PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
1.1 Dragon Fruit Cake
Dragon Fruit cakes adalah produsen kue yang didirikan pada 1 Januari 2011 oleh Ibu Sefti, keahlian dalam bidang kuliner yang dimiliki oleh ibu Sefti di awali dengan percobaan manggunakan buah naga sebagai campuran untuk cake, dimana buah naga merupakan buah yang jarang di temui namun terdapat berbagai macam manfaat dan salah satunya di manfaatkan sebagai cake yang kaya akan manfaat.
Pada mulanya, Dragon Fruit cakes didirikan di Kota Cirebon sebagai bisnis kue, Dragon Fruit cakes sangat bagus dan bahkan berkembang dalam persaingan pasar yang ketat.
1.2 Visi dan Misi :
Visi kami adalah menjadi salah satu perusahaan makanan yang menjadi pilihan utama konsumen dengan memberikan value terbesar kepada konsumen dan mitra usahanya baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Misi kami adalah dengan menggunakan bahan-bahan dan mesin berkualitas tinggi Dragon Fruit cakes memproduksi berbagai produk yang sangat meperhatikan kesehatan, cita rasa dan keindahan untuk kepuasan pembeli yang pada akhirnya memberikan keuntungan kepada perusahaan dan mitra-mitranya baik di Indonesia maupun di manca Negara.
BAB IIJADWAL INDUK PRODUKSI
2.1 Pengertian , Tujuan dan Manfaat Jadwal Induk Produksi
Jadwal induk produksi adalah suatu perencanaan yanng mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang didapatkan dan akan dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu). Pada dasarnya JIP merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir (termasuk parts pengganti suku cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. Apabila rencana produksi merupakan hasil proses perencanaan produksi dinyatakan dalam bentuk agregat, maka JIP yang merupakan hasil dari proses penjadwalan produksi induk dinyatakan dalam konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor item yang ada dalam item master dan BOM (Bills Of Materials).
Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan empat fungsi utama berikut: Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan kebutuhan material dan kapasitas (Material and Capacity Requirements Planning), Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (Production and Purchase Orders) untuk item-item MPS, Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas, Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk (Delivery Promises) kepada pelanggan.
Adapun beberapa yang menjadi tujuan penjadwalan produksi induk diantaranya yaitu untuk memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen dari produk-produk cake yang di produksi oleh Dragon Fruit cakes. Tujuan selanjutnya yaitu untuk efisiensi dalam penggunaan sumber daya produksi untuk berbagai macam produk Dragon Fruit cakes. Selain itu juga untuk mencapai target tingkat produksinya.
Beberapa manfaat yang dapat kami peroleh dari penyusunan Jadwal Induk Produksi ini adalah tingkat pelayanan terhadap konsumen meningkat. Efisiensi penggunan sumber daya produksi juga dapat dikendalikan dengan baik. Selain itu juga untuk pencapaian target tingkat produksinya.
2.2 Susunan Jadwal Induk Produksi
Produksi Dragon Fruit cakes tiap harinya dengan persediaan awal 1400. Proses produksi dilakukan selama 5 hari kerja dengan 1 shift kerja. Dengan permintaan pada hari ke 1 sebesar 300 , hari ke 2 sebesar 250 , hari ke 3 sebesar 280, hari ke 4 sebesar 250, hari ke 5 sebesar 450. Lot produksi sebesar 250. Berikut tabel JIP:
Keterangan
|
hari (pack)
| ||||
hari 1
|
hari 2
|
hari 3
|
hari 4
|
hari 5
| |
Permintaan
|
300
|
250
|
280
|
250
|
450
|
Persediaan Awal
|
1400
|
1200
|
950
|
770
|
520
|
Volume Produksi
|
100
|
-
|
100
|
-
|
100
|
Persediaan Akhir
|
1200
|
950
|
770
|
520
|
170
|
2.3 Rough-cut capacity planning (RCCP)
o Diasumsikan perusahaan beroperasi 5 hari dalam seminggu
o Mesin beroperasi setiap shift kerja bekerja selama 2 jam. Total mesin beroperasi selama 1 hari 4 jam, dan total mesin beroperasi selama 1 minggu kerja selama 20 jam.
