BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayangkan
jika komputer yang ada di seluruh pelosok Tanah Air di kaitkan satu dengan
lainnya, dalam suatu bentuk jaringan (network) yang memungkinkan setiap
komputer tersebut berinteraksi satu dengan yang lainnya, tentu saja hal ini
akan menjadi suatu bentuk sistem komunikasi dengan berbagai keuntungan,
hal ini bukan saja memudahkan kita untuk mengakses informasi secara detail
untuk kemudian informasi tersebut dapat kita dokumenkan dengan aman, untuk
kemudian suatu ketika akan dapat dengan mudah kita buka kembali, untuk berbagai
keperluan.
Di
masa datang penerapan teknologi internet di bidang pendidikan dan latihan akan
sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan kualitas dan pemerataan layanan
pendidikan, terutama di Indonesia yang wilayahnya tersebar di berbagai daerah
yang sangat berjauhan. Sehingga diperlukan solusi yang tepat dan cepat dalam
mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan mutu pendidikan, serta upaya
untuk merealisiasikan pemerataan perolahan layanan pendidikan sebagaimana yang
diamanatkan oleh undang undang.
B.
Rumusan masalah
1.
Apakah pengertian pembelajaran berbasis komputer dan
jaringan
2.
Bagaimana
peran teknologi dalam pembelajaran ?
3.
Bagaimana
e-learning dilaksanakan?
4.
bagaimana
model penyelenggaraan e-learning?
5. Apakah Keuntungan dan
Kerugian Memanfaatkan Pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan
C.
Tujuan Penulisan
1.
Memahami
pengertian pembelajaran berbasis komputer dan jaringan
2. Memahami peran teknologi dalam pembelajaran
3. Memahami bagaimana e-learning dilaksanakan
4.
Memahami
model penyelenggaraan e-learning
5. Keuntungan dan Kerugian Memanfaatkan Pembelajaran Berbasis Komputer
dan Jaringan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan
Jenis teknologi yang digunakan dalam pembelajaran terdiri
dari media audiovisual (filmstrip televisi,
dan kaset video) dan computer. Memang ada bentuk teknologi lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran, namun kedua jenis teknologi
tersebut paling banyak penggunaan,
untuk menunjang pembelajaran dalam kelas dan memiliki dampak terhadap pembuatan keputusan intruksional.
1. Media audiovisual ; penerapan pada prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran
Komputer ;
Komputer ;
2. penggunaan di kelas, jenis-jenis perangkat lunak, dan
penunjuk perangkat lunak
Ada tiga bentuk penggunaan komputer dalam kelas, yaitu:
1. Untuk mengajar siswa menjadi mampu membaca computer atau
computer literate,
2. Untuk mengajarkan dasar-dasar pemprogramam dan pemecahan
masalah komputer, dan
3. Untuk melayani siswa sebagai alat bantu pembelajaran.
Ada beberapah pedekatan yang dapat digunakan untuk
memperkenalkan Komputer kepada siswa antara lain:
1.
Menyediakan
laboratorium computer, siswa mengunjungi laboratorium tersebut secara bergiliran
berdasarkan jadwal tertentu
2.
Setiap
kelas memiliki sejumlah computer dan siswa menggunakannya secara bergiliran
atau digunakan sesuai dengan kebutuhan
3. Sekolah memiliki sejumlah besar computer, siswa meneriman
intruksi dasar computer untuk mendasain mata ajaran akademik, misalnya
matematika dan bahasa.
Dalam pemanfaatan komputer sebagai CBI (Computer Assisted Instruction) ini
terdapat 4 model yaitu:
1.
Drill
and practice
Jenis latihan dan
praktik sangat banyak digunakan dikelas. Program latihan dan praktik harus dikombinasikan/disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dan
kebutuhan pembelajaran. Tingkat
kesulitan tertentu menuntut latihan pula. Program ini juga menyediakan
penguatan (reinforcement) baik visual maupun auditif, agar minat dan
perhatian siswa terus terpelihara sepanjang
latihan dan praktik. Jika siswa menjawab salah maka perlu dibantu sesuai dengan
rutan
pelajaran.
2.
