1.
Apa
itu problem Based Learning! Kemudian bagaimana penerapannya dalam mata
pelajaran yang anda ajar serta apa kendala-kendala yang anda hadapi dalam
penerapannya!
Problem Based Learning (PBL) merupakan
suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana
belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan
dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik
pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada
peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang
berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan..
Ada
lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL)
yaitu:
a. Permasalahan sebagai kajian.
b. Permasalahan sebagai penjajakan
pemahaman
c. Permasalahan sebagai contoh
d. Permasalahan sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari proses
e. Permasalahan sebagai stimulus
aktivitas otentik
Peran
guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Guru sebagai pelatih
|
Peserta didik sebagai problem solver
|
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi
|
o
Asking
about thinking (bertanya tentang pemikiran)
o
memonitor pembelajaran
o
probbing
( menantang peserta didik untuk
berfikir )
o
menjaga agar peserta didik terlibat
o
mengatur dinamika kelompok
o
menjaga
berlangsungnya proses
|
o
peserta
yang aktif
o
terlibat langsung dalam pembelajaran
o
membangun pembelajaran
|
o
menarik untuk dipecahkan
o
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang
dipelajari
|
Tujuan
dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1)
Keterampilan
berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini
ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2)
Pemodelan
peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah
penting menjembatani antara pembelajaran
sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar
sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan
adalah :
·
PBL
mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
·
PBL
memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan
yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati
tersebut.
·
PBL
melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
femannya tentang fenomena itu.
3)
Belajar
Pengarahan Sendiri (self directed
learning)
Pembelajaran berbasis masalah
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa
yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah
bimbingan guru.
Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal
sebagai berikut :
a. Kurikulum
: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu
strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
b. Responsibility
: PBL menekankan responsibility dan answerability para
peserta didik ke diri dan panutannya.
c. Realisme : kegiatan peserta didik
difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas
ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.
d. Active-learning
: menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik
untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi
proses pembelajaran yang mandiri.
e. Umpan
Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik
menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran
berdasarkan pengalaman.
f. Keterampilan
Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan
saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar
seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
g. Driving
Questions :PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu
peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip
dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
h. Constructive
Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan
pengetahuan para peserta didik.
i.
Autonomy :proyek menjadikan aktifitas peserta
didik sangat penting.
Berikut adalah Contoh hasil penelitian berkaitan
dengan model PBL.
Wagiran, dkk, 2010,Pengembangan Pembelajaran Model
Problem Based Learning Dengan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam Matadiklat Measuring Bagi Peserta didik SMK (Hibah Bersaing Perguruan Tinggi),
2010: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian
dirancang dalam tiga tahap dalam kurun waktu 3 tahun. Pada tahun pertama
penelitian bertujuan untuk merancang, membuat dan mengembangkan media
pembelajaran berbantuan komputer berikut perangkatnya dalam mendukung model
pembelajaran PBL-PBK. Pada tahun kedua,
penelitian ini bertujuan untuk menerapkan dan menguji model pembelajaran
PBL-PBK dalam lingkup luas sekaligus melihat efektivitasnya. Pada tahun ketiga,
penelitian ini memfokuskan pada tahap sosialisasi model pembelajaran PBL-PBK
dalam lingkup yang lebih luas.
Penelitian
dirancang menggunakan pendekatan
Research and Development Sumber data
dalam penelitian ini meliputi kalangan industri permesinan, perumus kebijakan,
kepala sekolah, guru, peserta didik, dan ahli pendidikan. Penerapan model
direncanakan di 5 SMK dengan metode eksperimen. Data dikumpulkan dengan teknik
observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara
kuantitatif yaitu deskriptif, dan
komparatif.
