Jumat, Maret 22, 2019

Pengalamanku


[Ku Tuliskan Pengalamanku, Bukan Untuk Rekan-rekan Belajar, Tapi Izinkanlah Saya Belajar Kepadamu, Tambahkanlah Yang Kurang]
Bismillah...
Hallo teman-teman semua, sudah tau deh apa masalah yang kita bahas. Saya yakin sekali, tidak hanya saya yang pernah mengalaminya. Semua teman-teman pasti pernah mengalaminya. Susahnya mentraining karyawan, ini adalah cerita saya mentraining karyawan generasi micin, saya butuh cerita tambahan dan masukan dari rekan-rekan sejawat generasi masako dan generasi dinosaurus heheee............
Hari ini saya ingin curhat sekaligus mengungkapkan alasan, mengapa teman-teman harus membaca blog saya “Langkah simple mentraining karyawan zaman NOW!!!”  awalnya judul ini akan saya beri nama “Mudahnya mentraining karyawan se-enak Ngupil”, tapi apa hendak dikata, judul ini banyak di kritik oleh para fans-fans saya yang notabenya generasi dinosaurus, dasar deh......!!!!!!
Setiap usai seleksi, dan masuk masa training, selalu saja beberapa bulan kemudian karyawan resign. Saya adalah tipe orang pengajar, yang sangat senang sekali mengajari sesuatu kepada orang lain. Tapi........... lama kelamaan tiap habis di training, resign, tiap habis di training resign,.....sempet baper banget, rasanya lebih sakit dari patah hati (lebaaay). Tapi mau gimana lagi......, ya, cari karyawan lain...INI UJIAN NAIK LEVEL!!! (Menghibur diri).
Paling jengkel lagi, kalau resign-nya barengan..... pasti kacau banget, masalah lainnya yang lebih parah lagi adalah sering telatan, sering izin gak masuk dan sering main HP di depan Customer.
Nah... lama-kelamaan saya terus berpikir, pasti ada yang salah dengan sistem karyawan saya,  karyawan adalah karyawan, yang bila saya berani merekrut, maka memecat adalah resiko. Jika saat memecat itu saya yang salah, itu adalah resiko saya, tapi akan saya jadikan pembelajaran di masa mendatang, tapi apa yang saya lakukan untuk perusahaan, itulah kebenaran, hal yang dianggap benar adalah apa yang saya lakukan, karena mereka juga tidak merasakan bagaimana saya mentraining, mereka tidak merasakan bagaimana patah hatinya ketika capek-capek mentraining, eh... resign lagi, rombongan lagi.... jika memang hanya untuk resign, maka sikap saya lembut atau kasar, itu tidak masalah!! Jika karyawan ingin maju bersama sama, ayo kita  maju bersama sama bersama saya. Namun, bila hanya maen-maen, maka resign secepatnya lebih baik.
Ketakutan terbesar ku adalah saat karyawan resign....
Bagaimana diri ini tidak takut.....
Karena aku bingung mencari gantinya.....dimana, harus kemana, dan bagaimana mempelakukan meeka....
Usai kebingungan itu terselesaikan, levelku naik...tidak lagi mencari pengganti, namun... bagaimana cara agar mereka dapat mudah beradaptasi....
Satu hari training, resign.....shock!!
Dua hari training, tak muncul lagi hari ke tiga.... stress!!!
7 hari training, bahagia dikiranya betah..., eh... tak muncul lagi!!! Patah hati!!!
Ketika ku berhasil melakukan training kepada mereka, kontraksi kembali,  bagaimana mungkin ada tega di mereka, berkhianat pada ku...pura-pura sakit, ku coba telpon dengan nomer asing, suara asing...eh....tertawa manis, genit..., bagaimana sakitnya hati ini... kuharap mereka menebesar bersama optimisku, namun nyatanya, tertutupi kebohongan-kebohongan seorang karyawan....
Jika Dia resign, jangan takut!! Yakinlah bahwa setelahnya, akan dapat yang lebih baik!!
Kita membesar dengan orang yang sevibrasi ingin membesar. Jadilah magnet untuk membesarkan orang, agar orang yang datang adalah orang yang ingin membesar. Jika dia resign atau kita pecat, jangan lah dipermainkan oleh ragu dan kebimbangan, yakinlah setelahnya, pasti akan dapat yang lebih baik.
Aset tebaik yang dimiliki HRD adalah database pelamar, asal sekolahan, dan nomer handphone. Dengan mengetahui asal sekolahan kita bisa menerik teman-temannya yang belum memasukan lamaran dengan metode-metode yang akan di sebutkan nanti. Nomer handphone digunakan untuk broadcast lamaran apabila mencari lagi. Oleh karena itu, semakin banyak kita mendapatkan pelamar akan semakin mudah kita mencari karyawan kedepannya.
