MATERI 5
TEKNOLOGI KINERJA
Sebagai intervensi Instruksional,
teknologi kinerja memang tepat diterapkan /diimplementasikan dalam
Instruksional atau pembelajaran. Hal ini diperkuat dari beberapa definisi para
pakar Teknologi kinerja. Pada prinsipnya Instruksional adalah mencapai hasil
yang effektif dan efficient yang sangat berkorelasi positip terhadap Teknologi
Kinerja. Berikut ini definisi Teknologi Kinerja dari beberapa
pakar :
Nickols (1977,
p. 14) mengatakan bahwa performance sebagai hasil sebuah tingkah laku”. Tingkah
laku adalah aktifitas individu sedangkan akibat-akibat dari tingkah laku adalah
cara-cara dimana lingkungan individu bereaksi dan ini berbeda berdasarkan hasil
dari tingkah lakunya.”
Gilbert
(1974) , menyamakan kinerja dengan prestasi-prestasi yang dicapai.
Ryle
(1949) yang menggunakan istilah prestasi (achievement), dimana dia menggunakannya untuk melihat
efek-efek prilaku yang berkaitan pada makna kinerja (performance). Akibatnya,
prestasi itu dinilai oleh sistem, prestasi-prestasi- ini yang terkait dengan
HPT.
istilah ini
sering digunakan dalam mengarahkan pada prosedur-prosedur penerapan yang
berasal dari penelitian ilmiah dan pegalaman para pelaksana dalam memecahkan
beberapa masalah di lapangan (Clark dan Sugrue, 1990; Hawkridge, 1976;
Stolovitch dan LaRocque, 1983).
HPT adalah
salah satu dari berbagai keturunan teori sistem umum, yang digunakan oleh
beberapa organisasi. Sistem dianggap sebagai “ sebuah sekelompok kompleks
manusia dan mesin dimana dari keseluruhannya terdapat tujuan yang sama.”
(Checkland, 1972, p. 91).
Menurut
Ainsworth (1979, p. 5), “ sebuah landasan dasar dari HPT adalah sebuah hasil
yang signifikan- menemukan dengan benar,
tujuan-tujuan kinerja yang berguna dan menyatakannya dalam istilah yang mudah
dipahami.” Interversi-interversi yang tepat
dirancang untuk merubah, dan ini diawasi dan dimodifikasi sampai sistem itu
mencapai standar kinerja yang diharapkan.
HPT juga membawa
sejumlah asumsi dan atribut. Ini
sudah dinyatakan oleh Geis (1986). Berikut ini adalah
poin-poin pentingnya:
1. Teknologi
kinerja manusia sah menurut hukum dan sering diprediksi dan diawasi.
2.
ilmu
tentang prilaku manusia sangat terbatas, oleh karena itu HPT harus bergantung
pada pengalaman dan penelitian para ilmuwan.
3. HPT
berasal dari beberapa penelitian yang dilakukan pada saat menghasilkannya.
4. HPT
adalah hasil dari sejumlah sumber ilmu: cyber netika tingkah laku, psikologi,
ilmu komunikasi, ilmu infomasi, ilmu sistem, ilmu managemen, dan yang
akhir-akhirnya sedang marak yaitu ilmu kognitif.
5. HPT
tidak diakui pada beberapa sistem pengiriman tidak juga dibatasi pada golongan
tertentu dan area tertentu. Ini dapat digunakan pada setiap kinerja manusia,
tapi biasanya lebih banyak digunakan dalam suatu organisasi dan dunia kerja.
6. HPT
bersifat empiris. Ini mebutuhkan sebuah pembuktian sebagai hasil dari analisa
dan usaha-usaha intervensi.
7. HPT
bersifat mengembangkan. Berdasarkan prinsip-prinsip dasarnya, namun demikian
ini memperbolehkan sejumlah ruang untuk inovasi dan kreatifitas.
8. Walaupun
teknologi kinerja tidak memiliki pondasi teoritis tentang dirinya, -teori- dan
-pengalaman- yang memandunya dibentuk oleh data-data empiris yang terakumulasi
sebagai hasil praktek yang telah didokumentasikan secara sistematis.Dalam
beberapa cara, HPT membagi atribut-atributnya dengan bidang lainnya (managemen,
pengembangan organisasi, kesehatan, dan psikiater).