Tutorial
Program
tutorial, memperkenalkan materi pelajaran baru kepada siswa dan kemudian ditindaklanjuti dengan latihan dan praktik. Program ini
umumnya menyediakan tes awal dan tes akhir berkenaan dengan materi yang disampaikan. Program ini
juga digunakan untuk pengayaan pelajaran atau membantu siswa yang tidak hadir
dalam pada pelajaran tertentu.program tutorial juga digunakan sebagai reviw terhadap pelajaran yang
disampaikan sebelumnya guna mengecek pemahan
dan retensi konsep-konsep.
3.
Simulasi
Situasi-situasi
kehidupan nyata disajikan kepada siswa, menyusun garis besar perangkat kondisi- kondisi yang saling berkaitan. Kemudian siswa membuat
keputusan dan menentukan konsekuensi
dari keputusan yang dibuatnya, misalnya isu-isu politik, keluarga dll.
4.
Computer
manajemen instruction.
Program
ini menyediakan cross-referencing dengan program-program lainnya dalam rangka perluasan latihan dan pemberi bantuan dan juga digunakan
sebagai pembantu pengajar menjalankan
fungsi administratif yang meningkat, seperti rekapitulasi data prestasi siswa, database buku/e-library, kegiatan administratif sekolah
seperti pencatatan pembayaran, kuitansi dll.
Fungsi Komputer dalam Kegiatan Pembelajaran
1.
Tujuan
Kognitif
Komputer
dapat mengajarkan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat menjelaskan
konsep tersebut dengan dengan sederhana
dengan penggabungan visual dan audio yang dianimasikan. Sehingga cocok untuk kegiatan pembelajaran mandiri.
2.
Tujuan
Afektif
Bila
program didesain secara tepat dengan memberikan potongan clip suara atau video
yang isinya menggugah perasaan, pembelajaran sikap/afektif pun dapat
dilakukan mengunakan media komputer.
3.
Tujuan
Psikomotor
Dengan
bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk games & simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia kerja. Beberapa
contoh program antara lain; simulasi pendaratan
pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan sebagainya .
Pembelajaran
elektronik atau e-Learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson,
2001). Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang
pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled
learning, virtual learning, atau web-based learning. Dalam kaitan ini, yang
diperlukan adalah kejelasan tentang kegiatan belajar yang bagaimanakah yang
dapat dikatakan sebagai e-Learning? Apakah seseorang yang menggunakan komputer
dalam kegiatan belajarnya dan melakukan akses berbagai informasi (materi
pembelajaran) dari Internet, dapat dikatakan telah melakukan e-Learning?
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut di atas, ilustrasi berikut ini mungkin akan dapat
membantu memperjelas pengertian tentang e-Learning (Newsletter of ODLQC, 2001).
Ada
seseorang yang membawa laptop ke sebuah tempat yang berada jauh di gugusan
kepulauan kecil yang terpencil. Dari tempat yang sangat terpencil ini, orang
tersebut mulai menggunakan laptop-nya dan melakukan akses terhadap berbagai
materi program pelatihan yang tersedia. Tidak ada layanan bantuan belajar dari
tutor maupun dukungan layanan belajar bentuk lainnya. Dalam konteks ini, apakah
orang tersebut dapat dikatakan telah melaksanakan e-learning? Jawabannya adalah
TIDAK. Mengapa? Karena yang bersangkutan di dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukannya tidak memperoleh layanan bantuan belajar dari tutor maupun layanan
bantuan belajar lainnya. Bagaimana kalau yang bersangkutan mempunyai telepon
genggam dan kemudian berhasil menggunakannya untuk menghubungi seorang tutor?
Apakah dalam konteks yang demikian ini dapat dikatakan bahwa yang bersangkutan
telah melaksanakan e-Learning? Jawabannya adalah YA.
Dari
ilustrasi tersebut di atas, setidak-tidaknya dapat ditarik 3 (tiga) hal penting
sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-Learning), yaitu:
1.
kegiatan pembelajaran dilakukan
melalui pemanfaatan jaringan (“jaringan” dalam uraian ini dibatasi pada
penggunaan internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN atau WAN). (dalam bentuk
Website eLearners.com),
2.
tersedianya dukungan layanan
belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau
bahan cetak, dan
3.
tersedianya dukungan layanan
tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan.