Keterangan
|
Hari ke-
| ||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
| |
MPS
|
1200
|
950
|
770
|
520
|
170
|
Hours per unit machine
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
Total
|
2400
|
1900
|
1540
|
1040
|
340
|
BAB III
MANAJEMEN PERSEDIAAN
3.1 Arti Penting dan Jenis Persedian Manajemen Persediaan
Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikan kepada pelanggan. Persediaan pada dasarnya menyembunyikan banyak masalah yang terjadi di lapangan. Dengan persediaan yang banyak, masalah produk cacat dapat tertutupi karena output proses seolah memenuhi jumlah yang dibutuhkan, padahal produk cacatnya digantikan oleh persediaan. Masalah aliran produksi yang tidak lancar juga dapat ditutupi dengan persediaan yang banyak. Itu sebabnya dalam konsep manajemen produksi jepang, persediaan dikendalikan dengan sangat baik lewat pendekatan Just In Time. Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi perusahaan, pada kebanyakan perusahaan persediaan merupakan bagian besar yang tercantum dalam neraca. Persediaan yang terlalu besar atau terlalu kecil dapat menimbulkan masalah-masalah yang pelik. Manajemen persedaiaan yang efektif dapat memberikan sumbangan kepada keuntungan perusahaan. Kegunaan Manajemen Modal Kerja adalah mendukung kelancaran produksi dan penjualan. Untuk menentukan berapa unit yang harus dipesan atau diproduksi pada jangka waktu tertentu. Menentukan dan menyesuaikan berapa jumlah persediaan yang harus harus dipesn dan yang akan di produksi. Selain itu juga untuk melihat jenis persediaan yg mana memerlukan perhatian khusus.
3.2 Definisi EOQ
Economic order quantity adalah tingkat persediaan yang meminimalkan total biaya menyimpan persediaan dan biaya pemesanan. Ini adalah salah satu model tertua penjadwalan produksi klasik. Kerangka kerja yang digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan ini juga dikenal sebagai Wilson EOQ Model atau Wilson Formula. Model ini dikembangkan oleh FW Harris pada tahun 1913, tapi RH Wilson, seorang konsultan yang diterapkan secara ekstensif, diberikan pada awal kredit untuk mendalam analisisnya itu. Persediaan dilakukan untuk menghindari gangguan, waktu dan lain-lain biaya kelengkapan yang konstan. Namun, untuk mengisi persediaan jarang akan memerlukan penyelenggaraan persediaan sangat besar. Oleh karena itu jelas bahwa beberapa keseimbangan atau trade-off atau kompromi diperlukan dalam menentukan berapa banyak persediaan untuk menampung, dan karena itu berapa banyak persediaan untuk memesan. Ada biaya menyimpan persediaan dan ada biaya pemesanan ulang persediaan dan kedua biaya harus seimbang. Tujuan dari model EOQ adalah untuk meminimalkan total biaya persediaan.
