluarga dengan benar.
5. Materi Pembelajaran
1.
Bahasa Indonesia :
Mengenal teks sederhana yang berhubungan
dengan kasih
sayang.
Bermain peran
mengenai cara mengucapkan
terima
kasih atas sikap kasih sayang
D.
Motede dan Model Pembelajaran
1.
Metode : SAS ( struktur Analisis Sintetik
2.
Pendekatan : language experience Approach
E. Alat dan Sumber Belajar
a.
Alat dan Bahan : Kartu bergambar dan bertuliskan anggota
Keluarga
dan kegiatan sehari –hari.
Karton
besar berukuran 100 cm x 100cm.
Buku
pegangan siswa dan alat mewarnai.
b.
Sumber Belajar : Gunawan Muhammad,Taufik Abdullah dkk :
2013 Buku Guru Kelas 1 Tema 4 Sub Tema
1
pembelajaran 2 hal.8-12. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
RI: Jakarta
Gunawan Muhammad, Taufik Abdulah dkk.2013,
Buku Siswa
SD/MI Kelas 1 Tema 4 Sub
Tema 1 Pembelajaran 2 Hal 5-7
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan RI:
Jakarta
Muslikh,S.H. 2013,
Kerangka Dasar dan Struktur
SD/MI.
Kementerian DikBud RI: Jakarta
F.
Penilaian
1.
Teknik Penilaian
a.
Penilaian Sikap : Percaya Diri,
Disiplin dan bekerja sama terhadap lingkungan sekitar
b.
Penilaian Pengetahuan : Tes lisan
c.
Penilaian Keterampilan : Unjuk
Kerja
2.
Bentuk Instrumen Penilaian
a. Pengamatan Sikap
Penilaian
Keterampilan
Lembar
Pengamatan Membaca
Table
10 penilaian
no
|
Nama
siswa
|
KRITERIA
|
||
Mampu membaca
Pola gabungan
|
Mampu membaca
Pola tunggal
|
Tidak mampu
membaca
Pola tunggal
maupun pola gabungan
|
||
2
|
1
|
0
|
||
1
|
Ahmad Fadli
|
|||
2
|
Ibrahim
|
Penskoran
dengan menggunakan rumus :
P = Skor yang di dapat X 100 %
Skor total
G.
Langkah
langkah pembelajaran
Table
11
kegiatan
|
METODE
SAS
|
|
pendahuluan
|
Aktifitas
guru
|
Aktifitas
siswa
|
·
Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa untuk menanyakan kabar mereka.
·
Mengajak siswa untuk berdoa bersama di
pimpin oleh salah satu siswa
·
Guru mengabsen siswa
·
Guru menyampaikan tema dan sub tema yang
akan dipelajari.
·
Menyampaikan manfaat dan rencana kegiatan.
·
Guru mengadakan
apersepsi
|
·
Siswa menjawab
salam
·
siswa berdoa bersama di pimpin oleh salah
satu siswa
·
siswa siap untuk
belajar
|
|
Penyajian
materi
|
·
penjelasan
guru tentang kata panggilan untuk kakak atau orang yang lebih tua (mengamati)
·
guru
menyanyikan lagu “ Ruli Abangku” serta cara bergerak sesuai birama. (mengamati)
·
guru dan Siswa menyanyikan lagu “Ruli Abangku” dan
berlatih bersama-sama.
·
guru dan Siswa
membahas teks sederhana yang terdapat pada buku siswa.
·
Guru
menyiapkan karton besar yang
·
Guru menuliskan kegiatan membantu keluarga yang
pernah dilakukannya.
·
·
Guru
menunjukan gambar-gambar berbagai pekerjaan atau kegiatan keluarga.
·
Guru
menunjukan gambar keluarga pada seluruh siswa dan bertanya “Apakah anggota
keluarga kalian di rumah melakukan hal yang sama?”
·
Siswa diminta
tunjuk tangan jika ingin menjawab dan boleh menjawab jika sudah dipersiapkan
oleh guru.
·
Tunjuk satu
orang siswa, minta siswa memasangkan kartu anggota keluarga dan kegiatannya,
kemudian menempelkan kartu di karton yang sudah disediakan.
1.
Guru dan Siswa menyimpulkan bahwa anggota keluarga
memiliki kebiasaan dan kegiatan yang berbeda-beda.