Di
samping ketiga persyaratan tersebut di atas masih dapat ditambahkan persyaratan
lainnya, seperti adanya:
1)
Lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-Learning,
2)
Sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap
teknologi komputer dan internet,
3)
Rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh
setiap peserta belajar,
4)
Sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta
belajar,
5)
Mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.[1]
Dalam uraian lebih lanjut, istilah “e-Learning”, “online learning” atau
“pembelajaran elektronik” akan digunakan secara bergantian namun tetap dengan
pengertian yang sama seperti yang telah dikemukakan.[2]
Setidaknya
ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran e-learning
atau elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam
kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya
pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan,
2002).[3]
(1) Suplemen (Tambahan)
Dikatakan
berfungsi sebagai supplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai
kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau
tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk
mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta
didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau
wawasan.
(2)
Komplemen (Pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang
diterima siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai komplemen berarti materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement
(pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai
enrichment, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat
menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka
(fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran
elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar
semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran
yang disajikan guru di dalam kelas.
Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik
yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara
tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan
materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk
mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi
pelajaran yang disajikan guru di kelas.
(3) Substitusi (Pengganti)
Beberapa
perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model
kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya. Tujuannya agar para
mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai
dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa. Ada 3 alternatif model
kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya
secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian
lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.
Alternatif
model pembelajaran mana pun yang akan dipilih mahasiswa tidak menjadi masalah
dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materi perkuliahan mendapatkan pengakuan
atau penilaian yang sama. Jika mahasiswa dapat menyelesaikan program
perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui
internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi
penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang
sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu mahasiswa untuk mempercepat
penyelesaian perkuliahannya.
B.
Bagaimana E-Learning Dilaksanakan
Konsep
Pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan dalah suatu bentuk model
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi web dan internet, konsep belajar dan
mengajar ini sebenarnya bukanlah barang baru, bukan juga ide ataupun pemikiran
baru. Konsep bernama WBT (web based training), eLearning,
web based teaching and learning, web based distance education,
dsb., sudah berkembang sejak beberapa dasawarsa lalu. Namun demikian kalaupun
konsep uni bukan konsep yang sama sekali baru, perkembangannya pada dunid
pendidikan formal baru terjadi pada akhir 90 an.
Secara global Konsep Pembelajaran Berbasis Komputer
dan Jaringan seringkali diartikan hanya sebagai e-Learning atau Distance
Learning. Perkembangan Konsep E-Learning ini
ditandai dengan munculnya situs-situs yang melayani proses belajar mengajar
dengan berbasiskan komputer dan jaringan sejak era 15 tahun yang lalu di
seluruh pelosok Internet dari yang gratis maupun yang komersial. Dunia
pendidikan Kanada misalnya bahkan telah mulai mengaplikasikan sistem ini pada
dunia pendidikannya, demikian juga di Amerika muncul komunitas komunitas situs
e-learning yang bersifat terbuka untuk diakses siapa saja, sedangkan di dalam
negeri pembelajaran menggunakan konsep ini sepertinya masih terbatas
diaplikasikan di Perguruan Tinggi, UGM misalnya sejak 1998 telah mulai merintis
suatu bentuk konsep pembelajaran yang mereka sebut sebagai Student Internet
Center, yang memungkinkan mahasiswa bisa secara aktif mendalami
pemahamannya terhadap materi perkuliahan, (student active learner – bukan
Teacher Active Learner)
Konsep
pembelajaran dengan menggunakan Komputer dan Jaringan memungkinkan proses
pengembangan pengetahuan tidak hanya terjadi di dalam ruangan kelas saja dimana
guru secara terpusat memberikan pelajaran secara searah, tetapi dengan bantuan
peralatan komputer dan jaringan, para siswa dapat secara aktif dilibatkan dalam
proses belajar-mengajar.
Mereka
bisa terus berkomunikasi dengan sesamanya kapan dan dimana saja dengan cara
akses ke sistem yang tersedia secara online. Sistem seperti ini tidak saja akan
menambah pengetahuan seluruh siswa, akan tetapi juga akan turut membantu
meringankan beban guru dalam proses belajar-mengajar, karena dalam sistem ini
beberapa fungsi guru dapat diambil alih dalam suatu program komputer. Disamping itu, hasil dari proses dan hasil dari
belajar-mengajar bisa disimpan datanya di dalam bentuk database, yang bisa
dimanfaatkan untuk mengulang kembali proses belajar-mengajar yang lalu sebagai
rujukan, sehingga bisa dihasilkan sajian materi pelajaran yang lebih baik lagi.