} EOQ untuk persediaan bahan mentah:
Dengan asumsi perusahaan membeli bahan 8000 unit per tahun dengan harga per unit Rp 7.000. Biaya pemesanan Rp 70.000 tiap kali pesan. Biaya penyimpanan unit per tahun adalah Rp. 5.100.000 dengan Lead Time selama 3 hari. Berdasarkan data tersebut diperoleh EOQ sebagai berikut :
EOQ = √2DS / H
= √2 x 8000 x 70.000 / 5.100.000
= 14, 81917147
= 15
} EOQ untuk persediaan barang jadi:
Dengan asumsi perusahaan memproduksi barang 5.800 unit per tahun dengan harga per unit Rp 7.000. Biaya pemesanan Rp 20.000 tiap kali pesan. Biaya penyimpanan unit per tahun adalah Rp 1.500.000. dimana total biaya penyimpanan tersebut merupakan hasil kumulatif dari biaya penyimpanan bulanan sebesar 125.000/bulan. Berdasarkan data tersebut diperoleh EOQ sebagai berikut:
EOQ = √2DS / H
= √2 x 5.800 x 20.000 / 1.500.000
= 12,4365054
= 12
BAB IV
ABC INVENTORY CLASSIFICATION
4.1 Peran ABC Inventory Classification
Analisa ABC (ABC analysis) atau dikenal dengan nama analisis pareto (Pareto analysis) dibuat berdasarkan sebuah konsep yang dikenal dengan Hukum Pareto (Pareto’s Law). Kata ‘Pareto’ berasal dari nama seorang ekonom Itali, Vilfredo Pareto. Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Sebagai contoh, 20% dari total barang biasanya bernilai 80% dari total nilai.
Analisis ABC adalah metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A, B dan C. Kelompok A biasanya sejumlah 10-20% dari total item dan merepresentasikan 60-70% total nilai. Kelompok B berjumlah 20% dari total item dan merepresentasikan 20% total nilai. Kelompok C biasanya berjumlah 60-70% dari total item dan merepresentasikan 10-20% total nilai.
4.2 Kategori item-item persediaan:
4.2.1 Koleksi Data dan Analisis Populasi
No.
|
Item
|
Harga
|
1.
|
Timbangan
|
Rp. 180.000
|
2.
|
Loyang
|
Rp. 12.000
|
3.
|
Pisau
|
Rp. 8.000
|
4.
|
Kompor
|
Rp. 450.000
|
5.
|
Oven
|
Rp. 800.000
|
6.
|
Mixer
|
Rp. 230.000
|
7.
|
Sendok
|
Rp. 10.000
|
8.
|
Tepung terigu
|
Rp. 5.000
|
9.
|
Gula pasir
|
Rp. 12.000
|
10.
|
Susu bubuk
|
Rp. 4.500
|
11.
|
Air
|
Rp. 14.000
|
12.
|
Mentega putih
|
Rp. 800
|
13.
|
Garam
|
Rp. 600
|
14.
|
Plastik kemasan
|
Rp. 500
|
15.
|
Baking Powder
|
Rp. 3000
|
16.
|
Buah Naga
|
Rp. 6.000
|
17.
|
Telur Ayam
|
Rp. 1.500
|
4.2.2 Koleksi Data dan Analisis Populasi Kumulatif
No.
|
Item
|
Harga
|
Harga Kumulatif
|
1.
|
Timbangan
|
Rp. 180.000
|
Rp. 180.000
|
2.
|
Loyang
|
Rp. 12.000
|
Rp. 120.000
|
3.
|
Pisau
|
Rp. 8.000
|
Rp. 40.000
|
4.
|
Kompor
|
Rp. 450.000
|
Rp. 450.000
|
5.
|
Oven
|
Rp. 800.000
|
Rp. 800.000
|
6.
|
Mixer
|
Rp. 230.000
|
Rp. 460.000
|
7.
|
Sendok
|
Rp. 10.000
|
Rp. 50.000
|
8.
|
Tepung terigu
|
Rp. 5.000
|
Rp. 1.000.000
|
9.
|
Gula pasir
|
Rp. 12.000
|
Rp. 960.000
|
10.
|
Susu bubuk
|
Rp. 4.500
|
Rp. 540.000
|
11.
|
Air
|
Rp. 14.000
|
Rp. 672.000
|
12.
|
Mentega putih
|
Rp. 800
|
Rp. 400.000
|
13.
|
Garam
|
Rp. 600
|
Rp. 3.000
|
14.
|
Plastik kemasan
|
Rp. 500
|
Rp. 250.000
|
15.
|
Baking Powder
|
Rp. 3.000
|
Rp. 72.000
|
16.