Hasil
yang diperoleh pada penelitian ini adalah diperolehnya kompetensi Measuring dan
diperolehnya media pembelajaran berbantuan komputer dalam mendukung
pembelajaran PBL-PBK yang teruji. Hasil evaluasi ahli tentang kualitas media
dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,38 (dalam kategori baik), dari
kualitas tampilan menunjukkan skor 3,04 (dalam kategori baik), sedangkan dari
sisi pengorganisasian materi penunjukan skornya adalah: konsistensi sebesar
2,92 (cukup baik), format sebesar 3,13 (baik), pengorganisasian sebesar 3,25
(baik), bentuk dan ukuran huruf sebesar 2,63 (cukup baik). Hasil uji kelayakan(ujicoba) kepada peserta didik
menunjukkan bahwa kualitas media dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,28
(dalam kategori baik), dari kualitas tampilan dan daya tarik menunjukkan skor 3,30 (dalam kategori baik),
sedangkan dari sisi pengorganisasian materi penunjukan skornya adalah: sebesar
3,22 (baik) Dengan demikian media berbantuan komputer dalam matadiklat
measuring layak untuk diterapkan.
Media berbantuan komputer yang disusun telah memnuhi
aspek kelayakan baik dari segi teoritis maupun dari segi empiris. Tedapat tiga
pola implementasi pembelajaran menggunakan media berbantuan komputer yaitu: (a)
sebagai media tayamg, (b) sebagai media pendukung praktek, dan (c) sebagai
media pembelajaran individual dan interaktif.
Langkah-langkah Operasional Imlementasi dalam Proses
Pembelajaran
Pembelajaran suatu materi
pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis model dilaksanakan dengan cara
mengikuti lima langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya
disesuaikan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
a. Konsep Dasar (Basic Concept)
b.
Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
c.
Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
d.
Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
e.
Penilaian (Assessment)
Contoh Penerapan
Tahapan-Tahapan Model PBL
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada masalah
|
·
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yg dibutuhkan
·
Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam
pemecahan masalah yang dipilih
|
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik
|
Membantu peserta didik mendefinisikan
danmengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
|
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
|
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan
teman
|
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
|
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja
|
Fase 1: Mengorientasikan peserta
didik pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan
dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru.
serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini
sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti
dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan
dalam proses ini, yaitu:
1. Tujuan utama pengajaran tidak untuk
mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar
bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta
didik yang mandiri,
2. Permasalahan dan pertanyaan yang
diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit
atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,
3. Selama tahap penyelidikan (dalam
pengajaran ini), peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun
peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan
4. Selama tahap analisis dan
penjelasan, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara
terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru
atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada
penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan peserta
didik untuk belajar
Disamping mengembangkan ketrampilan
memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar
berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing
antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk
kelompok-kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan
memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik
dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti:
kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang
efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan
mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika
kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan
pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan
peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas
penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan
agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan
dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap
permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu penyelidikan
mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL.
Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang
berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni
pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan
pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat
penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka
betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri. Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan
pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam
informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat
dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan
cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki,
selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis,
penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong
peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide
tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik
berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang
kualitas informasi yang dikumpulkan.
Fase 4:
Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan
menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar
laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan
pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah
dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya
kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berfikir peserta didik. Langkah
selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai
organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta
didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat
menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan evaluasi proses
pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam
PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan
mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan
intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik
untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses
kegiatan belajarnya
Sistem Penilaian
Penilaian yang relevan dalam
PBL antara lain sebagai berikut:
a.
Penilaian
kinerja peserta didik.
Pada penilaian kinerja ini, peserta
didik diminta untuk unjuk kerja atau mendemonstrasikan kemampuan melakukan
tugas-tugas tertentu, seperti menulis karangan, melakukan suatu eksperimen,
menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah, memainkan suatu lagu, atau
melukis suatu gambar.
b.
Penilaian
portofolio peserta didik.
Penilaian portofolio adalah
penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu periode tertentu.
c.
Penilaian
potensi belajar.
