Selasa, Mei 14, 2019

ICT


1.    Apa itu problem Based Learning! Kemudian bagaimana penerapannya dalam mata pelajaran yang anda ajar serta apa kendala-kendala yang anda hadapi dalam penerapannya!
Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan..
Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu:
a.     Permasalahan sebagai kajian.
b.    Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
c.     Permasalahan sebagai contoh
d.    Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
e.     Permasalahan sebagai stimulus aktivitas otentik
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut:
Guru sebagai pelatih
Peserta didik sebagai problem solver
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi
o  Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran)
o  memonitor pembelajaran
o  probbing ( menantang peserta didik untuk berfikir )
o  menjaga agar peserta didik terlibat
o  mengatur dinamika kelompok
o  menjaga berlangsungnya proses
o  peserta yang aktif
o  terlibat langsung dalam pembelajaran
o  membangun pembelajaran
o  menarik untuk dipecahkan
o  menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1)      Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2)      Pemodelan peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani  antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :
·         PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
·         PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.
·         PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.
3)      Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.
Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut :
a.       Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
b.      Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan panutannya.
c.       Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.
d.      Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
e.       Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
f.       Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
g.      Driving Questions :PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
h.      Constructive Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.
i.        Autonomy :proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
Berikut adalah Contoh hasil penelitian berkaitan dengan model PBL.
Wagiran, dkk, 2010,Pengembangan Pembelajaran Model Problem Based Learning Dengan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam Matadiklat Measuring Bagi Peserta didik SMK (Hibah Bersaing Perguruan Tinggi), 2010: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian dirancang dalam tiga tahap dalam kurun waktu 3 tahun. Pada tahun pertama penelitian bertujuan untuk merancang, membuat dan mengembangkan media pembelajaran berbantuan komputer berikut perangkatnya dalam mendukung model pembelajaran PBL-PBK.  Pada tahun kedua, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan dan menguji model pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup luas sekaligus melihat efektivitasnya. Pada tahun ketiga, penelitian ini memfokuskan pada tahap sosialisasi model pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup yang lebih luas.
Penelitian dirancang  menggunakan pendekatan Research and Development  Sumber data dalam penelitian ini meliputi kalangan industri permesinan, perumus kebijakan, kepala sekolah, guru, peserta didik, dan ahli pendidikan. Penerapan model direncanakan di 5 SMK dengan metode eksperimen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif yaitu  deskriptif, dan komparatif.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah diperolehnya kompetensi Measuring dan diperolehnya media pembelajaran berbantuan komputer dalam mendukung pembelajaran PBL-PBK yang teruji. Hasil evaluasi ahli tentang kualitas media dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,38 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilan menunjukkan skor 3,04 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materi penunjukan skornya adalah: konsistensi sebesar 2,92 (cukup baik), format sebesar 3,13 (baik), pengorganisasian sebesar 3,25 (baik), bentuk dan ukuran huruf sebesar 2,63 (cukup baik). Hasil  uji kelayakan(ujicoba) kepada peserta didik menunjukkan bahwa kualitas media dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,28 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilan dan daya tarik  menunjukkan skor 3,30 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materi penunjukan skornya adalah: sebesar 3,22 (baik) Dengan demikian media berbantuan komputer dalam matadiklat measuring layak untuk diterapkan.
Media berbantuan komputer yang disusun telah memnuhi aspek kelayakan baik dari segi teoritis maupun dari segi empiris. Tedapat tiga pola implementasi pembelajaran menggunakan media berbantuan komputer yaitu: (a) sebagai media tayamg, (b) sebagai media pendukung praktek, dan (c) sebagai media pembelajaran individual dan interaktif.
Langkah-langkah Operasional Imlementasi dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
a.       Konsep Dasar (Basic Concept)
b.      Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
c.       Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
d.      Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
e.       Penilaian (Assessment)
Contoh Penerapan
Tahapan-Tahapan Model PBL
FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada masalah
·     Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg dibutuhkan
·     Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik
Membantu peserta didik mendefinisikan danmengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja

Fase 1: Mengorientasikan peserta didik pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:
1.      Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri,
2.      Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,
3.      Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan
4.      Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berfikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya
Sistem Penilaian
Penilaian yang relevan dalam PBL  antara lain sebagai berikut:
a.       Penilaian kinerja peserta didik.
Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.
b.      Penilaian portofolio peserta didik.
Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu periode tertentu.
c.       Penilaian potensi belajar.
Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang lebih maju.
d.      Penilaian usaha kelompok.
Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.
Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut, penilaian ini antara lain: 1).assesment kerja, 2). assesment autentik dan 3). portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana peserta didik merencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana peserta didik menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya.
Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan mudah beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan peserta didik untuk menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna.
Tahap evaluasi pada PBM terdiri atas tiga hal :
1. Bagaimana peserta didik dan evaluator menilai produk (hasil akhir) proses
2. Bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk bekerja melalui masalah
3. Bagaimana peserta didik akan menyampaikan pengetahuan hasil pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka belajar menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya.
Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada pemecahan masalah oleh peserta didik maupun dengan cara melakukan proses belajar kolaborasi (bekerja bersama pihak lain).
Kelebihan menggunakan PBL, antara lain;
a.         Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan;
b.        Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan; dan
c.         PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kelemahan menggunakan PBL, antara lain;
a.       Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa  masalah yang dipelajari sulit untuk di pecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
c.       Tanpa pemahaman mengapa mereka untuk memecahkan masalah  yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari
Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapannya :
a.       Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana
b.      Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berfikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan
c.       Pengamatan autenik. Dimaksudkan untuk menemukan solisi yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan experimen, membuat inferensi dan menarik kesimpulan.
d.      Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat prodak hasil pengamatan, prodak ini bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan di demonstrasikan kepada orang lain
e.       Kolaborasi, dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
2.    Menurut anda apa yang melatarbelakangi munculnya Blanded Learning, dan apa kelebihan dan kelemahannya!
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu cepat, sehingga menuntut sumber daya manusia yang bisa tanggap akan perkembangan tersebut. Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuannya (komptensi guru) dalam menguasai materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi secara profesional dan efektif. Faktor-faktor tersebut sudah diatur dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Bab IV Bagian Kesatu Pasal 10 yakni, “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.” Kompotensi-kompotensi tersebut dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2007. Dalam kompetensi pedadogik, salah satunya poinnya adalah seorang guru harus menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Penguasaan meliputi kompetensi guru dalam menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.
Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran tidak begitu saja diterapkan dalam suatu pembelajaran. Semua itu tentunya didasari oleh teori belajar yang dianut mereka. Teori belajar muncul dari definisi belajar yang diungkapkan oleh para ahli. Salah satunya definisi belajar yang diungkapkan oleh Hilgard dalam Sanjaya (2009:235-235): “Learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural enviroment) as distinguished from change by factors not atributable and training”. Menurutnya belajar adalah sebuah proses dimana terdapat perubahan perilaku dari seseorang melalui latihan baik itu latihan di lab (tempat yang dikhususkan untuk proses belajar mengajar, kelas) maupun latihan di lingkungan alamiahnya. Beranjak dari konsep belajar yang menjelaskan tentang perilaku, ada dua kelompok/aliran teori belajar, yakni aliran behavioristik dan aliran kognitif. Pembelajaran jarak jauh secara definisi dan metode berbeda dengan pembelajaran berbasis web. Akan tetapi banyak kesamaan dalam beberapa hal, seperti sarana penunjang dalam proses pembelajaran (penggunaan ICT), pengelolaan khusus (berbeda dengan pembelajaran konvensional) baik untuk siswa maupun instruktur (guru). Materi pembelajaran dalam pembelajaran jarak jauh dikirimkan lewat pos (model lama) dan atau dikirimkan melalui email (model baru) tanpa tatap muka langsung di antara instruktur (guru) dan siswanya. Sementara itu pembelajaran berbasis web (web-based learning) materi pembelajaran disampaikan dalam Web browser, termasuk ketika materi dikemas dalam CD-ROM atau media lain. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswanya dalam pembelajaran berbasis web dimediasi oleh web, sehingga interaksi yang terlihat sepertinya hanya antara siswa dan web atau CD (sekarang DVD). Istilah pembelajaran berbasis web (web-based learning)  terkadang dikatakan sama dengan online learning seperti definisi yang diungkapkan oleh Tsai dan Machado di atas, oleh karena itu dalam beberapa artikel keduanya istilah tersebut bersinonim. Hal ini juga diungkapkan oleh Trombley & Lee (2002) dimana,” web based learning and online learning are used as synonim and web-based learning is defined as learning that is delivered wholly or in part via the Internet or an Intranet. Web-based learning is only one form of e-learning and only one form of distance learning. E-learning covers all learning with electronic technology and distance learning is all learning when students are not required to be physically present at a specific location during the term (Luik, 2006).
Istilah lain dalam pembelajaran yang menggunakan aplikasi ICT (komputer dan internet) dikenal dengan nama Blended Learning. Model Blended Learning ini muncul ketika Kerres dan Witt (2003) menyatakan bahwa web-based learning dapat dikombinasikan dengan face-to-face learning (Luik, 2006). Definini Web-based learning sudah dijelaskan sebelumnya, sementara itu menurut Alessi and Trollip (2001) face-to-face learning atau web-based courses atau on-site learning adalah pembelajaran menggunakan sumber belajar web dengan tatap muka antara guru dan siswanya yang dilakukan di ruang kelas (Luik, 2006).
Pembelajaran berbasis web dikatakan bermakna karena menurut Rivai dan Murni (2009: 449), salah satu dari emapt komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan penggunaan model pembelajaran dengan web adalah murid dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar murid mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Dalam sejarahnya penggunaan komputer didominasi oleh laki-laki (Irwin, 200; Young 2003) dan software pendidikan juga umumnya didesain oleh laki-laki, maka cenderung  lebih pada gaya pembelajaran untuk laki-laki. Hal itu diungkapkan oleh Joiner (1998); Pasig & Levin (2000) dalam Luik (2006). Beranjak dari sejarah tersebut bisa saja menimbulkan perbedaan pandangan diantara laki-laki dan perempuan terhadap lingkungan pembelajaran berbasis web.
Berdasarkan beberapa studi yang ada, penggunaan web dalam pembelajaran umumnya diterapkan di sekolah-sekolah tinggi atau universitas untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Klasifikasi Blended Learning ada 2 macam :
1.      Blended learning tidak sinkron (Asynchronous)
Dalam format ini komunikasi elektronik digunakan dalam format asinkron dan sinkron. Kehadiran pengajar yang kadang-kadang, dimana beberapa pertemuan dilakukan dengan kehadiran fisik (yaitu tatap kelas-muka) dan pada pertemuan yang dilakukan tanpa kehadiran pengajar (asynchronous). Kehadiran fisik pengajar mirip dengan  mirip dengan kelas tatap muka tradisional, dimana baik pengajar maupun pembelajar secara fisik hadir di kelas. Contoh tipe ini, isi pembelajaran disampaikan kadang-kadang melalui pertemuan tatap muka dan melalui teknologi e-learning yang dilakukan secara tidak sinkron.
