Nostalgia pelajaran waktu kuliah....... :)
APLIKASI DIAGRAM PARETO
Berikut ini merupakan teori untuk modul pareto
1. Pengertian Diagram Pareto
Diagram Pareto merupakan metode standar dalam pengendalian mutu
untuk mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan lagi
pula dianggap sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami oleh
pekerja tidak terlalu terdidik, serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang
yang cukup kompleks. Diagram pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan
klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga
terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk
segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera
diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, Diagram pareto juga dapat
digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses,
sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses.
Diagram pareto dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi Italia yang
bernama Vilredo Pareto pada abad ke 19. Diagram Pareto digunakan untuk
memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya,
dari yang paling besar di sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan.
Susunan tersebut akan membantu untuk menentukan pentingnya atau prioritas
kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji. Bantuan
diagram pareto tersebut kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian
pada sebab-sebab yang mempunyai dampak yang paling besar terhadap kejadian
daripada meninjau berbagai sebab suatu waktu. Kunci peningkatan proses pertama
kali adalah mengidentifikasi area utama dan memfokuskan perhatian pada masalah
itu. Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan
urutan banyaknya kejadian. Tahapan penggunaan dari diagram pareto adalah
mencari fakta dari data ciri gugus kendali mutu yang diukur, menentukan penyebab
masalah dari tahapan sebelumnya dan mengelompokkan sesuai dengan periodenya,
membentuk histogram evaluasi dari kondisi awal permasalahan yang ditemui,
melakukan rencana dan pelaksanaan perbaikan dari evaluasi awal permasalahan
yang ditemui, melakukan standarisasi dari hasil perbaikan yang telah ditetapkan
dan menentukan tema selanjutnya (DitjenNak,2000).
Vilfredo Pareto, ekonom Italia
pencetus prinsip Pareto. (Wikimedia Commons)
Prinsip Pareto berasal dari gagasan filsuf dan ekonom asal Italia,
yaitu Vilfredo Federico Damaso Pareto. Gagasan ini ditemukannya sewaktu ia
mengamat-amati tanaman kacang.
Dari pengamatan tersebut, ia menemukan fakta bahwa sekitar 20
persen tanaman kacang polong di kebun menyumbang 80 persen kacang polong yang
sehat. Penasaran dengan penemuan ini, ia pun mencari fakta lainnya.
Pareto kemudian melihat seluruh Italia dan ia menemukan fakta
bahwa 20 persen dari populasi penduduk Italia memiliki 80 persen tanah di
negara tersebut. Ia pun menemukan fakta-fakta lainnya dan lahirlah prinsip
Pareto dalam aturan 80/20.
Dari aturan 80/20 inilah, prinsip Pareto diterapkan ke semua hal,
misalnya aja:
20 persen dari aplikasi menguras 80 persen daya smartphone.
20 persen dari pakaian digunakan buat 80 persen aktivitas.
Dengan kata lain, setiap kejadian yang ada ternyata 20 persen
penyebabnya berkontribusi ke 80 persen akibat. Itulah yang mau dijelaskan
Pareto dalam aturan 80/20 ciptaannya.
Lalu, apa
keuntungan yang diperoleh dari penerapan prinsip Pareto dalam bisnis?
Ilustrasi prinsip Pareto.
(Shutterstock)
Dengan menggunakan prinsip Pareto ini, kamu bisa meningkatkan
keuntungan dari bisnis yang kamu jalankan. Gimana penerapan prinsip Pareto ini
dalam bisnis?
Misalnya aja, kamu adalah pelaku usaha yang menjalankan bisnis
online. Menurut prinsip Pareto, 80 persen keuntungan yang kamu peroleh berasal
dari 20 persen produk yang kamu jual. Sementara sisa keuntungan yang 20 persen
berasal dari 80 persen produk yang terjual.