Penilaian yang diarahkan untuk
mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur kemampuan yang dapat
ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang lebih maju.
d.
Penilaian
usaha kelompok.
Penilaian dan evaluasi yang sesuai
dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang
dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan
hasil pekerjaan secara bersama-sama.
Penilaian proses dapat digunakan
untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut, penilaian ini antara lain:
1).assesment kerja, 2). assesment autentik dan 3). portofolio. Penilaian proses
bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana peserta didik merencanakan
pemecahan masalah, melihat bagaimana peserta didik menunjukkan pengetahuan dan
keterampilannya.
Dengan kemampuan atau kecakapan
tersebut diharapkan peserta didik akan mudah beradaptasi. Dasar pemikiran
pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai dengan pandangan
kontruktivis yang menekankan kebutuhan peserta didik untuk menyelidiki
lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna.
Tahap evaluasi pada PBM terdiri atas
tiga hal :
1. Bagaimana peserta didik dan
evaluator menilai produk (hasil akhir) proses
2. Bagaimana mereka menerapkan
tahapan PBM untuk bekerja melalui masalah
3. Bagaimana
peserta didik akan menyampaikan pengetahuan hasil pemecahan akan masalah atau
sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka belajar menyampaikan hasil-hasil
penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam,
misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk
penyajian formal lainnya.
Sebagian dari evaluasi memfokuskan
pada pemecahan masalah oleh peserta didik maupun dengan cara melakukan proses
belajar kolaborasi (bekerja bersama pihak lain).
Kelebihan menggunakan PBL, antara
lain;
a.
Dengan
PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik
berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan;
b.
Dalam
situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan;
dan
c.
PBL
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kelemahan menggunakan PBL, antara
lain;
a. Manakala
peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk di
pecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan
c. Tanpa
pemahaman mengapa mereka untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak
akan belajar apa yang mereka ingin pelajari
Adapun kendala-kendala yang
dihadapi dalam penerapannya :
a. Permasalahan
autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata
yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban
yang sederhana
b. Fokus
interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berfikir struktural dan
belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan
c. Pengamatan
autenik. Dimaksudkan untuk menemukan solisi yang nyata. Peserta didik
diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan
hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melaksanakan experimen, membuat inferensi dan menarik kesimpulan.
d. Produk.
Peserta didik dituntut untuk membuat prodak hasil pengamatan, prodak ini bisa
berupa kertas yang dideskripsikan dan di demonstrasikan kepada orang lain
e. Kolaborasi,
dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
2.
Menurut
anda apa yang melatarbelakangi munculnya Blanded
Learning, dan apa kelebihan dan kelemahannya!
Latar
Belakang
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu cepat, sehingga menuntut
sumber daya manusia yang bisa tanggap akan perkembangan tersebut. Keberhasilan
seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi
oleh kemampuannya (komptensi guru) dalam menguasai materi yang akan
disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga
ia mampu menyampaikan materi secara profesional dan efektif. Faktor-faktor
tersebut sudah diatur dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Bab
IV Bagian Kesatu Pasal 10 yakni, “Kompetensi
guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.” Kompotensi-kompotensi tersebut
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2007. Dalam kompetensi
pedadogik, salah satunya poinnya adalah seorang guru harus menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Penguasaan meliputi
kompetensi guru dalam menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang
diampu.