2.      Blended learning sinkron (Synchronous)
Dalam format ini pembelajar dan pengajar selalu bertemu disaat yang sama, kadang-kadang secara fisik dan waktu lainnya melalui tatap muka maya. Contoh tipe ini adalah tempat pembelajar dan pengajar menggunakan kelas untuk beberapa waktu  dan menggunakan live audio/video untuk pertemuan maya. Dalam blended/hibrida learning, kehadiran fisik dan virtual dapat di kombinasi/dicampur dengan format tidak sinkron dan sinkron, jumlah waktu tatap muka dapat sangat bervariasi dari program pembelajaran yang satu ke program yang lainnya. Beberapa kali melakukan pertemuan kelas tatap muka pertama dan terakhir dalam satu semester.
Penerapan Blended Learning dalam pembelajaran dan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan
Tujuan penerapan Blended Learning adalah untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih baik dimana metode konvensional memungkinkan untu yang lebih baik dimana metode konvensional memungkinkan untuk melakukan pembelajaran secara interaktiv sedangkan metode online dapat memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga dapat dicapai pembelajaran yang maksimal.
Dengan demikian diharapkan penerapan Blended Learning dapat sesuai dengan kebutuhan siswa, secara spesifik dalam pendidikan guru Blended E-Learning memiliki makna sebagai berikut :
a.       Blended E-Learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan-pelatihan tentang materi keguruan baik substansi mata pelajaran, maupun ilmu pendidikan secara online.
b.      Blended E-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku text, CD-ROM dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi
c.       Blended E-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan conten dan pengembangan teknologi pendidikan
d.      Kapasitas guru sangat bervariasi tergantung pada banyak isi penyampaiannya. Semakin baik keselarasan antar konten dan alat penyampaian dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik
e.       Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Dimana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa, atau guru sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler
f.       Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan  komputer network)
g.      Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning matherials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
h.      Memanfaatkan jadwal pelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Salah satu bentuk aktifitas model pembelajaran pada Blended Learning adalah individuallized learning yaitu peserta didik dapat belajar mandiri dengan cara mengakses informasi materi atau pelajaran secara online via  internet. Bukan berarti belajar sendiri tetapi belajar mandiri secara berinisiatif dengan ataupuntanpa bantuan orang lain dalam belajar.
Belajar madiri sebagai metode dapat didefinisikan sebagai suatu pembelajaran yang mempromosikan pembelajar sebagai penanggung jawab, pemegang kendali, pengambil keputusan atau pengambil inisiatif dalam memenuhi dan mencapai keberhasilan belajarnya sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain. Jadi karakteristik belajar mandiri adalah tanggung jawab dalam mengendalikan belajarnya sendiri berada di tangan pembelajar.
Manfaat Blended Learning
Keuntungan yang diperoleh dengan manfaat pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan atau pelatihan adalah
a.         Memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan
b.        Efisiensi biaya
c.         Hasil yang optimal
d.        Menyesuaikan berbagai kebutuhan pembelajar
e.         Meningkatkan daya tarik pembelajaran
f.         Meningkatkan hasil belajar
g.        Meningkatkan hubungan komunikasi pada tiga mode pembelajaran
h.        Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan guru atau peserta didik lain di luar jam tatap muka
i.          Meningkatkan aksesbilitas, dengan adanya blended learning maka peserta didik semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran
     Kelemahan Blended Learning
Kelemahan yang diperoleh pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan atau pelatihan adalah