Berdasarkan pembagian itulah, kamu harus menelusuri 20 persen
produk mana aja yang paling laris dijual. Nah, kalau udah tahu apa aja
produk-produk yang menyumbang penjualan terbesar, kamu tinggal menjaga agar
produk-produk tersebut terus menyumbang 80 persen penghasilan.
Kamu bisa menjaga ketersediaan produk agar jangan sampai stok yang
tersedia kosong. Dengan begitu, hasil penjualan sebesar 80 persen tetap
terjaga.
Selain buat pelaku usaha, prinsip Pareto ini juga berguna buat para
produsen produk. Penerapannya bisa dimulai dengan mencari tahu siapa aja pelanggan-pelanggan,
dalam hal ini distributor yang rutin melakukan pembelian produk.
Setelah kamu dapat daftarnya, urutkan dari yang penjualannya
tertinggi hingga terendah. Dengan aturan 80/20 prinsip Pareto, ambil 20 persen
pelanggan penyumbang terbesar hasil penjualan. Pastikan benar-benar 20 persen
pelanggan tersebut memberi 80 persen hasil penjualan.
Kalau udah tahu siapa aja pelanggan yang 20 persen itu, tugas
produsen selanjutnya adalah bikin mereka tetap loyal berbelanja. Memberikan
pelayanan terbaik dengan tambahan produk lainnya atau hadiah bisa jadi cara
menjaga loyalitas mereka.
2. Kegunaan Diagram
Pareto
Ada beberapa kegunaan dalam sebuah diagram pareto. Berikut ini
adalah kegunaan diagram pareto (Purba,2008):
a.
Menunjukkan
persoalan utama.
b.
Menyatakan
perbandingan masing-masing persoalan terhadap keseluruhan.
c.
Menunjukkan
tingkat perbaikan setelah adanya tindakan perbaikan.
d.
Menunjukkan
perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah perbaikan.
Analisis diagram pareto digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi tipe-tipe yang tidak sesuai.
Diagram pareto
tersebut dibuat dengan mengikuti langkah-langkah yang ditunjukkan dengan
mengalihkan perhatian kepada ketidaksesuaian paling tinggi frekuensinya,
meskipun tidak harus yang paling penting.
3. Prinsip Diagram Pareto
Prinsip Diagram Pareto juga dikenal sebagai aturan 80/20 dengan
melakukan 20% dari pekerjaan bisa menghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan itu.
Aturan 80/20 dapat diterapkan pada hampir semua hal, seperti (library.binus.ac.id):
a.
80% dari keluhan
pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa.
b.
80% dari
keterlambatan jadwal timbul 20% dari kemungkinan penyebab penundaan.
c.
20% dari produk
atau account untuk layanan, 80% dari keuntungan Anda.
d.
20% dari-tenaga
penjualan menghasilkan 80% dari pendapatan perusahaan Anda.
e.
20% dari cacat
sistem penyebab 80% masalah nya.
Prinsip pareto untuk manajer proyek adalah mengingatkan untuk
fokus pada 20% hal yang materi, tetapi tidak mengabaikan 80% masalah.
4. Cara Pembuatan Diagram Pareto
Untuk menjelaskan proses pembuatan diagram Pareto. Berikut ini
akan dijabarkan melalui beberapa langkah (DitjenNak,2000):
a.
Menentukan
masalah yang akan diteliti, mengidentifikasikan kategori-kategori atau
penyebab-penyebab dari masalah yang akan diperbandingkan, setelah itu
merencanakan dan melaksanakan pengumpulan data.
b.
Membuat suatu
ringkasan data atau tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah yang
telah diteliti dengan menggunakan formulir pengumpulan data.
c.
Membuat daftar
masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi
sampai yang terendah, serta hitunglah frekuensi kumulatif, persentase dari
total kejadian, dan persentase dari total kejadian secara kumulatif.
d.
Menggambar dua
buah garis vertikal dan sebuah garis horizontal.
e.