2.
Kegiatan
dilanjutkan dengan mengajak siswa berlatih mewarnai gambar keluarga.
3.
Guru memulai
dengan mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa dengan menciptakan bermacam macam
warna.
4.
Guru juga
membahas dan menjelaskan garis lurus dan garis lengkung pada sebauah gambar.
5.
Meminta siswa
untuk menebalkan gambar keluarga pada buku siswa.
|
·
Siswa
mendengarkan penjelasan guru tentang kata panggilan untuk kakak atau orang
yang lebih tua
·
Siswa
memperhatikan guru menyanyikan lagu “ Ruli Abangku” serta cara bergerak
sesuai birama.
·
Siswa
menyanyikan lagu “Ruli Abangku” dan berlatih bersama-sama.
·
Siswa secara
berkelompok di beri kesempatan untuk menyanyi lagu yang telah diperkenalkan
dengan diiringi tepuk birama.
·
Siswa dan
guru membahas teks sederhana yang terdapat pada buku siswa.
·
Siswa diminta
menceritakan kebiasaan yang dilakukan anggota keluarga mereka di rumah.
·
Siswa diminta
mendiskusikan sikap-sikap yang harus dikembangkan bersama keluarga di rumah,
yaitu berterima kasih melalui kegiatan bermain peran yang ada di buku siswa.
6.
Siswa
mengamati guru yang sedang memperagakan percakapan dengan salah seorang
siswa.
7.
Meminta siswa
secara berkelompok mencoba memperagakan percakapan.
8.
Siswa diminta
menuliskan kegiatan membantu keluarga yang pernah dilakukannya.
9.
Siswa
memperhatikan penjelasan guru bahwa setiap anggota keluarga memiliki
kebiasaan dan rutinitas yang berbeda beda, misalnya ayah pergi
bekerja/membaca buku, ibu menjahit baju/ mendampingi udin yang sadang
menggambar, dan kakak berangkat ke sekolah/ kakak sedang belajar.
10. Siswa diminta tunjuk tangan jika ingin
menjawab dan boleh menjawab jika sudah dipersiapkan oleh guru.
11. Tunjuk satu orang siswa, minta siswa memasangkan
kartu anggota keluarga dan kegiatannya, kemudian menempelkan kartu di karton
yang sudah disediakan.
12. Siswa menyimpulkan bahwa anggota keluarga
memiliki kebiasaan dan kegiatan yang berbeda-beda.
|
1.
Siswa bersama guru menyimpulkan bahwa memiliki keluarga merupakan anugerah dari Tuhan Yang
Maha Kuasa yang harus disyukuri sebagai bentuk cara berterimah kasih
kita kepada Tuhan YME yang telah
menciptakan keluarga kita.
2.
Siswa diminta menyanyikan lagu satu satu aku
sayang ibu sebagai rasa kasih sayang dalamkeluarga.
3.
Siswa memimpin doa diakhir pembelajaran
|
4.
Siswa bersama guru menyimpulkan bahwa memiliki keluarga merupakan anugerah dari Tuhan Yang
Maha Kuasa yang harus disyukuri sebagai bentuk cara berterimah kasih
kita kepada Tuhan YME yang telah
menciptakan keluarga kita.
5.
Siswa diminta menyanyikan lagu satu satu aku
sayang ibu sebagai rasa kasih sayang dalamkeluarga.
6.
Siswa memimpin doa diakhir pembelajaran
|
Kegiatan metode
driil
KEGIATAN
|
METODE
DRILL
|
|
Kegiatan
guru
|
Kegiatan
siswa
|
|
pendahuluan
|
·
Guru mengucapkan salam
·
Berdoa
·
Melakukan
apersepsi
·
Menyampaikan
manfaat pembelajaran
|
·
Menjawab
mengucapkan salam
·
Berdoa
·
Melakukan
persiapan belajar
·
Mendengarkan
penjelasan gur
|
Kegiatan
inti
|
·
Guru
menyajikan materi pelajaran
·
Guru
menyebutkan satu kalimat
·
Guru
meminta siswa mengulang apa yang di ucapkn
·
Guru
meunjuk siswa untuk membaca teks
bacaan apa yang di ucapkn
|
·
siswa
mendengarkan penjelasan guru
·
sisa
mengulang kata yang diucapkan guru
·
Guru
meminta siswa mengulang apa yang di ucapkn
·
Guru
meunjuk siswa untuk membaca teks
bacaan apa yang di ucapkn
|
penutup
|
7.
guru menyimpulkan pelajaran
|
8.