|
Buah Naga
|
Rp. 6.000
|
Rp. 900.000
|
17.
|
Telur Ayam
|
Rp. 1.500
|
Rp. 225.000
|
TOTAL
|
Rp. 7.122.000
|
4.2.3 Urutan Data dari yang terkecil hingga terbesar
No.
|
Item
|
Harga
|
Harga Kumulatif
|
16.
|
Buah Naga
|
Rp. 7.500
|
Rp. 1.125.000
|
8.
|
Tepung terigu
|
Rp. 5.000
|
Rp. 1.000.000
|
9.
|
Gula pasir
|
Rp. 12.000
|
Rp. 960.000
|
5.
|
Oven
|
Rp. 800.000
|
Rp. 800.000
|
11.
|
Air
|
Rp. 14.000
|
Rp. 672.000
|
10.
|
Susu bubuk
|
Rp. 4.500
|
Rp. 540.000
|
6.
|
Mixer
|
Rp. 230.000
|
Rp. 460.000
|
4.
|
Kompor
|
Rp. 450.000
|
Rp. 450.000
|
12.
|
Mentega putih
|
Rp. 800
|
Rp. 400.000
|
14.
|
Plastik kemasan
|
Rp. 500
|
Rp. 250.000
|
17.
|
Telur Ayam
|
Rp. 1.500
|
Rp. 225.000
|
1.
|
Timbangan
|
Rp. 180.000
|
Rp. 180.000
|
2.
|
Loyang
|
Rp. 12.000
|
Rp. 120.000
|
15.
|
Baking Powder
|
Rp. 3.000
|
Rp. 72.000
|
7.
|
Sendok
|
Rp. 10.000
|
Rp. 50.000
|
3.
|
Pisau
|
Rp. 8.000
|
Rp. 40.000
|
13.
|
Garam
|
Rp. 600
|
Rp. 3.000
|
TOTAL
|
Rp. 7.122.000
|
4.2.4 Kalkulasi Biaya dan Persentase tiap item
No
|
Item
|
Harga
|
Harga Kumulatif
|
Kumulatif
|
Persentase (%)
|
Kategori
|
8.
|
Tepung terigu
|
Rp. 5.000
|
Rp. 1.000.000
|
Rp. 1.000.000
|
14,04
|
A
|
9.
|
Gula pasir
|
Rp. 12.000
|
Rp. 960.000
|
Rp. 1.960.000
|
27,52
|
A
|
16.
|
Buah Naga
|
Rp. 6.000
|
Rp. 900.000
|
Rp. 2.860.000
|
40,15
|
A
|
5.
|
Oven
|
Rp. 800.000
|
Rp. 800.000
|
Rp. 3.660.000
|
51,39
|
A
|
11.
|
Air
|
Rp. 14.000
|
Rp. 672.000
|
Rp. 4.332.000
|
60,82
|
A
|
10.
|
Susu bubuk
|
Rp. 4.500
|
Rp. 540.000
|
Rp. 4.872.000
|
68,40
|
A
|
6.
|
Mixer
|
Rp. 230.000
|
Rp. 460.000
|
Rp. 5.332.000
|
74,86
|
B
|
4.
|
Kompor
|
Rp. 450.000
|
Rp. 450.000
|
Rp. 5.782.000
|
81,18
|
B
|
12.
|
Mentega putih
|
Rp. 800
|
Rp. 400.000
|
Rp. 6.182.000
|
86,80
|
B
|
14.
|
Plastik kemasan
|
Rp. 500
|
Rp. 250.000
|
Rp. 6.432.000
|
90,31
|
C
|
17.
|
Telur Ayam
|
Rp. 1.500
|
Rp. 225.000
|
Rp. 6.657.000
|
93,47
|
C
|
1.
|
Timbangan
|
Rp. 180.000
|
Rp. 180.000
|
Rp. 6.837.000
|
95,99
|
C
|
2.