Membuat histogram
pada diagram pareto.
f.
Menggambar kurva
kumulatif serta mencantumkan nilai-nilai kumulatif (total kumulatif atau persen
kumulatif) disebelah kanan atas dari interval setiap item masalah.
g.
Memutuskan untuk
mengambil tindakan peningkatan atas penyebab utama dari masalah yang sedang
terjadi.
5. Langkah Penyusunan Diagram Pareto
Ada beberapa langkah dalam pembuatan sebuah diagram pareto. Berikut
ini adalah langkah-langkah membuat diagram pareto:
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya
berdasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan
untuk membuat urutan karakteristik karakteristik tersebut, misalnya rupiah,
frekuensi, unit, dan sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat rangking
kategori data tersebut dari yaang terbesar hingga yang terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau
persentase kumulatif.
6. Menggambar diagram batang,
menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing- masing masalah.
Diagram Pareto merupakan salah satu tools (alat) dari QC 7
Tools yang sering digunakan dalam hal pengendalian Mutu. Pada dasarnya,
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan
banyaknya jumlah kejadian. Urutannya mulai dari jumlah permasalahan yang paling
banyak terjadi sampai yang paling sedikit terjadi. Dalam Grafik, ditunjukkan
dengan batang grafik tertinggi (paling kiri) hingga grafik terendah (paling
kanan).
Dalam aplikasinya, Diagram Pareto sangat bermanfaat dalam menentukan
dan mengidentifikasikan prioritas permasalahan yang akan diselesaikan.
Permasalahan yang paling banyak dan sering terjadi adalah prioritas utama kita
untuk melakukan tindakan.
Sebelum membuat sebuah Diagram Pareto, data yang berhubungan
dengan masalah atau kejadian yang ingin kita analisis harus dikumpulkan
terlebih dahulu. Pada umumnya, alat yang sering digunakan untuk pengumpulan
data adalah dengan menggunakan Check Sheet atau Lembaran Periksa.
6. Contoh Membuat Diagram Pareto
Langkah-langkah dalam membuat Diagram
Pareto adalah sebagai berikut :
a.
Mengidentifikasikan
permasalahan yang akan diteliti dan penyebab-penyebab kejadian.
(Contoh Permasalahan : Tingginya tingkat Cacat di Produksi Perakitan PCB, Penyebabnya : Solder Short, No Solder, Missing, Solder Ball dan Solder Crack)
(Contoh Permasalahan : Tingginya tingkat Cacat di Produksi Perakitan PCB, Penyebabnya : Solder Short, No Solder, Missing, Solder Ball dan Solder Crack)
b.
Menentukan
Periode waktu yang diperlukan untuk analisis (misalnya per Bulanan, Mingguan
atau per harian)
c.
Membuat catatan
frekuensi kejadian pada lembaran periksa (check sheet)
d.
Membuat daftar
masalah sesuai dengan urutan frekuensi kejadian (dari tertinggi sampai
terendah).
e.
Menghitung
Frekuensi kumulatif dan Persentase kumulatif
f.
Gambarkan
Frekuensi dalam bentuk grafik batang
g.
Gambarkan
kumulatif Persentase dalam bentuk grafik garis
h.
Intepretasikan
(terjemahkan) Pareto Chart tersebut
i.
Mengambil
tindakan berdasarkan prioritas kejadian / permasalahan
j.
Ulangi lagi
langkah-langkah diatas meng-implementasikan tindakan improvement (tindakan
peningkatan) untuk melakukan perbandingan hasil.
Diagram Pareto juga merupakan salah satu alat yang dipakai
oleh Metodologi Six Sigma dalam tahap Definisi (Definition
Phase).