SISWA memimpin doa diakhir pembelajaran
|
G. TEKHNIK
ANALISIS DATA
Tekhnik pengolahan data atau
analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan tekhnik
analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif berupa penyajian data dengan daftar distribusi
frekwensi dan histogram , mean, median, modus, simpang baku dan rentang
teoritik. analisis inferensial berupa ANAVA dua jalur untuk menguji hipotesis
yang dilanjutkan dengan uji Tukey atau Scheffe. Sebelum uji hipotesis perlu
dilakukan uji persyaratan analisis data berupa uji normalisasi dan homogenitas
kelompok atau data yang dibandingkan.
H. HIPOTESIS
STATISTIK
1.
: tidak
ada pengaruh terhadap kemampuan membaca menggunakan metode SAS dan drill.
:
: kemampuan membaca yang menggunakan metode SAS
lebih unggul daripada hasil belajar yang menggunakan metode drill
2.
: int.
A x B = 0 : tidak ada pengaruh interaksi penggunaan metode
pembelajaran dan tipe kepribadian terhadap kemampun membaca
3.
: tidak ada pengaruh kemampuan membaca siswa
yang memiliki tipe kepribadian extrovert yang menggunakan metode SAS disbanding
dengan menggunakan metode drill
: kemampuan membaca siswa yang menggunakan
metode SAS dan memiliki tipe
kepribadian extrovert lebih unggul
dibandingkan dibandingkan dengan yang
menggunakan metode drill.
4.
: tidak ada pengaruh kemampuan membaca siswa
yang memiliki tipe kepribadian introvert yang menggunakan metode drill
dibandingkan dengan menggunakan metode SAS.
5.
: kemampuan
membaca siswa yang memiliki tipe
kepribadian introvert yang menggunakan metode SAS lebih unggul dibandingkan dengan menggunakan metode drill.
:
[1] Dardjowidjoyo, soenjono. Psikolinguistik : pengatar
pemahaman manusia. Penerbit yayasan obor Indonesia h. 16
[2] Djamarah, syaiful bahri, DRS, M.Ag. psikologi belajar. (rineka cipta) h.46
[3] http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/
[5] BUKU PLPG
[6] Dr.Alek dan prof.Dr
H Achmad, HP. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Kencana Prenada
Media Group Jakarta .2011 h.74
[7] Dr.Alek dan prof.Dr H Achmad, HP. Bahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi. Kencana Prenada Media Group Jakarta .2011 h.75
[8] Roestiyah N.K. strategi belajar mengajar( Jakarta: Bina Aksara
1985) hlm. 125
[9] Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar( Bandung : Sinar
Baru 1999)h. 86
[10] Winarno Surakhmad. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar ( Bandund:
Tarsito ,1994) h.76
[11] Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar( Bandung : Sinar
Baru 1999)h. 86
[12] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar
Mengajar(Jakarta :Rineka Cipta.1996)h.108-109
[13] Surna, I nyoman dan olga d. pandeirot. PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1.hlm. 181
[14] Suryabrata, sumadi. Psikologi
kepribadian ( Jakarta : Raja Gravindo Persada , 1993) h. 240
[15] Sarwono,W sarlito. op. cit., h.181
[16] Sobur,alex, Drs,M.Si. PSIKOLOGI UMUM DALAM LINTASAN SEJARAH(
PUSTAKA SETIA BANDUNG.2003). h.316
[17]Arikunto, Suharsimi Dasar-Dasar Penelitian. 1987. Bumi Aksara Jakarta
[18] Sudaryono, DR. EDUCATIONAL RESEARCH METHODOLOGY.2014.
Lentera Ilmu Cendekia. Jakarta
[19] sugiyono
[20] Sudjana S.D. Metode dan tekhnik pembelajaran partisifatif. (
Bandung : Falah production.2001)
[21] Suharsimi. H 111
[22] Suharsimi arikunto. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. 1993( bumi Aksara Jakarta) h. 63
[24] Arikunto,. Opcit h.
[25] Sugiyono. Op,cipt. h. 129