Sebagai bagian dari perkembangan e-Learning, Web merupakan salah
satu teknologi internet yang telah berkembang sejak lama dan yang paling umum
dipakai dalam pelaksanaan pendidikan dan latihan jarak jauh (e-Learning)
tersebut.
Secara umum aplikasi komunikasi di internet terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu sebagai berikut:
1. Synchronous System
Aplikasi yang berjalan secara real time dimana seluruh pemakai
bisa berkomunikasi pada waktu yang sama, contohnya: chatting, Video Conference,
dsb.
2. Ansynchronous System
Aplikasi yang tidak bergantung pada waktu dimana seluruh pemakai
bisa mengakses ke sistem dan melakukan komunikasi antar mereka disesuaikan
dengan waktunya masing-masing, contohnya: e-mail, dsb.
Di Indonesia, kalaupun perkembangan pemanfaat konsep ini terbilang
berjalan lamban, Dengan fasilitas jaringan yang dimiliki oleh berbagai lembaga
pendidikan atau institusi di Indonesia baik intranet maupun internet,
sebenarnya sudah sangat mungkin untuk diterapkannya sistem pendukung e-Learning
berbasis Web dengan menggunakan sistem synchronous atau asynchronous, secara
mandiri atau digabungkan, walaupun pada dasarnya kedua sistem diatas biasanya
digabungkan untuk menghasilkan suatu sistem yang lebih efektif karena
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Dibeberapa negara yang sudah maju dengan kondisi infrastruktur
jaringan kecepatan tinggi akan sangat memungkinkan penerapan teknologi
multimedia secara real time seperti video conference untuk kepentingan aplikasi
e-Learning, tetapi untuk kondisi umum di Indonesia dimana infrastruktur
jaringannya masih relatif terbatas akan mengalami hambatan dan menjadi tidak
efektif. Namun demikian walaupun tanpa teknologi multimedia tersebut,
sebenarnya dengan kondisi jaringan internet yang ada sekarang di Indonesia
sangat memungkinkan, terutama dengan menggunakan sistem asynchronous ataupun
dengan menggunakan sistem synchronous seperti chatting yang disesuaikan dengan
sistem pendukung pendidikan yang akan dikembangkan.
Beberapa
di antara institusi penyelenggara e-learning dapat dikemukakan sebagai berikut:
University of Phoenix Online
merupakan universitas virtual yang paling sukses di Amerika Serikat. University
of Phoenix Online ini mempunyai 37.569 mahasiswa dari 78.700 mahasiswa
keseluruhan, 38 kampus, dan 78 pusat-pusat kegiatan belajar yang tersebar di
Amerika Serikat, Kanada, dan Puerto Rico. Di samping itu, Universitas ini telah
meluluskan 10.000 mahasiswa sedangkan Universitas Virtual swasta lainnya di
Amerika hanya mampu meluluskan jauh di bawahnya (Pethokoukis, 2002).
Jones International University
merupakan salah satu perguruan tinggi yang juga tercatat berhasil dalam
menyelenggarakan e-Learning. Universitas ini mempunyai 6,000 mahasiswa yang
belajar secara online (Pethokoukis, 2002).
United Kingdom Open University (UKOU) merupakan universitas terbesar penyelenggara kegiatan pembelajaran
elektronik di dunia dengan 215,000 mahasiswa (Daniel, 2000).
The College of Business at the University of Tennesse memulai perkuliahan khusus secara e-Learning kepada 400 dokter yang
bekerja di ruang gawat darurat di seluruh negara bagian Amerika Serikat dan di
11 negara lainnya. Perguruan tinggi yang menyelenggarakan program setahun untuk
MBA bagi para dokter dengan menggunakan e-Learning dan tatap muka.
Universiti Tun Abdul Razak (UNITAR)
merupakan universitas yang pertama di Malaysia maupun di kawasan Asia Tenggara
yang menyajikan perkuliahan secara elektronik (e-Learning). Perkuliahan
elektronik ini mulai diselenggarakan oleh UNITAR pada tahun 1998 (Alhabshi,
2002).
