[Ku Tuliskan
Pengalamanku, Bukan Untuk Rekan-rekan Belajar, Tapi Izinkanlah Saya Belajar
Kepadamu, Tambahkanlah Yang Kurang]
Bismillah...
Hallo teman-teman semua, sudah tau deh apa masalah yang kita
bahas. Saya yakin sekali, tidak hanya saya yang pernah mengalaminya. Semua
teman-teman pasti pernah mengalaminya. Susahnya mentraining karyawan, ini
adalah cerita saya mentraining karyawan generasi micin, saya butuh cerita
tambahan dan masukan dari rekan-rekan sejawat generasi masako dan generasi
dinosaurus heheee............
Hari ini saya ingin curhat sekaligus mengungkapkan alasan,
mengapa teman-teman harus membaca blog saya “Langkah simple mentraining
karyawan zaman NOW!!!” awalnya judul ini
akan saya beri nama “Mudahnya mentraining karyawan se-enak Ngupil”, tapi apa
hendak dikata, judul ini banyak di kritik oleh para fans-fans saya yang
notabenya generasi dinosaurus, dasar deh......!!!!!!
Setiap usai seleksi, dan masuk masa training, selalu saja
beberapa bulan kemudian karyawan resign. Saya adalah tipe orang pengajar, yang
sangat senang sekali mengajari sesuatu kepada orang lain. Tapi........... lama
kelamaan tiap habis di training, resign, tiap habis di training
resign,.....sempet baper banget, rasanya lebih sakit dari patah hati (lebaaay).
Tapi mau gimana lagi......, ya, cari karyawan lain...INI UJIAN NAIK LEVEL!!! (Menghibur diri).
Paling jengkel lagi, kalau resign-nya barengan..... pasti
kacau banget, masalah lainnya yang lebih parah lagi adalah sering telatan,
sering izin gak masuk dan sering main HP di depan Customer.
Nah... lama-kelamaan saya terus berpikir, pasti ada yang
salah dengan sistem karyawan saya,
karyawan adalah karyawan, yang bila saya berani merekrut, maka memecat
adalah resiko. Jika saat memecat itu saya yang salah, itu adalah resiko saya,
tapi akan saya jadikan pembelajaran di masa mendatang, tapi apa yang saya
lakukan untuk perusahaan, itulah kebenaran, hal yang dianggap benar adalah apa
yang saya lakukan, karena mereka juga tidak merasakan bagaimana saya
mentraining, mereka tidak merasakan bagaimana patah hatinya ketika capek-capek
mentraining, eh... resign lagi, rombongan lagi.... jika memang hanya untuk
resign, maka sikap saya lembut atau kasar, itu tidak masalah!! Jika karyawan
ingin maju bersama sama, ayo kita maju
bersama sama bersama saya. Namun, bila hanya maen-maen, maka resign secepatnya
lebih baik.
Ketakutan terbesar ku adalah saat karyawan resign....
Bagaimana diri ini tidak takut.....
Karena aku bingung mencari gantinya.....dimana, harus kemana,
dan bagaimana mempelakukan meeka....
Usai kebingungan itu terselesaikan, levelku naik...tidak lagi
mencari pengganti, namun... bagaimana cara agar mereka dapat mudah
beradaptasi....
Satu hari training,
resign.....shock!!
Dua hari training, tak
muncul lagi hari ke tiga.... stress!!!
7 hari training,
bahagia dikiranya betah..., eh... tak muncul lagi!!! Patah hati!!!
Ketika ku berhasil melakukan training kepada mereka,
kontraksi kembali, bagaimana mungkin ada
tega di mereka, berkhianat pada ku...pura-pura sakit, ku coba telpon dengan
nomer asing, suara asing...eh....tertawa manis, genit..., bagaimana sakitnya
hati ini... kuharap mereka menebesar bersama optimisku, namun nyatanya,
tertutupi kebohongan-kebohongan seorang karyawan....
Jika Dia resign, jangan
takut!! Yakinlah bahwa setelahnya, akan dapat yang lebih baik!!
Kita membesar dengan orang yang sevibrasi ingin membesar.
Jadilah magnet untuk membesarkan orang, agar orang yang datang adalah orang
yang ingin membesar. Jika dia resign atau kita pecat, jangan lah dipermainkan
oleh ragu dan kebimbangan, yakinlah setelahnya, pasti akan dapat yang lebih
baik.
Aset tebaik yang dimiliki HRD adalah database pelamar, asal
sekolahan, dan nomer handphone. Dengan mengetahui asal sekolahan kita bisa
menerik teman-temannya yang belum memasukan lamaran dengan metode-metode yang
akan di sebutkan nanti. Nomer handphone digunakan untuk broadcast lamaran
apabila mencari lagi. Oleh karena itu, semakin banyak kita mendapatkan pelamar
akan semakin mudah kita mencari karyawan kedepannya.