Sejumlah
pengarang berusaha untuk menjelaskan makna teknologi kinerja. Beberapa dari
mereka telah menekankannya dalam proses dan metode-metode yaitu: “teknologi
kinerja adalah sekumpulan metode dan proses untuk menyelesaikan masalah atau
memberdayakan kesempatan yang berhubungan dengan kinerja seseorang. Ini
dapat digunakan pada individu, kelompok kecil, atau organisasi besar ( National
Society Of Performance And Instruction Citied In Rosenberg, 1990, p.46).
Untuk Benefit dan Tate
(1990) “ Teknologi kinerja [manusia] adalah proses sistematis dalam
mengidentifikasikan kesempatan pengembangan kinerja, standar peraturan kinerja,
strategi pengidentifikasian pengembangan kinerja, analisa keuntungan dalam
berkinerja”.
untuk Jacobs
(1998 p.6-7) “ teknologi kinerja manusia menghadirkan manfaat dari pendekatan
sistem dalam sejumlah bentuk yang berbeda tergantung pada masalah yang dihadapi
dan aktifitas profesional yang dibutuhkan.
Teknologi kinerja
manusia adalah untuk meningkatkan modal manusia, yang dapat diperoleh sebagai
produk waktu dan kesempatan, teknologi merupakan sekumpulan prosedur yang
tertata rapi dan sesuai untuk mengubah potensi menjadi kapital (modal)”.
(Gilbert, 1978. hal 11-12).
Menurut Harless
(dikutip daari Geis,1986, hal. 1), “Teknologi kinerja manusia adalah sebuah
proses seleksi, analisa, rancangan, pengembangan, penerapan, dan pengujian
program-program berdasar pada yang paling efektif berpengaruh terhadap prilaku
manusia dan prestasi-prestasinya.”
Rosenberg (1990, p 46)
telah memikirkan tentang ini; “ Sistem pengembangan kinerja secara total
sebenarnya adalah penggabungan dari analisis kinerja yang sistematik dengan
intervensi sumber daya manusia yang menyeluruh. Dan ilmu yang menggabungkan
semua sistem ini dikenal sebagai Teknologi Kinerja Manusia”.
Foshay dan Moller (liat
bab 42) menekankan relevansi dan jarak
dalam definisi mereka tentang Teknologi Kinerja Manusia, mereka melihat ini
sebagai sesuatu yang terstruktur terutama oleh masalah-masalah Teknologi
Kinerja Manusia di lingkungan dunia kerja dan yang tergambar dari setiap
disiplin dengan kemampuan perspektif dalam memecahkan masalah didalam Teknologi Kinerja Manusia, yang dapat
juda diterapkan di bidang lainnya. Menurut
mereka, jarak ini menunjukkan keunikan bidang ini. Sedangkan selama ini memang
tidak ada ketetapan definisi yang sama.
Sedangkan
selama ini memang tidak ada ketetapan definisi yang sama.
1. HPT
bersifat sistematis. Ini terorganisir, kaku, dan diterapkan dalam sebuah
tingkah laku metodikal. Prosedur- prosedur yang ada yang mendorongpara praktisi
untuk mengidentifikasikan perbedaan dalam kinerja (masalah-masalah dan
peluang-peluangnya), mengkarakteristikannya dengan terukur atau cara-cara yang
dapat diawasi, menganalisa mereka, menyeleksi intervansi yang sesuai, dan
menerapkannya dalam sebuah sistem yang terkontrol dan terkendali.
2.
HPT
bersifat sistemik. Ini nampak adanya perbedaan kinerja manusia sebagai
elemen-elemen sistem, dimana berubah dengan sistem. Ini menolak untuk menerima
penyebab-penyebab yang jelas dan solusi-solusi tanpa menguji segi yang lainnya.
Kinerja dilihat sebagai hasil sejumlah pengaruh-pengaruh variabel ( seleksi,
pelatihan, feedback, sumber daya,
managemen support, insentif, dan campur tangan); semuanya itu harus
dianalisis dengan tepat, intervensi-intervensi hemat biaya diseleksi dan
disebarkan.