a.         Kurangnya pengetahuan dalam memadukan teknologi dan pembelajaran yang merupakan tantangan bagi pengajar
b.        Kita juga perlu mempertimbangkan ini karena dampaknya pada peserta didik. Misalnya, untuk modul  video conference.  membutuhkan pelajar atau guru   untuk beradaptasi seperti  waktu, pedoman, dan bahkan demo singkat  perlu diberikan
c.         Dari tahap awal dalam merancang biaya harus dimasukkan  sejalan dengan  jaminan kualitas dan  efektifitas pembelajaran karena tanpa kontrol, biaya akan meningkat
d.        Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung
e.         Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer dan akses internet
f.         Membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat memaksimalkan potensi dari blended learning
3.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan e-learning, kemudian coba anda buatkan bahan ajar melalui e-learning untuk satu kali tatap muka!
Pembelajaran online (e-learning) merupakan hasil dari suatu pembelajaran yang disampaikan secara elektronik dengan menggunakan komputer dan media berbasis komputer.
Bahannya biasa sering di akses  melalui sebuah jaringan, sumbernya berasal dari website, internet, intranet, CD-ROM dan DVD. E-learning tidak hanya mengakses informasi (misalnya halaman web), tetapi membimbing peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang spesifik misalnya tujuan.
Manfaat belajar E-learning  
a.    Dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja
b.    Lebih menghemat biaya dan waktu
c.    Standar materi terjamin dengan baik
d.   Memperkuat pembelajaran dalam kelas
e.    Kuota peserta tidak terbatas
Keuntungan menggunakan E-learning
a.       Flexible
b.      Menghemat waktu proses belajar mengajar
c.       Mengurangi biaya perjalanan, biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan,buku-buku)
d.      Menjangkau wilayah geografis yang luas
Aspek penting dalam belajar E-learning
a.       Menciptakan solusi belajar formal dan informal
-       Just in time             : tersedia untuk pengguna ketika mereka membutuhkannya untuk menyelesaikan tugasnya
-       On demand             : tersedia setiap saat
-       Bite sized                : tersedia dalam ukuran kecil agar dapat digunakan secara cepat
b.      Menyediakan akses keberbagai macam sumber pelajaran, baik itu konten maupun manusia
c.       Mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama
d.      E-learning membawa pelajaran ke pelajar bukan pelajar ke pembelajaran
A.    Bahan ajar E- learning dengan Quipper School
Quipper School Link adalah tempat dimana guru dapat mengelola kelas secara online dan melihat perkembangan siswa. Di bawah ini adalah hal-hal menakjubkan yang dapat dilakukan guru saat menggunakan Quipper School Link:
·       Mengirim tugas dan ujian - Manfaatkan ribuan materi dan soal yang sesuai dengan kurikulum, untuk dijadikan tugas bagi seluruh siswa Anda di kelas atau beberapa grup siswa.
·       Membuat konten edukasi - Jika ada yang kurang atau hilang, guru dapat mengubah konten yang sudah tersedia atau membuat materi dan soal baru dari awal.
·       Melihat dan mengunduh analisa - Perkembangan siswa tersambung secara langsung antara LEARN dan LINK, sehingga guru dapat mengakses pusat informasi mengenai tingkat pengerjaan, pencapaian, kekuatan dan kelemahan siswa.
·       Bekerja sendiri atau bersama-sama - LINK didesain sehingga memudahkan guru untuk mengelola kelasnya sendiri, atau berkolaborasi dengan dua guru atau lebih, pada kelas atau sekolah yang sama.
Quipper School Learn adalah tempat dimana siswa belajar. Platform ini dipenuhi dengan fitur yang membuat belajar selalu terasa aman dan menyenangkan:
·       Tugas dan pembelajaran umum - Siswa dapat mengerjakan topik tertentu yang dianjurkan oleh guru, atau belajar materi apapun dari kurikulum secara mandiri.
·       Fitur pesan - Siswa dan guru dapat terus berkomunikasi menggunakan layanan pesan kami, yang memudahkan siswa untuk mengemukakan soal atau topik tertentu yang mereka rasa sulit dan perlu pendampingan.
·       Fitur seperti games - LEARN memberikan hadiah kepada siswa berupa koin yang dapat ditukarkan dengan tema, sehingga siswa dapat menyesuaikan lingkunan belajar yang mereka inginkan. Siswa juga dapat melihat bagaimana proses teman sekelasnya pada tampilan Kronologi.