Dari mana saa kita bisa mndapatkan pelamar?
Seperti halnya konsumen yang memiliki titik kumpul, calon
karyawan juga memiliki titik kumpulnya sendiri. Lowongan pekerjaan yang telah
kita buat harus di publikasikan pada titik kumpul calon karyawan tersebut.
Beberapa titik kumpul yang bisa di “BOOM”
publikasi lowongan pekerjaan antara lain :
1. Lulusan Sekolah Menengah Atas atau
Kejuruan (SMA/SMK), serta perguruan tinggi di sekitar perusahaan.
2. Group-group lowongan kerja di media
sosial seperti facebook dan instagram
3. Pengumuman melalui media cetak
(koran). Ini metode yang digunakan para dinosaurus, apakah efektif???
4. Mengumpulkan nama, email, beserta
nomer handphone semua pelamar yang telah memasukan lamaran di perusahaan baik
yang diterima maupun tidak, kemudian memasukan ke database phonebook. Dengan
memiliki database semua pelamar tersebut, apabila kita membutuhkan karyawan
lagi, broadcast sms/whatsaap dapat dilakukan ke database tersebut. Biasanya
beberapa diantaranya memviralkan inormasi tersebut.
Gimana teman-teman sejawat semua??? Apakah metode ala
generasi micin ini nampak menjadi metode cerdas??? Heheeee.......
Setiap saya merekrut orang, saya tidak akan menyia-nyiakan
mereka, karena setiap karyawan yang masuk, harus membuat melakukan sesuatu hal
seperti membuat suatu hal dari trainingnya/memvideokan sesuatu hal dari
trainingnya/mensistemkan sesuatu hal dari trainingnya. Dimana suatu hal
tersebut adalah hal bernilai bagi saya, yang mana ketika nanti mereka keluar,
maka saya memperoleh kemudahan dalam mentraining anak baru.
Berikut kesusahan dalam melakukan training karyawan:
1. Beban pikiran saya berat sekali
ketika harus melakukan step – step apa saja yang harus ditrainingkan. Maka
ketika ada karyawan masuk, saat saya mentrainingnya, maka saya minta dia untuk
mencatat/mengetik apa saja yang telah di trainingnya dalam bentuk cek list.
Dengan cek list ini, saya akan lebih mudah memantau karyawan, mana yang belum
di training dan mana yang sudah tertraining, dan training apa yang harus
dilakukan hari kedepan.
2. Masalahnya adalah attitude karyawan
lama selalu saja menular ke karyawan baru, dan karyawan baru sulit diatur
setelah beberapa saat. DAN INI adalah
hal terextrim yang pernah saya lakukan. Dengan dukungan teman- teman dan
setelah saya mengikuti salah satu training sistematisasi bisnis, kami memecat
satu persatu karyawan baik yang lama maupun yang baru. Selama bulanan, “genosida”
itu teradi. Gimana caranya, “saya dan pimpinan buat aturan “dictator” yang wajib ditaati karyawan
dan surat kesanggupan kerja yang ditandatangani dan terdapat jangka waktu
mereka kerja. Aturan-aturan ini menimbulkan kontraksi, terlebih tiga aturan
yang saya yakin membuat “grundelan” para karyawan.
a. Saat pulang harus cek body
b. Bila sakit harus ada surat sakit dari
Dokter
c. Bila telat masuk kerja akan dapat
surat peringatan
Beberapa karyawan setelah
diberlakukan aturan tersebut, hari berikutnya hilang gak muncul. Merasa
berdosa...? ya...saya merasa berdosa, tapi ya itu tadi, hati saya mungkin sudah
mengeras akibat sering di BAPER-in sama karyawan... jika saya menguntip
kata-kata yang pernah diucapkan oleh artis drama korea dalam serial Docter
Stranger : “setiap pasien yang meninggal
karena operasi jantung, akan menjadi pembelajaran saya, sehingga operasi
selanjutnya akan lebih baik dan lebih baik lagi”.
Ok deh.....
kita mulai ya....
Indikator
keberhasilan training karyawan itu gampang bangeeeet!!!!!!
1. Kalau mereka tidak sibuk dengan
HP-nya sendiri atau ngobrol dengan karyawan lain saat bekerja, anda berhasil
mentrainingnya....
2. Kalau mereka saat melayani pelanggan
tidak berkata “barangnya Gak punya, barangnya habis, barangnya belum ada,
barangnya sedang kosong, coba cari di tempat lain, tempat lain lebih lengkap”,
anda berhasil mentraining....
3. Kalau mereka tidak telatan, datang
selalu ontime, anda berhasil mentraining.
4. Kalau mereka tidak izin atau masuk
secara mendadak, tidak banyak alasan masuk ATAU pura-pura sakit, anda berhasil
mentraining mereka.
Start up – profiting – sistemasi –
duplikasi - investasi