Pendekatan,
strategi, metode dan teknik pembelajaran tidak begitu saja diterapkan dalam
suatu pembelajaran. Semua itu tentunya didasari oleh teori belajar yang dianut
mereka. Teori belajar muncul dari definisi belajar yang diungkapkan oleh para
ahli. Salah satunya definisi belajar yang diungkapkan oleh Hilgard dalam
Sanjaya (2009:235-235): “Learning is the
process by which an activity originates or changed through training procedures
(whether in the laboratory or in the natural enviroment) as distinguished from
change by factors not atributable and training”. Menurutnya belajar adalah
sebuah proses dimana terdapat perubahan perilaku dari seseorang melalui latihan
baik itu latihan di lab (tempat yang dikhususkan untuk proses belajar mengajar,
kelas) maupun latihan di lingkungan alamiahnya. Beranjak dari konsep belajar
yang menjelaskan tentang perilaku, ada dua kelompok/aliran teori belajar, yakni
aliran behavioristik dan aliran kognitif. Pembelajaran jarak jauh secara
definisi dan metode berbeda dengan pembelajaran berbasis web. Akan tetapi
banyak kesamaan dalam beberapa hal, seperti sarana penunjang dalam proses
pembelajaran (penggunaan ICT), pengelolaan khusus (berbeda dengan pembelajaran
konvensional) baik untuk siswa maupun instruktur (guru). Materi pembelajaran
dalam pembelajaran jarak jauh dikirimkan lewat pos (model lama) dan atau
dikirimkan melalui email (model baru) tanpa tatap muka langsung di antara
instruktur (guru) dan siswanya. Sementara itu pembelajaran berbasis web (web-based learning) materi pembelajaran
disampaikan dalam Web browser, termasuk ketika materi dikemas dalam CD-ROM atau
media lain. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswanya dalam pembelajaran
berbasis web dimediasi oleh web, sehingga interaksi yang terlihat sepertinya
hanya antara siswa dan web atau CD (sekarang DVD). Istilah pembelajaran
berbasis web (web-based learning)
terkadang dikatakan sama dengan online learning seperti definisi yang
diungkapkan oleh Tsai dan Machado di atas, oleh karena itu dalam
beberapa artikel keduanya istilah tersebut bersinonim. Hal ini juga diungkapkan
oleh Trombley & Lee (2002)
dimana,” web based learning and online
learning are used as synonim and web-based
learning is defined as learning that is delivered wholly or in part via the
Internet or an Intranet. Web-based learning is only one form of e-learning and
only one form of distance learning. E-learning covers all learning with
electronic technology and distance learning is all learning when students are
not required to be physically present at a specific location during the term
(Luik, 2006).
Istilah lain
dalam pembelajaran yang menggunakan aplikasi ICT (komputer dan internet)
dikenal dengan nama Blended Learning. Model
Blended Learning ini muncul ketika
Kerres dan Witt (2003) menyatakan bahwa web-based
learning dapat dikombinasikan dengan face-to-face
learning (Luik, 2006). Definini Web-based
learning sudah dijelaskan sebelumnya, sementara itu menurut Alessi
and Trollip (2001) face-to-face learning atau web-based
courses atau on-site learning adalah
pembelajaran menggunakan sumber belajar web dengan tatap muka antara guru dan
siswanya yang dilakukan di ruang kelas (Luik, 2006).
Pembelajaran
berbasis web dikatakan bermakna karena menurut Rivai dan Murni (2009: 449),
salah satu dari emapt komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan
penggunaan model pembelajaran dengan web adalah murid dituntut secara mandiri
dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar murid mampu
mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Dalam
sejarahnya penggunaan komputer didominasi oleh laki-laki (Irwin, 200; Young
2003) dan software pendidikan juga umumnya didesain oleh laki-laki, maka
cenderung lebih pada gaya pembelajaran
untuk laki-laki. Hal itu diungkapkan oleh Joiner (1998); Pasig & Levin
(2000) dalam Luik (2006). Beranjak dari sejarah tersebut bisa saja menimbulkan
perbedaan pandangan diantara laki-laki dan perempuan terhadap lingkungan
pembelajaran berbasis web.
Berdasarkan beberapa
studi yang ada, penggunaan web dalam pembelajaran umumnya diterapkan di
sekolah-sekolah tinggi atau universitas untuk menghasilkan pembelajaran yang
efektif dan bermakna.
Klasifikasi Blended Learning ada 2
macam :
1.