Dari mana saa kita bisa mndapatkan pelamar?
Seperti halnya konsumen yang memiliki titik kumpul, calon karyawan juga memiliki titik kumpulnya sendiri. Lowongan pekerjaan yang telah kita buat harus di publikasikan pada titik kumpul calon karyawan tersebut. Beberapa titik kumpul yang bisa di “BOOM” publikasi lowongan pekerjaan antara lain :
1.       Lulusan Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK), serta perguruan tinggi di sekitar perusahaan.
2.       Group-group lowongan kerja di media sosial seperti facebook dan instagram
3.       Pengumuman melalui media cetak (koran). Ini metode yang digunakan para dinosaurus, apakah efektif???
4.       Mengumpulkan nama, email, beserta nomer handphone semua pelamar yang telah memasukan lamaran di perusahaan baik yang diterima maupun tidak, kemudian memasukan ke database phonebook. Dengan memiliki database semua pelamar tersebut, apabila kita membutuhkan karyawan lagi, broadcast sms/whatsaap dapat dilakukan ke database tersebut. Biasanya beberapa diantaranya memviralkan inormasi tersebut.
Gimana teman-teman sejawat semua??? Apakah metode ala generasi micin ini nampak menjadi metode cerdas??? Heheeee.......
Setiap saya merekrut orang, saya tidak akan menyia-nyiakan mereka, karena setiap karyawan yang masuk, harus membuat melakukan sesuatu hal seperti membuat suatu hal dari trainingnya/memvideokan sesuatu hal dari trainingnya/mensistemkan sesuatu hal dari trainingnya. Dimana suatu hal tersebut adalah hal bernilai bagi saya, yang mana ketika nanti mereka keluar, maka saya memperoleh kemudahan dalam mentraining anak baru.
Berikut kesusahan dalam melakukan training karyawan:
1.       Beban pikiran saya berat sekali ketika harus melakukan step – step apa saja yang harus ditrainingkan. Maka ketika ada karyawan masuk, saat saya mentrainingnya, maka saya minta dia untuk mencatat/mengetik apa saja yang telah di trainingnya dalam bentuk cek list. Dengan cek list ini, saya akan lebih mudah memantau karyawan, mana yang belum di training dan mana yang sudah tertraining, dan training apa yang harus dilakukan hari kedepan.
2.       Masalahnya adalah attitude karyawan lama selalu saja menular ke karyawan baru, dan karyawan baru sulit diatur setelah  beberapa saat. DAN INI adalah hal terextrim yang pernah saya lakukan. Dengan dukungan teman- teman dan setelah saya mengikuti salah satu training sistematisasi bisnis, kami memecat satu persatu karyawan baik yang lama maupun yang baru. Selama  bulanan, “genosida” itu teradi. Gimana caranya, “saya dan pimpinan buat aturan “dictator” yang wajib ditaati karyawan dan surat kesanggupan kerja yang ditandatangani dan terdapat jangka waktu mereka kerja. Aturan-aturan ini menimbulkan kontraksi, terlebih tiga aturan yang saya yakin membuat “grundelan” para karyawan.
a.     Saat pulang harus cek body
b.     Bila sakit harus ada surat sakit dari Dokter
c.      Bila telat masuk kerja akan dapat surat peringatan
Beberapa karyawan setelah diberlakukan aturan tersebut, hari berikutnya hilang gak muncul. Merasa berdosa...? ya...saya merasa berdosa, tapi ya itu tadi, hati saya mungkin sudah mengeras akibat sering di BAPER-in sama karyawan... jika saya menguntip kata-kata yang pernah diucapkan oleh artis drama korea dalam serial Docter Stranger : “setiap pasien yang meninggal karena operasi jantung, akan menjadi pembelajaran saya, sehingga operasi selanjutnya akan lebih baik dan lebih baik lagi”.
Ok deh..... kita mulai ya....
Indikator keberhasilan training karyawan itu gampang bangeeeet!!!!!!
1.  Kalau mereka tidak sibuk dengan HP-nya sendiri atau ngobrol dengan karyawan lain saat bekerja, anda berhasil mentrainingnya....
2.  Kalau mereka saat melayani pelanggan tidak berkata “barangnya Gak punya, barangnya habis, barangnya belum ada, barangnya sedang kosong, coba cari di tempat lain, tempat lain lebih lengkap”, anda berhasil mentraining....
3.  Kalau mereka tidak telatan, datang selalu ontime, anda berhasil mentraining.
4.  Kalau mereka tidak izin atau masuk secara mendadak, tidak banyak alasan masuk ATAU pura-pura sakit, anda berhasil mentraining mereka.

Start up – profiting – sistemasi – duplikasi - investasi