|
Loyang
|
Rp. 12.000
|
Rp. 120.000
|
Rp. 6.957.000
|
97,68
|
C
|
15.
|
Baking Powder
|
Rp. 3.000
|
Rp. 72.000
|
Rp. 7.029.000
|
98,69
|
C
|
7.
|
Sendok
|
Rp. 10.000
|
Rp. 50.000
|
Rp. 7.079.000
|
99,39
|
C
|
3.
|
Pisau
|
Rp. 8.000
|
Rp. 40.000
|
Rp. 7.119.000
|
99,95
|
C
|
13.
|
Garam
|
Rp. 600
|
Rp. 3.000
|
Rp. 7.122.000
|
100
|
C
|
TOTAL
|
Rp. 7.122.000
|
BAB V
DISKON KUANTITAS
5.1 Definisi Diskon Kuantitas
Diskon Kuantitas adalah pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah yang besar. Diskon kuantitas harus ditawarkan sama untuk semua pelanggan dan tidak boleh melebihi penghematan biaya yang diperoleh penjual karena menjual dalam jumlah besar. Diskon Kuantitas, yaitu penurunan harga bagi orang yang membeli dalam jumlah besar. Contoh yang lazim adalah “$10 per unit dibawah 100 unit; $9 per unit untuk 100 unit atau lebih”. Diskon kuantitas harus ditawarkan sama untuk pelanggan dan tidak boleh melebihi penghematan biaya yang diperoleh penjual. Diskon tersebut dapat ditawarkan untuk masing-masing pesanan yang dilakukan atau untuk jumlah unit yang dipesan selama kurun waktu tertentu.
5.2 Pilihan Item
Salah satu item yang dipilih perusahaan adalah ”buah naga”.
No.
|
Kuantitas Diskon
|
Diskon (%)
|
Harga Diskon (P)
|
1.
|
0 sampai 99
|
Tidak Ada Diskon
|
Rp. 7500
|
2.
|
100 sampai 199
|
5
|
Rp. 3750
|
3.
|
200 sampai 299
|
7
|
Rp. 5250
|
4.
|
300 sampai selebihnya
|
8
|
Rp. 6000
|
Biaya normal Buah Naga per kilogramnya ialah Rp. 7500. Biaya pemesanan ialah Rp. 10.000 dengan permintaan per tahunnya 150 kilogram per tahun. Ongkos membawa persediaan sejumlah 20% dari biaya penyimpanan barang jadi. Biaya penyimpanan barang jadi ialah sebesar 3.900.000
Langkah ke 1 : Menghitung EOQ (Q*) setiap diskon.
Q*1 = √ 2 x (150) x (10.000) = 44,72 kg = 45 kg
(0,2) x (7.500)
Q*2 = √ 2 x (150) x (10.000) = 63,24 kg = 63 kg
(0,2) x (3.750)
Q*3 = √ 2 x (150) x (10.000) = 53,45 kg = 53 kg
(0,2) x (5250)
Q*4 = √ 2 x (150) x (10.000) = 50 kg = kg
(0,2) x (6000)
Langkah ke 2 : Menyesuaikan hasil EOQ (Q*) 1, 2, 3 dan 4 dengan Kuantitas Diskonnya yang paling mendekati.
Q*1 = 45 kg
Q*2 = 100 kg (disesuaikan)
Q*3 =200 kg (disesuaikan)
Q*4 =300 kg (disesuaikan)
Langkah ke 3 : Perhitungan Biaya.