Blended
learning tidak sinkron (Asynchronous)
Dalam format ini
komunikasi elektronik digunakan dalam format asinkron dan sinkron. Kehadiran
pengajar yang kadang-kadang, dimana beberapa pertemuan dilakukan dengan
kehadiran fisik (yaitu tatap kelas-muka) dan pada pertemuan yang dilakukan
tanpa kehadiran pengajar (asynchronous).
Kehadiran fisik pengajar mirip dengan
mirip dengan kelas tatap muka tradisional, dimana baik pengajar maupun
pembelajar secara fisik hadir di kelas. Contoh tipe ini, isi pembelajaran
disampaikan kadang-kadang melalui pertemuan tatap muka dan melalui teknologi
e-learning yang dilakukan secara tidak sinkron.
2.
Blended
learning sinkron (Synchronous)
Dalam format ini
pembelajar dan pengajar selalu bertemu disaat yang sama, kadang-kadang secara
fisik dan waktu lainnya melalui tatap muka maya. Contoh tipe ini adalah tempat
pembelajar dan pengajar menggunakan kelas untuk beberapa waktu dan menggunakan live audio/video untuk
pertemuan maya. Dalam blended/hibrida learning, kehadiran fisik dan virtual
dapat di kombinasi/dicampur dengan format tidak sinkron dan sinkron, jumlah
waktu tatap muka dapat sangat bervariasi dari program pembelajaran yang satu ke
program yang lainnya. Beberapa kali melakukan pertemuan kelas tatap muka
pertama dan terakhir dalam satu semester.
Penerapan
Blended Learning dalam pembelajaran
dan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan
Tujuan penerapan Blended Learning adalah untuk
mendapatkan pembelajaran yang lebih baik dimana metode konvensional
memungkinkan untu yang lebih baik dimana metode konvensional memungkinkan untuk
melakukan pembelajaran secara interaktiv sedangkan metode online dapat
memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga dapat
dicapai pembelajaran yang maksimal.
Dengan demikian diharapkan
penerapan Blended Learning dapat
sesuai dengan kebutuhan siswa, secara spesifik dalam pendidikan guru Blended E-Learning memiliki makna sebagai
berikut :
a.
Blended
E-Learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi,
pendidikan, pelatihan-pelatihan tentang materi keguruan baik substansi mata
pelajaran, maupun ilmu pendidikan secara online.
b. Blended E-Learning
menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara
konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku text, CD-ROM dan
pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
globalisasi
c. Blended E-Learning
tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan conten dan pengembangan
teknologi pendidikan
d. Kapasitas
guru sangat bervariasi tergantung pada banyak isi penyampaiannya. Semakin baik
keselarasan antar konten dan alat penyampaian dengan gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih
baik
e. Memanfaatkan
jasa teknologi elektronik. Dimana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa, atau
guru sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi
oleh hal-hal yang protokoler
f. Memanfaatkan
keunggulan komputer (digital media dan
komputer network)
g. Menggunakan
bahan ajar bersifat mandiri (self
learning matherials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru
dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
h. Memanfaatkan
jadwal pelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan
dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Salah satu bentuk aktifitas model pembelajaran pada Blended Learning adalah individuallized learning yaitu peserta
didik dapat belajar mandiri dengan cara mengakses informasi materi atau
pelajaran secara online via internet.
Bukan berarti belajar sendiri tetapi belajar mandiri secara berinisiatif dengan
ataupuntanpa bantuan orang lain dalam belajar.
Belajar madiri sebagai metode dapat didefinisikan
sebagai suatu pembelajaran yang mempromosikan pembelajar sebagai penanggung
jawab, pemegang kendali, pengambil keputusan atau pengambil inisiatif dalam
memenuhi dan mencapai keberhasilan belajarnya sendiri dengan atau tanpa bantuan
orang lain. Jadi karakteristik belajar mandiri adalah tanggung jawab dalam
mengendalikan belajarnya sendiri berada di tangan pembelajar.