Universitas Terbuka (UT) telah
melaksanakan ujicoba penyelenggaraan Tutorial Elektronik (Tutel) pada tahun
1999 bagi para mahasiswanya. Alasan dilakukannya ujicoba tutorial elektronik
ini adalah sesuai dengan kebutuhan mahasiswa untuk membantu mereka memecahkan
kesulitan yang dihadapi selama belajar mandiri (Anggoro, 2001).
Universitas Gajah Mada (UGM) telah
memulai mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan internet untuk
program pascasarjana di bidang pengelolaan rumah sakit dan pengelolaan layanan
kesehatan pada tahun 1996 (Prabandari dkk., 1998).
Florida Virtual School merupakan
salah satu dari Sekolah Menengah di Amerika Serikat yang telah berkembang pesat
dalam penyelenggaraan pembelajaran elektronik. Pada tahun kelima, Sekolah
Menegah ini menerima 3.505 siswa dengan mempekerjakan sekitar 41 guru secara
penuh waktu dan 27 guru lainnya secara paruh waktu. Yang menjadi motto sekolah
adalah “kapan saja, di mana saja, melalui jalur mana saja, dengan kecepatan
apapun.” (Wildavsky, 2001).[4]
Tugas-tugas otomatisasi yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan
koneksi ini adalah :
Pemasukan informasi
pengumuman oleh pengajar
Pengiriman file-file
tugas kuliah (file uploading)
Autentifikasi pengguna
situs web
C.
Beberapa Model Penyelenggaraan E Learning
Berikut
ini di paparkan 2 model dari banyak model penyelenggaraan e-learning dalam
pembelajaran,[5]
yaitu :
1. Model
e-learning tutorial
Model ini telah
diaplikasikan oleh UniversitasTerbuka Online, berdasarkan jenis aplikasi
komunikasi yang di dilakukan dapat di bagi lagi menjadi dua, yaitu (a).
Tutorial e-learning dengan memanfaatkan aplikasi e-mail internet dan (b).
Tutorial dengan memanfaatkan aplikasi fax-internet.
a. Bimbingan belajar elektronik memanfaatkan aplikasi
email Internet. Sistem belajar berbasis Internet
yang dapat dikembangkan dapat berupa suatu sistem yang memanfaatkan aplikasi
Internet yang bernama mailing-list. Pada tutorial via Internet ini
pengajar akan membahas materi atau tugas secara tertulis dan kemudian tulisan
tersebut didistribusikan pada seluruh mahasiswa melalui email. Untuk kemudian,
ketika mahasiswa membuka Internet dan memeriksa surat elektronik/ emailnya,
maka mereka dapat membaca tulisan pengajar serta memberi jawaban, komentar
ataupun mengajukan pertanyaan terhadap tugas yang diberikan
b. Tutorial Elektronik via Fax-Internet
Integrasi
Fax-Internet dalam sistem bimbingan belajar via Internet ini akan
memperluas titik akses bagi peserta didik. Dalam konsep tutorial Fax-Internet,
peserta didik mengirim atau menerima pesan melalui fax dan pengajar/ guru akan
menerima atau mengirim balasan surat tersebut melalui email. Ketika
menerima fax dari peserta didik, pengajar atau guru menerima fax tersebut dalam
bentuk attachment (lampiran) pada surat elektronik
2. Model
Computer Supported Collaboration Learning (CSCL)
Collaboration
didefinisikan sebagai kerjasama antar peserta dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Collaboration tidak hanya sekedar menempatkan para peserta ke dalam
kelompok-kelompok studi, tetapi diatur pula bagaimana mengkoordinasikan mereka
supaya bisa bekerjasama dalam studi
Saat
ini penelitian di bidang kolaborasi melalui internet dikenal dengan istilah
CSCL (Computer Supported Collaborative Learning), dimana pada prinsipnya CSCL
berusaha untuk mengoptimalkan pengetahuan yang dimiliki oleh para peserta dalam
bentuk kerjasama dalam pemecahan masalah. Kenyataannya kolaborasi antar peserta
cenderung lebih mudah dibandingkan dengan kolaborasi antara peserta dengan
guru.