3. Teknologi
Kinerja Manusia secara ilmiah didasarkan pada teori yang ada dan fakta-fakta
yang empiris. Ini mencoba untuk mendapatkan kinerja manusia yang diinginkan
melalui cara-cara yang berasal dari penelitian ilmiah, ketika memungkinkan,
atau jika tidak memungkinkan maka dari bukti-bukti yang tersimpan. Ini menolak
entusias, intervensi yang tidak kuat tidak dapat mendemonstrasikan landasan-landasan
teoritis yang kuat atau hasil kinerja yang valid. HPT sangat terbuka pada
ide-ide baru dan metode-metode atau intervensi-intervensi yang bermakna. Namuan
demikian ini perlu bahwa, semua itu memaparkan bukti yang terorganisis secara
sistematik untuk mensupport nilai potensi mereka
4.
HPT
sangat terbuka pada semua cara, metode dan media. Ini tidak terbatas pada
susunan sumber-sumber atau teknologi yang ada,. Sebaliknya teknologi kinera
manusia berusaha mencari cara yang paling efektif dan efisisen untuk mencapai
hasil yang paling maksimal.
5. HPT ditekankan pada perolehan prestasi-prestasi, yang
manusia capai dan sistem bernilai. Ini
mencari hasil garis dasar- seperti yang Gilbert jelaskan (1978. hal 17). ia
mengelompokkannya dalam prestasi-prestasi yang bernilai. “kinerja
yang layak”. Ini tidak memfokuskan pada behaviour atau pada sebuah kemenangan.
HPT memiliki kinerja yang layak sebagaimana tujuannya yang dicapai oleh
pelaksana dan organisasi dimana dia bekerja.
6. HPT
adalah sebuah pendekatan teknik untuk mencapai prestasi-prestasi yang ingin
dicapai oleh manusia. Para ahli teknologi adalah mereka yang mengambil sebuah
sistem dalam gap kinerja manusia, menganalisa gap dan sistem tersebut secara
sistematis, dan merancang intervensi yang efektif dan efisien yang berdasarkan
pada analisa data, ilmu-ilmu ilmiah, dan data-data panduan, agar dapat menutup
gap yang terjadi.
Komponen
Kinerja Clock
|
Intervensi
Kelompok
|
Pelatihan
Insentif dan motivasi
Lingkungan
Kerangka Clock
|
Intervensi-intervensi yang mendukung pemerolehan pengetahuan,
keahlian dan kemampuan
Intervensi-intervensi yang dirancang unutk memotivasi kinerja manusia
Intervensi-intervensi yang dirancang untuk menyesuaikan dan mengubah
lingkungan kerja
Intervensi-intervensi yang
dirancang untuk menyelaraskan
komponen-komponen utama pekerjaan, para pekerja, dan tempat kerja.
|
MEMBANDINGKAN
TEKNOLOGI INSTRUKSIONAL DENGAN TEKNOLOGI KINERJA MANUSIA
Teknologi
instruksional dapat bermakna pengetahuan, keahlian, dan kemampuan mengadapi
masalah. Ketika pengetahuan dan keahlian dilibatkan, maka sebuah intervensi
yang tepat yang diterapkan. Tidak ada yang manyangkal bahwa akan selalu muncul
sebuah kebutuhan-kebutuhan para pekerja akan perolehan pengetahuan dan keahlian
yang baru. Dengan kenyataan bahwa rata-rata penigkatan dan perubahan yang
terjadi, kebutuhan akan program-program pelatihan dan perancang instruksional
akan tumbuh berkembang. Penyampaian teknologi tinggi seperti pelatihan webside
(WBT) dan pelatihan berdasarkan mutimedia (MBT) memerlukan perancang
instruksional lebih dari metode-metode penyampaian pelatihan tradisional
lakukan. Semua pelatihan harus dirancang senagn menggunakan prinsip-prisip
design instruksional. Kita semua telah melihat sebagian besar program-program
pelatihan menjadi gagal karena mereka tidak dirancang dengan baik.
Perbandingan-perbandingan
pada perbedaan-perbedaan yang penting antara teknologi instruksional dan
teknologi kinerja telah ditulis secara ekstensif dimana-mana. Tujuan saya dalam
bab ini adalah untuk menunjukkan beberapa perbedaan-perbedaan yang lebih signifikan
dan menggaris bawahi beberapa tantangan yang dapat anda temui jika anda
memutuskan untuk mengembangkan diri anda dari teknologi instruksional menjadi
teknologi kinerja. Pada bagian berikutnya lihatlah bagian teknologi leveraging
untuk mendukung teknologi instruksional dan teknologi kinerja manusia. Kedua
teknologi tersebut mendukung pengembangan kinerja manusia.