Tempat kerja kita dibanjiri oleh banyak masalah (semoga juga tidak
terlalu banyak biar bisa pulang tepat waktu J), sedangkan sumber daya yang
kita punya, baik manuasia maupun waktu, sangat terbatas. Untuk itu kita perlu
memusatkan sumberdaya yang ada untuk menyelesaikan masalah yang paling
signifikan memberikan hasil terbesar. Prinsip Pareto atau lebih dikenal juga
sebagai aturan 20/80 menyatakan banyak kejadian atau akibat sebesar 80% dari
total efeknya hanya disebabkan 20% dari sebabnya. Prinsip ini dinamakan
berdasarkan seorang ekonom dari italia yang bernama Vilfredo Pareto yang pada
tahun 1906 mengamati dan menemukan fakta bahwa 80% tanah di Italia, hanya
dimiliki oleh 20% dari total populasi. Contoh diagram Pareto adalah adalah
sebagai berikut:
Dari diagram Pareto diatas, dapat diketahui bahwa hanya 4 Masalah
yang menyebabkan kerugian terbesar, yaitu hingga 80% dari total masalah.
Sehingga, untuk mengurangi total kerugian, kita dapat berfokus pada 4 masalah
tersebut dari pada keseluruhan masalah yang ada namun tetap memberikan
implikasi yang besar terhadap pengurangan total kerugian yang ada.
Pareto diagram merupakan salah satu perangkat kendali mutu (QC 7
Tools) yang membantu kita untuk menganalisa data berdasarkan kategorinya dan
implikasi dari pola datanya (sebab terhadap akibat) terhadap akibat atau
masalah seluruhnya. Serta membantu kita untuk memfokuskan usaha kepada
kontribusi data terbesar (20/80).
Cara membuat diagram pareto secara sederhana melalui program MS
Excel dalah sebagai berikut:
1. Definisikan apa masalah yang akan
dianalisa (sebab) dan kumpulkan data kerugian dari masalah tersebut (akibat),
contoh sebagai berikut:
2. Lalu urutkan berdasarkan jumlah kerugian mulai dari yang terbesar, hingga yang terkecil.
3. Buatlah tabel sebagai berikut, lalu
hitung rasio kerugian tersebut serta kalkulasi juga kumulatif dari rasio
tersebut.
4. Buatlah grafik batang dan secondary
axis berupa grafik garis. Untuk grafik batang, gunakan data kerugian, sedangkan
grafik garis gunakan data kumulatif rasio. Hasilnya adalah grafik sebagai
berikut. Lalu interpretasikan berdasarkan hasil data dan tujuan kita dalam
membuat data tersebut, misal mengurangi kerugian.
Berdasarkan grafik Pareto, kita dapat mengolah berapa besarkah masalah yang kita hadapi, akibat dari setiapmasalah yang ada dan strategi apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah berdasarkan target yang ada. Jadi, misalnya kita dapat target untuk mengurangi kerugian sebesar 30% dari kerugian total Rp. 132.004 atau sebesar Rp. 39.601. Maka dari pada kita menurunkan seluruh kerugian baik masalah A sampai J masing-masing sebesar 30%, lebih effisien jika kita menurukan kerugian dimasalah yang paling besar yaitu G dan C dengan total kontribusi kerugian sebesar 65% (kumulatif) menjadi separuhnya atau 50%. Sehingga didapatkan hasil penurunan kerugian sebesar 32.5% sesuai atau melebihi target.
Diagram Pareto
juga bisa kita gunakan sebagai analisa perbandingan sebelum dan sesudah
perbaikan. Fungsinya adalah untuk menganalisa hasil perbaikan dan implikasi
dari tindakan perbaikan yang dilakukan. Gambarannya sebagai berikut.
Memungkinkan
juga, dari hasil perbandingan Pareto sebelum dan sesudah perbaikan, terdapat
distribusi data yang berubah, bisa jadi lebih baik atau lebih buruk, contohnya
sebagai berikut.