Cara Mendaftar Quipper School untuk Siswa

Untuk mengetahui langkah-langkah dalam mendaftar di Quipper School silahkan simak tutorial berikut ini  :

1. Langkah pertama Cara mendaftar Quipper School untuk siswa

Buka website Quipper School di tab browsermu silahkan daftar melalui link Quipper School www.quipperschool.com

2. Langkah kedua Cara mendaftar Quipper School untuk siswa

Jika sudah terbuka seperti gambar dibawah, kemudian pilih " Portal Siswa "

3. Langkah ketiga Cara mendaftar Quipper School untuk siswa

Langkah selanjutnya adalah melakukan pendaftaran,
     Pada tahap ini ada 2 alternatif yang bisa anda gunakan untuk mendaftar Quipper School yaitu bisa mendaftar langsung dengan akun facebook kamu dengan mengkilik "Daftar dengan Facebook" (pastinya anda sudah login terlebih dahulu dengan akun facebook anda), alternatif kedua jika anda tidak ingin mendaftar dengan akun facebook anda bisa mendaftar langsung dengan mengisi form pendaftarn dengan mengklik "Daftar dengan Akun Quipper School LEARN",
     Lihat gambar dibawah untuk lebih jelasnya !

4. Langkah keempat Cara mendaftar Quipper School untuk siswa

Selanjutnya akan muncul form pendaftaran yang harus anda isi, Pada  tahap pengisian form hal yang harus diperhatikan adalah:
a.    "Nama Depan" : diisi dengan nama pertama kamu,
b.     "Nama Belakang": diisi dengan nama kedua (misalkan nama kamu Budi Santoso, jadi nama depan diisi dengan Budi sedangkan nama belakang diisi dengan Santoso), selanjutnya 
c.    "Nama Pengguna" : diisi dengan nama unik yang gampang kamu ingat bisa menggunkan nama panggilan atau nama kreen yang sesuai dengan keinginan kamu, Selanjutnya 
d.   "Kata Sandi": diisi dengan password yang mudah kamu ingat, bisa menggunakan angka atau kombinasi dengan angka dan huruf, selanjutnya 
e.    "Tulis Ulang Kata Sandi" : diisi sama dengan kata sandi yang kamu buat diatas.

 5. Langkah kelima Cara mendaftar Quipper School untuk siswa

Setelah mengisi form pendaftaran tinggal mengisi kode kelas yang sudah diberikan oleh Bapak/Ibu Guru kalian yang terdiri dari 7 karakter kombinasi antara huruf dan angka.
Jika sudah selesai mendaftar saatnya untuk mengerjakan tugas yang sudah diberikan oleh Bapak/Ibu Guru.
Penugasan Online Gratis Dengan Quipper School Untuk Guru SMA Kelas X - XII
Salah satu media belajar yang memudahkan siswa untuk itu adalah sebuah situs dengan nama Quipper School yang berbasis di Amerika, untuk Asia Tenggara berkantor di Manila, Philipina. Anda bisa mengaksesnya di bawah ini
1.         http://link.quipperschool.com (untuk guru)
2.         http://learn.quipperschool.com  (untuk siswa)
Untuk dapat mengakses website ini tentu saja guru harus mendaftarkan diri, setelah proses pendaftaran selesai, guru bisa membuat kelas sesuai kelasnya mengajar. Proses yang relatif cepat jika layanan internetnya lancar. Guru dapat mencetak kode aktivasi untuk siswa, kode ini diperlukan siswa untuk mengaksesnya seelah melalui proses pendaftaran. Selain membuat kelas, guru juga bisa membuat tugas sesuai materi yang diajarkan. Materi dalam situs ini sudah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di Indonesia ( KTSP atau K13 ). Karena guru sudah membuat kelas secara otomatis tugas yang dibuat akan berhubungan langsung dengan kelas tersebut.
Berikut contohnya:
Ruang materi dari kelas X mata pelajaran ekonomi :
Di bawah ini merupakan contoh tugas yang diberikan guru kepada siswa di kelas X IPA 2 :
 
Report kelas X IPA 2, tugas 1 materi manajemen :
Report tiap siswa untu tugas 1 materi manajemen : 

Kelebihan dari media belajar ini selain materi dan soal sudah lengkap berikut penilaiannya, bagi siswa juga dapat mengerjakannya dengan media smatrphone, komputer di rumah atau di warung telekomunikasi. Selain itu kelebihan situs ini adalah mudahnya mengakses, tidak harus dengan komputer kerja seperti di warnet atau di rumah maupun di laboratorium komputer sekolah, cukup dengan handphone sejenis tablet atau smartphone siswa sudah bisa mengerjakan tugas-tugasnya dimana saja.
B.     Bahan ajar E-learning dengan Web log (blog)
Berikut adalah web yang saya gunakan untuk mengajar selain dikelas, Web yang saya gunakan adalah http://diah-learning.blogspot.com
·         Halaman utama tanggal 13 september 2015 Silabus Mata Kuliah Sistem Perkantoran


·           Materi Sistem Perkantoran, Pengertian sistem perkantoran

·      Untuk pengiriman tugas E-learning melalui email : diahafriantirahayu@gmail.com






Daftar Pustaka

Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem BasedLearning: a Review of The Literature on Outcomes and Implementation Issues. Journal of Academic Medicine
Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem BasedLearning: an Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing
Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Dr. Mulyadi. M.pd. Ph.D. Bahan Kuliah Teknologi Informasi dan komunikasi Dalam Pendidikan. Magister Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Islam As-syafi’iyah, Jakarta 2015
Dziuban Charles D.; Hartman, Joel L.; dan Moskal, Patsy D. (2004). Blended Learning. Tersedia [online] http://net.educause.edu/ir/library/pdf/ERB0407.pdf  [26 Januari 2016]