Ø Perhitungan Biaya Produk Tahunan : P x D
Biaya Produk Tahunan 1 = Rp. 7500 x 150 kg buah
= Rp. 1.125.000
Biaya Produk Tahunan 2 = Rp. 3750 x 150 kg buah
= Rp. 562.500
Biaya Produk Tahunan 3 = Rp. 5250 x 150 kg buah
= Rp. 787.500
Biaya Produk Tahunan 4 = Rp. 6000 x 150 kg buah
= Rp. 900.000
Ø Perhitungan Biaya Pemesanan Tahunan : D/Q x S
Biaya Pemesanan Tahunan 1 = 150/45 x 10.000 = Rp. 33.333
Biaya Pemesanan Tahunan 2 = 150/100 x 10.000 = Rp. 15.000
Biaya Pemesanan Tahunan 3 = 150/200 x 10.000 = Rp. 7.500
Biaya Pemesanan Tahunan 4 = 150/300 x 10.000 = Rp. 5.000
Ø Perhitungan Biaya Penyimpanan Tahunan : Q/2 x H
Biaya Penyimpanan Tahunan 1 = 45/2 * 1.500 = Rp. 33.750
Biaya Penyimpanan Tahunan 2 = 100/2 * 750 = Rp. 37.500
Biaya Penyimpanan Tahunan 3 = 200/2 * 1.050 = Rp. 105.000
Biaya Penyimpanan Tahunan 4 = 300/2 * 1.200 = Rp. 180.000
H = 20% * biaya diskon
Ø Biaya Total : Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan + Biaya Produk
1). Rp. 33.333 + Rp. 33.750 + Rp. 1.125.000 = Rp. 1.192.083
2). Rp. 15.000 + Rp. 37.500 + Rp. 562.500 = Rp. 615.000
3). Rp. 7.500 + Rp. 105.000 + Rp. 787.500 = Rp. 900.000
4). Rp. 5.000 + Rp. 180.000 + Rp. 900.000 = Rp. 1.085.000
Angka Diskon
|
Harga Satuan
|
Kuantitas Pesanan
|
Biaya Produk Tahunan
|
Biaya Pemesanan Tahunan
|
Biaya Penyimpanan Tahunan
|
Biaya Total
|
1
|
Rp. 7500
|
45
|
Rp. 1.125.000
|
Rp. 33.333
|
Rp. 33.750
|
Rp. 1.192.083
|
2
|
Rp. 3750
|
100
|
Rp. 562.500
|
Rp. 15.000
|
Rp. 37.500
|
Rp. 615.000
|
3
|
Rp. 5250
|
200
|
Rp. 787.500
|
Rp. 7.500
|
Rp. 105.000
|
Rp. 900.000
|
4
|
Rp. 6000
|
300
|
Rp. 900.000
|
Rp. 5.000
|
Rp. 180.000
|
Rp. 1.085.000
|
BAB VI
PERSEDIAAN PROBABILISTIK
6.1 Definisi Persediaan Probabilistik
Model persediaan probabilistik dimungkinkan adanya stockout atau kekurangan persediaan yang terjadi dalam suatu perusahaan, hal semacam ini dapat disebabkan oleh tingkat pemakaian persediaan yang tidak direncanakan ataupun waktu penerimaan barang tidak sesuai jadwal yang diharapkan karena berbagai sebab. Ketidakpastian ini salah satunya akan menyebabkan perusahaan lost sales, sehingga manajemen harus menjadwal ulang produksi ataupun pengadaan bahan baku. Sementara itu disisi lain perusahaan penyedia bahan baku menawarkan sejumlah diskon, dimana harga bahan baku mendapat potongan untuk pembelian jumlah tertentu sehingga menjadi sangat menarik untuk dipertimbangkan.
6.2 Definisi Persediaan Pengaman dan Peranannya
Persediaan pengaman pada semua situasi ada suatu "safety stock" antara menempatkan pesanan untuk penggantian persediaan, penerimaan dari pada barang yang masuk kedalam persediaan. Oleh Sofyan Assauri, dalam bukunya Management Production (2000: 25) Tenggag waktu ini biasanya disebut dengan delivery lead time. Setelah mengadakan pesanan untuk penggantian, pemenuhan pesanan dari langganan harus dipenuhi persediaan yang ada. Permintaan dari langganan biasanya berfluktuasi dan tidak dapat diramalkan dengan tepat kecuali jika ada kesepakatan sebelumnya dan tidak melebihi permintaan yang telah disepakati bersama.