Terdapat peningkatan kerugian di masalah F. Hal ini perlu dianalisa, apakah peningkatan kerugian ini akibat implikasi “negatif” penerapan perbaikan ataukah ada akar masalah lain yang timbul.
Prinsip Pareto
dapat kita gunakan juga sebagai filosofi dalam tindakan kita. Kita harusnya
berfokus untuk mengerjakan dengan baik sebab yang 20% untuk menghasilkan akibat
sebesar 80%. Contoh sederhananya adalah, Tukul Arwana yang “fenomenal” hanya
menggunakan 1 jam waktunya di acara empat mata, sedangkan sebagian karyawan
menghabiskan 10 sampai 12 jam ditempat kerja (kurang lebih 20% tukul 80%
karyawan untuk waktu kerja). Namun hasil sehari yang didapatkan Tukul Arwana jauh
lebih besar dari pada gaji sebulan sebagian besar karyawan (kurang lebih 20%
Karyawan 80% Tukul Arwana untuk besar penghasilan).
Pustaka Diagram Pareto dan Diagram Sebab Akibat
1. Diagram Pareto (Pareto Charts)
Diagram Pareto (Pareto Chart) adalah diagram yang dikembangkan
oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad XIX
(Nasution, 2004: 114). Diagram Pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai
kategori kejadian yang disusun menurutukurannya, dari yang paling besar di sebelah
kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan. Susunan tersebut membantu
menentukan pentingnya atau prioritas kategori
kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji atau untuk memngetahui
masalah utama proses.
Heizer (2001:92) Diagram Pareto memiliki peranan penting dalam
proses perbaikan kualitas. Prinsip diagram Pareto adalah dengan aturan 80/20
yang diadaptasi oleh Joseph Juran, yaitu 80% dari masalah (ketidaksesuaian)
disebabkan oleh penyebab (cause) sebesar 20%. Diagram Pareto membantu pihak
manajemen mengidentifikasi area kritis (area yang paling banyak mengakibatkan
masalah) yan membutuhkan perhatian lebih dengan cepat.
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang yang pertama yang tertinggi serta ditempatkan
pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada
sisi paling kanan. Penggunaan diagram pareto biasanya dokombinasikan dengan
penggunaan lembar periksa (check sheet). Contoh garafik pareto dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
Diagram Pareto juga mengidentifikasi hal yang penting, serta
alternatif pemecahan yang akan membawa perbaikan secara substansial dalam
kualitas. Diagram ini juga memberikan pedoman dalam menempatkan sumber-sumber
yang terbatas untuk aktivitas pemecahan masalah. Diantara manfaat diagram
Pareto terdapat berbagai kegunaan lain, yaitu:
· Untuk menetapkan masalah utama dalam kualitas.
· Untuk menentukan setiap masalah secara komparatif terhadap masalah
keseluruhan.
· Untuk menunjukan tingkat perbaikan sesudah perbaikan tersebut.
Dilakukan pada bagian – bagian yang terbatas.
· Untuk menentukan perbandingan setiap masalah sebelum dan sesudah
tindakan perbaikan dilakukan.
Langkah – langkah
membuat diagram Pareto:
· Menentukan rata-rata dari kualifikasi data, contoh berdasar
penyebab masalah, tipe ketidaksesuaian atau hal lain yang khusus
· Menentukan sejauh mana kepentingan relatif yang akan diputuskan,
apakah akan berdasar pada nilai finansial atau frekuensi dari kejadian.
· Urutkan kategori prioritas dari yang terpenting sampai ke
prioritas yang memiliki kepentingan terbawah.
· Menghitung nilai frekuensi kumulatif dari kategori data
berdasarkan urutannya.
· Membuat diagram batang untuk menunjukan kepentingan relatif dari
masing-masing permasalahan dalam urutan angka. identifikasikan sebab utama yang
membutuhkan perhatian lebih.