Manfaat
Blended Learning
Keuntungan yang diperoleh dengan manfaat
pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan atau pelatihan adalah
a.
Memperluas jangkauan
pembelajaran/pelatihan
b.
Efisiensi biaya
c.
Hasil yang optimal
d.
Menyesuaikan berbagai kebutuhan
pembelajar
e.
Meningkatkan daya tarik pembelajaran
f.
Meningkatkan hasil belajar
g.
Meningkatkan hubungan komunikasi pada
tiga mode pembelajaran
h.
Peserta didik dapat melakukan diskusi
dengan guru atau peserta didik lain di luar jam tatap muka
i.
Meningkatkan aksesbilitas, dengan adanya
blended learning maka peserta didik semakin mudah dalam mengakses materi
pembelajaran
Kelemahan Blended Learning
Kelemahan yang diperoleh pembelajaran berbasis
blended bagi lembaga pendidikan atau pelatihan adalah
a.
Kurangnya pengetahuan dalam memadukan
teknologi dan pembelajaran yang merupakan tantangan bagi pengajar
b.
Kita juga perlu mempertimbangkan ini
karena dampaknya pada peserta didik. Misalnya,
untuk modul video conference. membutuhkan
pelajar atau guru untuk beradaptasi seperti waktu,
pedoman, dan bahkan demo singkat perlu
diberikan
c.
Dari tahap awal dalam merancang biaya harus dimasukkan sejalan dengan jaminan kualitas dan efektifitas pembelajaran karena tanpa
kontrol, biaya akan meningkat
d.
Media yang dibutuhkan sangat beragam,
sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung
e.
Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki
peserta didik, seperti komputer dan akses internet
f.
Membutuhkan strategi pembelajaran yang
tepat untuk dapat memaksimalkan potensi dari blended learning
3.
Jelaskan
apa yang dimaksud dengan e-learning,
kemudian coba anda buatkan bahan ajar melalui e-learning untuk satu kali tatap
muka!
Pembelajaran online (e-learning) merupakan hasil dari suatu
pembelajaran yang disampaikan secara elektronik dengan menggunakan komputer dan
media berbasis komputer.
Bahannya biasa sering di akses melalui sebuah jaringan, sumbernya berasal
dari website, internet, intranet, CD-ROM dan DVD. E-learning tidak hanya mengakses informasi (misalnya halaman web),
tetapi membimbing peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang spesifik
misalnya tujuan.
Manfaat
belajar E-learning
a. Dapat
dilakukan kapan saja dan dimana saja
b. Lebih
menghemat biaya dan waktu
c. Standar
materi terjamin dengan baik
d. Memperkuat
pembelajaran dalam kelas
e. Kuota
peserta tidak terbatas
Keuntungan menggunakan E-learning
a. Flexible
b. Menghemat
waktu proses belajar mengajar
c. Mengurangi
biaya perjalanan, biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur,
peralatan,buku-buku)
d. Menjangkau
wilayah geografis yang luas
Aspek penting dalam belajar E-learning
a. Menciptakan
solusi belajar formal dan informal
-
Just in time : tersedia untuk pengguna ketika mereka membutuhkannya
untuk menyelesaikan tugasnya
- On
demand : tersedia setiap saat
- Bite
sized : tersedia dalam
ukuran kecil agar dapat digunakan secara cepat
b. Menyediakan
akses keberbagai macam sumber pelajaran, baik itu konten maupun manusia
c. Mendukung
sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama
d. E-learning membawa
pelajaran ke pelajar bukan pelajar ke pembelajaran
A.
Bahan ajar E-
learning dengan Quipper School
Quipper School Link adalah tempat dimana guru dapat
mengelola kelas secara online dan melihat perkembangan siswa. Di bawah ini
adalah hal-hal menakjubkan yang dapat dilakukan guru saat menggunakan Quipper
School Link:
·
Mengirim
tugas dan ujian
- Manfaatkan ribuan materi dan soal yang sesuai dengan kurikulum, untuk
dijadikan tugas bagi seluruh siswa Anda di kelas atau beberapa grup siswa.