Safety stock disini sudah tertanggar. Apabila pesanan dilakukan pada waktu persediaan sebesar 300 unit maka pada waktu barang yang dipesan datang persediaan gudang masih 160 unit (yaitu 360 - 200), persis sama besar nya dengan besarnya safety stock, yang berarti safety stock tidak tertanggar. Persediaan pengaman dengan sendirinya akan ada resiko yang tidak dapat di hindari bahwa persediaan yang ada akan habis sama sekali sebelum penggantian datang sehingga pelayanan kepada langanan tidak dapat dipenuhi dengan baik. Karena tingkat pelayanan ini harus dipertahankan dengan menciptakan suatu Safety stock yang akan menampung setiap penyimpanan selama lead time.
6.3 Tiga item persediaan probabilistik
a) Permintaan variabel dan waktu tunggu konstan
- Kategori A, item buah naga
Permintaan harian rata-rata akan item buah naga adalah 300 unit, dengan standar deviasi 5. Ditetapkan bahwa lead timenya adalah 1 hari dan risiko kekurangan persediaan yang diperbolehkan 5%, sehingga tingkat pelayanan yang dimungkinkan adalah 95 %. Maka, dari tabel kurva normal, nilai Z-nya adalah sebesar 1,65.
ROP = (permintaan harian rata-rata x waktu tunggu dalam hari) + ZσdLT
Dimana σdLT = standar deviasi dari permintaan selama waktu tunggu = σd√(waktu tunggu)
ROP = (300 x 1) + 1,65 (5)
= (300) + (8.25)
= 308.25 308 buah
Persediaan pengaman (SS) = ROP – permintaan harian rata-rata
= 308 – 300 = 8 buah
b) Waktu tunggu variabel dan permintaan konstan
Kategori B item susu bubuk
Permintaan harian rata-rata akan susu bubuk adalah 2 bungkus, dengan standar deviasi 5. Ditetapkan bahwa lead timenya adalah 1 hari dan risiko kekurangan persediaan yang diperbolehkan 10%, sehingga tingkat pelayanan yang dimungkinkan adalah 90 %. Maka, dari tabel kurva normal, nilai Z-nya adalah sebesar 1,28.
ROP = (permintaan harian x waktu tunggu rata-rata dalam hari) + Z (permintaan harian) x σLT
Dimana σLT = standar deviasi dari waktu tunggu dalam hari
ROP = (2 x 1 ) + 1,28 (5)
= 2 + 6.4
= 8,4 ≈ 8 bungkus
Persediaan pengaman (SS) = 8 – 2 = 6 bungkus
c) Permintaan dan waktu tunggu variabel
Kategori C item plastik kemasan
Permintaan harian rata-rata akan susu bubuk adalah 30 bungkus, dengan standar deviasi dari permintaan 5, standar deviasi dari waktu tunggu 1 hari. Ditetapkan bahwa lead time (waktu tunggu rata-rata)nya adalah 2 hari dan risiko kekurangan persediaan yang diperbolehkan 5%, sehingga tingkat pelayanan yang dimungkinkan adalah 95 %. Maka, dari tabel kurva normal, nilai Z-nya adalah sebesar 1,65.
ROP = (permintaan harian rata-rata x waktu tunggu rata-rata) + ZσdLT
Dimana σd = standar deviasi dari permintaan per hari
σLT = standar deviasi waktu tunggu dalam hari
dan σdLT = √((waktu tunggu rata-rata)x (σ²d)+(waktu permintaan harian)²(σ²LT))
σdLT =
= 5
= 30,82 31 bungkus
ROP = (30 x 2) + 1,65 σdLT
= 60+ 1,65 (31)
= 60 + 51,15
= 111,15 bungkus ≈ 111 bungkus plastik
Persediaan pengaman (SS) = 111 – 30 = 81 bungkus plastik