Membandingkan
Teknologi kinerja manusia dengan Teknologi instruksional
Teknologi
kinerja manusia
|
Teknologi
instruksional
|
Berpusat pada para pekerja dan prestasi-prestasi organisasi
Sistem-sistem dan hal-hal yang sistemik merupakan tema utamanya
Hal-hal yang terkait dengan kinerja merupakan berbagai
penyebab-penyebab
Pastikan adanya pendukung misi-misi organisasi
Memerlukan jaringan-jaringan dengan para spesialis dalam
disiplin-disiplin dan bidang-bidang lainnya
Membutuhkan keahlian-keahlian proyek managemen yang telah maju
Membutuhkan pembelajaran secara terus-menerus
Berhubungan baik dengan para klien
Filosofi-filosofi dikembangkan dan diperluas secara terus menerus
|
Berpusat pada kurangnya pengetahuan dan keahlian-keahlian
Memusatkan pada pekerjaan-pekerjaan, tanggung jawab dan tugas-tugas.
Mengasumsikan bahwa penyebab utamanya adalah pengetahuan dan
kurangnya keahlian didalamnya
Biasanya tidak memperhatikan keselarasan sebuah faktor utama.
Bekerja terutama dalam komunitas design instruksional
Membutuhkan keahlian-keahlian proyek managemen dasar
Keahlian-keahlian design instruksional merupakan tujuan akhir
Dengan normal siloed dalam departemen pelatihan
Filosofi-filosofi yang dikembangkan dengan kuat dan tidak
berubah-ubah dengan mudah
|
HPT
juga berakar pada tingkah laku, dan sering dianggap sebagai cabang dari gerakan
instruksi terprogram. Ainsworth (1979. p.3) dengan kritis mengatakan bahwa “
teori yang menggerakkan HPT masih sangat berhubungan dengan teori instrukdi
terpogram. HPT dihubungkan dengan kinerja terukur dan penstrukturan
elemen-elemen dimana sistem berfungsi untuk meningkatkan kinerja. Para ahli
teknologi harus memperhatikan dan menganalisis stimuli dimana sistem dapat
mempengaruhi kinerja, merespon yang dihasilkan, dan dengan konsekuensi pada
reaksi-reaksi ini (penghargaan atau celaan) agar dapat menemukan akar penyebab
lemahnya kinerja. Sekali ini dicoba, dia dapat melanjutkan tujuan-tujuan
kinerja yang diteliti dan terukur. Menurut Ainsworth (1979, p. 5), “ sebuah
landasan dasar dari HPT adalah sebuah hasil yang signifikan- menemukan
dengan benar, tujuan-tujuan kinerja yang
berguna dan menyatakannya dalam istilah yang mudah dipahami.” Interversi-interversi yang tepat dirancang
untuk merubah, dan ini diawasi dan dimodifikasi sampai sistem itu mencapai
standar kinerja yang diharapkan.
HPT juga membawa
sejumlah asumsi dan atribut. Ini
sudah dinyatakan oleh Geis (1986). Berikut ini adalah
poin-poin pentingnya:
1. Teknologi
kinerja manusia sah menurut hukum dan sering diprediksi dan diawasi.
2.
ilmu
tentang prilaku manusia sangat terbatas, oleh karena itu HPT harus bergantung
pada pengalaman dan penelitian para ilmuwan.
3. HPT
berasal dari beberapa penelitian yang dilakukan pada saat menghasilkannya.
4. HPT
adalah hasil dari sejumlah sumber ilmu: cyber netika tingkah laku, psikologi,
ilmu komunikasi, ilmu infomasi, ilmu sistem, ilmu managemen, dan yang
akhir-akhirnya sedang marak yaitu ilmu kognitif.
5. HPT
tidak diakui pada beberapa sistem pengiriman tidak juga dibatasi pada golongan
tertentu dan area tertentu. Ini dapat digunakan pada setiap kinerja manusia,
tapi biasanya lebih banyak digunakan dalam suatu organisasi dan dunia kerja.
6. HPT
bersifat empiris. Ini mebutuhkan sebuah pembuktian sebagai hasil dari analisa
dan usaha-usaha intervensi.
7. HPT
bersifat mengembangkan. Berdasarkan prinsip-prinsip dasarnya, namun demikian
ini memperbolehkan sejumlah ruang untuk inovasi dan kreatifitas.