· Hasil diagram Pareto dapat digunakan pada diagram sebab-akibat
untuk mengetahui akar penyebab masalah. Setelah penyebab potensial diketahui
dari diagram tersebut, diagram Pareto dapat disusun untuk merasionalisasi data
yang diperoleh dari diagram sebab akibat. Selanjutnya, diagram Pareto dapat
digunakan pada semua tahap PDCAcycle. Pada tahap evaluasi hasil, Diagram Pareto
ditampilkan untuk melihat perbedaan pada waktu sebelum dan sesudah proses
penanggulangan untuk mengetahui efek upaya perbaikan.
2. Diagram Sebab Akibat
Khoru (1985:85) Diagram Sebab Akibat dikembangkan oleh Ishikawa
Ph.D sering disebut diagram Ishikawa. Karena bentuk dari diagram ini yang
menyerupai tulang ikan maka sering disebut juga diagram Tulang Ikan (Fishbone
Diagram). Diagram ini pada dasarnya digunakan untuk mengidentifikasikan masalah
dan menunjukkan kumpulan dari sebab akibat yang disebut sebagai faktor serta
akibat yang ditimbulkannya yang disebut sebagai karakteristik mutu.
Kegunaan dari diagram ini adalah untuk menemukan faktor-faktor
yang merupakan sebab pada suatu masalah. Jika suatu proses stabil maka diagram
akan memberikan petunjuk pada penyebab yang akan diperiksa untuk perbaikan
proses. Dalam diagram sebab akibat, penyebab terjadinya masalah umumnya dibagi
menjadi 5 faktor, yaitu Faktor Manusia, Faktor Metode, Faktor Alat/ Mesin ,
Faktor Material dan Faktor Lingkungan
Penggunaan diagram sebab akibat mengikuti langkah-langkah
(Gaspertz, 1997:112) berikut:
· Dapatkah kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan ungkapkan
masalah itu sebagai suatu pertanyaan masalah.
· Temukan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan
teknik brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide
yang berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.
· Gambarkan diagram dengan pertanyaan mengenai masalah untuk
ditempatkan pada sisi kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori utama, seperti
bahan baku, metode, manusia, mesin, dan lingkungan ditempatkan pada cabang
utama (membentuk tulang-tulang besar dari ikan). Kategori utama dapat diubah
sesuai kebutuhan.
· Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan
menempatkannya pada cabang yang sesuai.
· Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan ”mengapa” untuk
menemukan akar penyebab, kemudian tulis akar-akar penyebab itu pada
cabang-cabang yang sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang kecil
dari ikan). Untuk menemukan akar penyebab, kita dapat menggunakan teknik
bertanya ”mengapa ” sampai lima kali, tapi jika pada pertanyaan ke-1 atau 2
kali sudah tidak bisa dilakukan, maka akar utama sudah ditemukan.
· Interprestasi atas diagram sebab-akibat itu adalah dengan melihat
penyebab-penyebab yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan
kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab tersebut.
Selanjutnya, fokuskan perhatian pada penyebab yang dipilih melalui konsensus.
Alasan yang lebih kuat untuk menentukan prioritas dominan adalahdengan
mereferensi data yang ditemukan saat analisa kondisi yang ada di lapangan.
· Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab-akibat,
dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif yang
dilakukan efektif karena telah menghilangkan akar penyebab dari masalah yang
dihadapi.
Sumbang saran dan penelusuran lanjut diperlukan unutk menentukan
faktor-faktor penyebab terjadinya masalah tersebut. Setiap faktor, dibagi lagi
menjadi akar-akar kecil sampai penyebab sesungguhnya kenapa masalah tersebut
terjadi ditemukan. Tidak semua faktor digunakan untuk mencari penyebab
terjadinya masalah, tetapi hanya faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi
yang ada saja yang ditarik akar penyebabnya. Bisa jadi dalam satu masalah hanya
ada satu faktor saja, namun terdiri dari beberapa penyebab.
DAFTAR PUSTAKA