·
Membuat
konten edukasi
- Jika ada yang kurang atau hilang, guru dapat mengubah konten yang sudah
tersedia atau membuat materi dan soal baru dari awal.
·
Melihat
dan mengunduh analisa
- Perkembangan siswa tersambung secara langsung antara LEARN dan LINK,
sehingga guru dapat mengakses pusat informasi mengenai tingkat pengerjaan,
pencapaian, kekuatan dan kelemahan siswa.
·
Bekerja
sendiri atau bersama-sama
- LINK didesain sehingga memudahkan guru untuk mengelola kelasnya
sendiri, atau berkolaborasi dengan dua guru atau lebih, pada kelas atau sekolah
yang sama.
Quipper School Learn adalah tempat dimana siswa belajar.
Platform ini dipenuhi dengan fitur yang membuat belajar selalu terasa aman dan
menyenangkan:
·
Tugas
dan pembelajaran umum
- Siswa dapat mengerjakan topik tertentu yang dianjurkan oleh guru, atau
belajar materi apapun dari kurikulum secara mandiri.
·
Fitur
pesan - Siswa
dan guru dapat terus berkomunikasi menggunakan layanan pesan kami, yang
memudahkan siswa untuk mengemukakan soal atau topik tertentu yang mereka rasa
sulit dan perlu pendampingan.
·
Fitur
seperti games
- LEARN memberikan hadiah kepada siswa berupa koin yang dapat ditukarkan
dengan tema, sehingga siswa dapat menyesuaikan lingkunan belajar yang mereka
inginkan. Siswa juga dapat melihat bagaimana proses teman sekelasnya pada
tampilan Kronologi.
Cara Mendaftar Quipper School untuk
Siswa
Untuk
mengetahui langkah-langkah dalam mendaftar di Quipper School silahkan
simak tutorial berikut ini :
1. Langkah pertama Cara mendaftar Quipper School untuk
siswa
Buka
website Quipper School di tab browsermu silahkan daftar
melalui link Quipper School www.quipperschool.com
2. Langkah kedua Cara mendaftar Quipper School untuk
siswa
Jika
sudah terbuka seperti gambar dibawah, kemudian pilih " Portal Siswa
"
3. Langkah ketiga Cara mendaftar Quipper School untuk
siswa
Langkah
selanjutnya adalah melakukan pendaftaran,
Pada
tahap ini ada 2 alternatif yang bisa anda gunakan untuk mendaftar Quipper
School yaitu bisa mendaftar langsung dengan akun facebook kamu
dengan mengkilik "Daftar dengan Facebook" (pastinya anda sudah
login terlebih dahulu dengan akun facebook anda), alternatif kedua jika anda
tidak ingin mendaftar dengan akun facebook anda bisa mendaftar langsung dengan
mengisi form pendaftarn dengan mengklik "Daftar dengan
Akun Quipper School LEARN",
Lihat
gambar dibawah untuk lebih jelasnya !
4. Langkah keempat Cara mendaftar Quipper School untuk
siswa
Selanjutnya
akan muncul form pendaftaran yang harus anda isi, Pada tahap
pengisian form hal yang harus diperhatikan adalah:
a. "Nama
Depan" : diisi dengan nama pertama kamu,
b. "Nama
Belakang": diisi dengan nama kedua (misalkan nama
kamu Budi Santoso, jadi nama depan diisi dengan Budi sedangkan nama belakang
diisi dengan Santoso), selanjutnya
c. "Nama
Pengguna" : diisi dengan nama unik yang gampang
kamu ingat bisa menggunkan nama panggilan atau nama kreen yang sesuai dengan
keinginan kamu, Selanjutnya
d. "Kata
Sandi": diisi dengan password yang mudah kamu
ingat, bisa menggunakan angka atau kombinasi dengan angka dan huruf,
selanjutnya
e. "Tulis
Ulang Kata Sandi" : diisi sama dengan kata sandi
yang kamu buat diatas.