Pemakai
terdiri dari siswa dan guru yang membimbing, dimana siswa itu sendiri terbagi
menjadi siswa dan siswa lain yang bertindak sebagai collaborator selama proses
belajar. Para peserta saling berkolaborasi dengan tool yang tersedia melalui
jaringan intranet atau internet, dimana guru mengarahkan jalannya kolaborasi
supaya mencapai tujuan yang diiginkan, sebagaimana yang diharapkan
Ada
5 hal essensial yang harus diperhatikan dalam menjalankan kolaborasi lewat
internet, yaitu sebagai berikut :
(a)
clear, positive interdependece among students (Jelas/
bersih, hal positif interdependece antar para siswa)
(b) regular group self-evaluation (evaluasi diri kelompok
secara reguler)
(c) interpersonal behaviors that promote each member’s learning and
success (perilaku hubungan antar pribadi yang mempromosikan masing-masing
sukses dan pelajaran anggota)
(d) individual accountability and personal
responsibility (tanggung-jawab individu dan tanggung jawab pribadi)
(e) frequent use of appropriate interpersonal and small group
social skills (penggunaan yang sering dari kelompok kecil dan hubungan antar
pribadi sesuai ketrampilan sosial)
Dalam
proses kolaborasi antar siswa, guru bisa saja terlibat didalamnya secara tidak
langsung, dalam rangka membantu proses kolaborasi dengan cara memberikan arahan
berupa message untuk memecahkan masalah. Sehingga diharapkan proses kolaborasi
menjadi lebih lancar.[6]
Collaboration,
untuk melakukan kerjasama antar siswa dalam pemecahan masalah yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Kolaborasi ini bisa diwujudkan dalam bentuk diskusi
atau tanya-jawab dengan memanfaatkan fasilitas internet yang umum dipakai
misalnya: e-mail, chatting, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan aplikasi yang
akan dibuat.
Database,
untuk menyimpan materi pelajaran dan record-record yang berkaitan dengan proses
belajar-mengajar khususnya proses kolaborasi. Web Server, merupakan bagian
mengatur akses ke sistem dan mengatur tampilan yang diperlukan dalam proses
pendidikan. Termasuk pula pengaturan keamanan sistem. Pengembang aplikasi
seperti ini bisa dilakukan dengan menggunakan software sebagai berikut :
Platform Open Source
|
Linux
|
Web Server
|
Apache+Tomcat
|
Programming
|
Java
|
Script
|
Java
Server Page
|
Database
|
MySQL
/ Postgress
|
Frame Work
|
Struts
|
Development Tool
|
Eclipse
|
Keuntungan
menggunakan software diatas yaitu seluruhnya merupakan Open Source yang bisa
didownload secara gratis dari web site masing-masing, sehingga dalam implementasinya
bisa ditekan biaya serendah mungkin, tanpa mengurangi realibilitas sistem itu
sendiri. Keuntungan lainnya yaitu untuk akses ke sistem seperti ini tidak
tergantung pada suatu platform operating system.
Oleh
karena itu, dengan penerapan berbagai Software Open Source seperti ini,
diharapkan akan dicapai suatu sistem e-Learning yang aman, terpercaya,
performance tinggi, multiplatform, dan biaya rendah.[7]
D.
Keuntungan dan Kerugian Memanfaatkan Pembelajaran Berbasis Komputer dan
Jaringan
E-learning
mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi pelajaran.
Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan dosen/guru/instruktur
maupun antara sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi
informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun
kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan,
guru/instruktur dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat
diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula
(Website Kudos, 2002).
Secara
lebih rinci, manfaat e-Learning dapat dilihat dari 2 sudut, yaitu dari sudut
peserta didik dan guru:
(1) Dari Sudut Peserta Didik
Dengan
kegiatan e-Learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang
tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat
dan berulang-ulang.
Manakala
fasilitas infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah
menjangkau daerah kecamatan dan pedesaan, maka kegiatan e-Learning akan
memberikan manfaat (Brown, 2000) kepada peserta didik yang (1) belajar di
sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran
tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya, (2) mengikuti program
pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajarii materi
pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para orangtuanya, seperti bahasa
asing dan keterampilan di bidang komputer, (3) merasa phobia dengan sekolah,
atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus
sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, yang dikeluarkan oleh
sekolah, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan yang
berada di luar negeri, dan (4) tidak tertampung di sekolah konvensional untuk
mendapatkan pendidikan.
(2) Dari Sudut Guru/Dosen
Dengan
adanya kegiatan e-Learning (Soekartawi, 2002a,b), beberapa manfaat yang
diperoleh guru/dosen/instruktur antara lain adalah bahwa guru/dosen/ instruktur
dapat: (1) lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi
tanggung-jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
(2) mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena
waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak, (3) mengontrol kegiatan belajar
peserta didik. Bahkan guru/dosen/instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta
didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik
dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang, (4) mengecek
apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari
topik tertentu, dan (5) memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan
hasilnya kepada peserta didik.
Selanjutnya Benny dan Tita (2000) memberi penjelasan.
Disamping memiliki sejumlah kelebihan, komputer sebagai sarana komunikasi
interaktif juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah
a. Tingginya biaya pengadaan dan
pengembangan program komputer, terutama yang dirancang khusus untuk maksud
pembelajaran.
b. Disamping itu, pengadaan, pemeliharaan,
dan perawatan komputer yang meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software) memerlukan biaya yang relatif tinggi. Oleh karena itu
pertimbangan biaya dan manfaat (cost benefit analysis) perlu dilakukan sebelum
memutuskan untuk menggunakan komputer untuk keperluan pendidikan.
c. Masalah lain adalah compatability dan
incompability antara hardware dan software. Penggunaan sebuah program komputer
biasanya memerlukan perangkat keras dengan spesifikasi yang sesuai. Perangkat
lunak sebuah komputer seringkali tidak dapat digunakan pada komputer yang
spesifikasinya tidak sama.
d. Merancang dan memproduksi program
pembelajaran yang berbasis komputer (computer based instruction) merupakan
pekerjaan yang tidak mudah. Memproduksi program komputer merupakan kegiatan
intensif yang memerlukan waktu banyak dan juga keahlian khusus.[8]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bayangkan
kembali jika jaringan komputer antara para siswa sekolah dasar dan menengah ini
dikaitkan pada jaringan komputer yang saat ini telah beroperasi antara berbagai
universitas di Indonesia. Para siswa tidak hanya berinteraksi dengan para guru
tapi juga dapat langsung secara personal berinteraksi para mahasiswa dan dosen
perguruan tinggi. Apa yang akan diperoleh dari hubungan ini? jelas bahwa
wawasan berfikir para siswa akan dibuka lebar-lebar dengan adanya keterbukaan
ini. Para siswa menjadi tahu mengapa mereka harus bersusah payah mempelajari
berbagai mata pelajaran yang selama ini diajarkan. Mengapa Fisika dan
Matematika menjadi sangat penting untuk menjadi seorang insinyur elektro dan
komputer? Dapat kita harapkan bahwa keterbukaan ini akan memacu para siswa
untuk belajar dan menambah minatnya dalam berbagai bidang ilmu
Sejalan dengan hal tersebut pengertian e-Learning atau pembelajaran
elektronik sebagai salah satu alternatif kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui
pemanfaatan teknologi komputer dan internet. Seseorang yang tidak dapat
mengikuti pendidikan konvensional karena berbagai faktor penyebab, misalnya
harus bekerja (time constraint), kondisi geografis (geographical constraints),
jarak yang jauh (distance constraint), kondisi fisik yang tidak memungkinkan
(physical constraints), daya tampung sekolah konvensional yang tidak
memungkinkan (limited available seats), phobia terhadap sekolah, putus sekolah,
atau karena memang dididik melalui pendidikan keluarga di rumah (home
schoolers) dimungkinkan untuk dapat tetap belajar, yaitu melalui e-Learning.
Penyelenggaraan e-Learning sangat ditentukan antara lain oleh:
1.
sikap positif peserta didik (motivasi yang tinggi untuk belajar
mandiri),
2.
sikap positif tenaga kependidikan
terhadap teknologi komputer dan internet,
3.
ketersediaan fasilitas komputer
dan akses ke internet, (d) adanya dukungan layanan belajar, dan
4.
biaya akses ke internet yang
terjangkau untuk kepentingan pembelajaran/pendidikan.