5. Langkah kelima Cara mendaftar Quipper School untuk
siswa
Setelah
mengisi form pendaftaran tinggal mengisi kode kelas yang sudah diberikan oleh
Bapak/Ibu Guru kalian yang terdiri dari 7 karakter kombinasi antara huruf dan
angka.
Jika
sudah selesai mendaftar saatnya untuk mengerjakan tugas yang sudah diberikan
oleh Bapak/Ibu Guru.
Penugasan
Online Gratis Dengan Quipper School Untuk Guru SMA Kelas X - XII
Salah satu media belajar yang
memudahkan siswa untuk itu adalah sebuah situs dengan nama Quipper School yang
berbasis di Amerika, untuk Asia Tenggara berkantor di Manila, Philipina. Anda
bisa mengaksesnya di bawah ini
Untuk dapat mengakses website ini
tentu saja guru harus mendaftarkan diri, setelah proses pendaftaran selesai,
guru bisa membuat kelas sesuai kelasnya mengajar. Proses yang relatif cepat
jika layanan internetnya lancar. Guru dapat mencetak kode aktivasi untuk siswa,
kode ini diperlukan siswa untuk mengaksesnya seelah melalui proses pendaftaran.
Selain membuat kelas, guru juga bisa membuat tugas sesuai materi yang
diajarkan. Materi dalam situs ini sudah disesuaikan dengan kurikulum yang
berlaku di Indonesia ( KTSP atau K13 ). Karena guru sudah membuat kelas secara
otomatis tugas yang dibuat akan berhubungan langsung dengan kelas tersebut.
Berikut
contohnya:
Ruang materi dari kelas X mata pelajaran ekonomi :
Ruang materi dari kelas X mata pelajaran ekonomi :
Di bawah ini merupakan contoh tugas
yang diberikan guru kepada siswa di kelas X IPA 2 :
Report
kelas X IPA 2, tugas 1 materi manajemen :
Report
tiap siswa untu tugas 1 materi manajemen :
Kelebihan dari media belajar ini selain materi dan soal sudah lengkap berikut penilaiannya, bagi siswa juga dapat mengerjakannya dengan media smatrphone, komputer di rumah atau di warung telekomunikasi. Selain itu kelebihan situs ini adalah mudahnya mengakses, tidak harus dengan komputer kerja seperti di warnet atau di rumah maupun di laboratorium komputer sekolah, cukup dengan handphone sejenis tablet atau smartphone siswa sudah bisa mengerjakan tugas-tugasnya dimana saja.
B. Bahan
ajar E-learning dengan Web log (blog)
Berikut adalah web yang saya gunakan
untuk mengajar selain dikelas, Web yang saya gunakan adalah http://diah-learning.blogspot.com
·
Halaman utama tanggal 13
september 2015 Silabus Mata Kuliah Sistem Perkantoran
·
Materi Sistem Perkantoran, Pengertian sistem
perkantoran
Daftar Pustaka
Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem
BasedLearning: a Review of The
Literature on Outcomes and Implementation Issues. Journal of Academic
Medicine
Barrows, H.S. &
Tamblyn, R.M.. (1980). Problem BasedLearning: an Approach to Medical
Education. New York: Springer Publishing
Dahlan,
M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr.
(2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Dr.
Mulyadi. M.pd. Ph.D. Bahan Kuliah Teknologi Informasi dan komunikasi Dalam
Pendidikan. Magister Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Islam
As-syafi’iyah, Jakarta 2015
Dziuban
Charles D.; Hartman, Joel L.; dan Moskal, Patsy D. (2004). Blended Learning.
Tersedia [online] http://net.educause.edu/ir/library/pdf/ERB0407.pdf [26 Januari 2016]
http://diah-learning.blogspot.com,
29 Januari 2016