Perkembangan di berbagai negara memperlihatkan bahwa jumlah pengguna
internet terus meningkat; demikian juga halnya dengan jumlah peserta didik yang
mengikuti e- Learning dan institusi penyelenggara e-Learning. Fungsi e-Learning
dapat sebagai pelengkap atau tambahan, dan pada kondisi tertentu bahkan dapat
menjadi alternatif lain dari pembelajaran konvensional. Peserta didik yang
mengikuti kegiatan pembelajaran melalui program e-Learning memiliki pengakuan
yang sama dengan peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran secara
konvensional.
Peserta didik maupun dosen/guru/instruktur dapat memperoleh manfaat
dari penyelenggaraan e-Learning. Beberapa di antara manfaat e-Learning adalah
fleksibilitas kegiatan pembelajaran, baik dalam arti interaksi peserta didik
dengan materi/bahan pembelajaran, maupun interaksi peserta didik dengan
dosen/guru/ instruktur, serta interaksi antara sesama peserta didik untuk
mendiskusikan materi pembelajaran.
Lembaga pendidikan konvensional (universitas, sekolah,
lembaga-lembaga pelatihan, atau kursus-kursus yang bersifat kejuruan dan
lanjutan) secara ekstensif telah menyelenggarakan perluasan kesempatan belajar
bagi ‘target audience’ mereka melalui pemanfaatan teknologi komputer dan
internet (Collier, 2002). Seiring dengan hal ini, peserta didik usia sekolah
yang mengikuti kegiatan pembelajaran elektronik juga terus meningkat jumlahnya
(Gibbon, 2002).
Daftar Pustaka :
Review Web Site :
1.
Sudirman Siahaan; E-Learning
(Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Kegiatan Pembelajaran,
(http://www.Depdiknas.go.id)
2.
Uno W. Purbo, Kebangkitan
Nasional Kedua Berbasis Teknologi Informasi (http://bebas.vlsm.org/v09/onno-ind-1/application/kebangkitan-nasional-ke-dua-
berbasis-teknologi-informasi-05-1.rtf.)
3.
Arbyn, E-Learning; Revolusi
Pemerataan Pendidikan ,(http://UNGonline.com)
4.
Ana Hardiana, Elan Djaelani,
Sistem pendukung E-Learning di Web, Pusat Penelitian Informatika – Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, (http;///www.LIPI.GO.ID)
5.
Phillip Rekdale, Internet dan
Pendidikan, (http://Pendidikan.Net)
6.
Romi Satria Wahono; Strategi
Baru Pengelolaan Situs eLearning Gratis, (http://ilmu
komputer. com; romi@satriawahononet)
7.
PLN (PERSERO) UDIKLAT
BOGOR Mengembangkan Konsep Belajar Tradisional
menjadi E-Learning, (e-mail: udiklat1@indosat.net.id)
8.
UGM, Pemanfaatan Internet bagi peningkatan belajar,
(http://www.mipa.ugm.ac.id/m_elearning/elearning_edisi1.pdf.)
[1] Sudirman Siahaan; E-Learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai
Salah Satu Alternatif Kegiatan Pembelajaran, (http://www.Depdiknas.go.id)
[2] PLN (PERSERO) UDIKLAT BOGOR Mengembangkan
Konsep Belajar Tradisional menjadi E-Learning, (e-mail: udiklat1@indosat.net.id)
[3] Uno W. Purbo, Kebangkitan Nasional Kedua Berbasis Teknologi
Informasi (http://bebas.vlsm.org/v09/onno-ind-1/application/kebangkitan-nasional-ke-dua-
berbasis-teknologi-informasi-05-1.rtf.)
[5] Ana Hardiana, Elan Djaelani, Sistem pendukung E-Learning di Web,
Pusat Penelitian Informatika – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, (http;///www.LIPI.GO.ID)
[7] Romi Satria Wahono; Strategi Baru Pengelolaan Situs eLearning
Gratis, (http://ilmu
komputer. com; romi@satriawahononet)
[8] UGM, Pemanfaatan Internet pagi peningkatan belajar, (http://www.mipa.ugm.ac.id/m_elearning/elearning_edisi1.pdf.)