8. Walaupun
teknologi kinerja tidak memiliki pondasi teoritis tentang dirinya, -teori- dan
-pengalaman- yang memandunya dibentuk oleh data-data empiris yang terakumulasi
sebagai hasil praktek yang telah didokumentasikan secara sistematis.Dalam
beberapa cara, HPT membagi atribut-atributnya dengan bidang lainnya (managemen,
pengembangan organisasi, kesehatan, dan psikiater).
Sejumlah
pengarang berusaha untuk menjelaskan makna teknologi kinerja. Beberapa dari
mereka telah menekankannya dalam proses dan metode-metode yaitu: “teknologi
kinerja adalah sekumpulan metode dan proses untuk menyelesaikan masalah atau
memberdayakan kesempatan yang berhubungan dengan kinerja seseorang. Ini
dapat digunakan pada individu, kelompok kecil, atau organisasi besar ( National
Society Of Performance And Instruction Citied In Rosenberg, 1990, p.46). Untuk
Benefit dan Tate (1990) “ Teknologi kinerja [manusia] adalah proses sistematis
dalam mengidentifikasikan kesempatan pengembangan kinerja, standar peraturan
kinerja, strategi pengidentifikasian pengembangan kinerja, analisa keuntungan
dalam berkinerja”. untuk Jacobs (1998 p.6-7) “ teknologi kinerja
manusia menghadirkan manfaat dari pendekatan sistem dalam sejumlah bentuk yang
berbeda tergantung pada masalah yang dihadapi dan aktifitas profesional yang
dibutuhkan.
Sejumlah pengarang lain
telah memfokuskan pada hasil akhir: “tujuan dari Teknologi kinerja manusis
adalah unuk meningkatkan modal manusia, yang dapat diperoleh sebagai produk
waktu dan kesempatan, teknologi merupakan sekumpulan prosedur yang tertata rapi
dan sesuai untuk mengubah potensi menjadi kapital (modal)”. (Gilbert, 1978. hal
11-12). Menurut Harless (dikutip daari Geis,1986, hal. 1), “Teknologi kinerja
manusia adalah sebuah proses seleksi, analisa, rancangan, pengembangan,
penerapan, dan pengujian program-program berdasar pada yang paling efektif
berpengaruh terhadap prilaku manusia dan prestasi-prestasinya.” Rosenberg
(1990, p 46) telah memikirkan tentang ini; “ Sistem pengembangan kinerja secara
total sebenarnya adalah penggabungan dari analisis kinerja yang sistematik
dengan intervensi sumber daya manusia yang menyeluruh. Dan ilmu yang
menggabungkan semua sistem ini dikenal sebagai Teknologi Kinerja Manusia”.
Foshay dan Moller (liat bab 42)
menekankan relevansi dan jarak dalam definisi mereka tentang Teknologi
Kinerja Manusia, mereka melihat ini sebagai sesuatu yang terstruktur terutama
oleh masalah-masalah Teknologi Kinerja Manusia di lingkungan dunia kerja dan
yang tergambar dari setiap disiplin dengan kemampuan perspektif dalam
memecahkan masalah didalam Teknologi
Kinerja Manusia, yang dapat juda diterapkan di bidang lainnya. Menurut mereka, jarak ini menunjukkan keunikan bidang
ini. Sedangkan selama ini memang tidak ada ketetapan definisi yang sama.
1. HPT
bersifat sistematis. Ini terorganisir, kaku, dan diterapkan dalam sebuah
tingkah laku metodikal. Prosedur- prosedur yang ada yang mendorongpara praktisi
untuk mengidentifikasikan perbedaan dalam kinerja (masalah-masalah dan
peluang-peluangnya), mengkarakteristikannya dengan terukur atau cara-cara yang
dapat diawasi, menganalisa mereka, menyeleksi intervansi yang sesuai, dan menerapkannya
dalam sebuah sistem yang terkontrol dan terkendali.
2. HPT
bersifat sistemik. Ini nampak adanya perbedaan kinerja manusia sebagai
elemen-elemen sistem, dimana berubah dengan sistem. Ini menolak untuk menerima
penyebab-penyebab yang jelas dan solusi-solusi tanpa menguji segi yang lainnya.
Kinerja dilihat sebagai hasil sejumlah pengaruh-pengaruh variabel ( seleksi,
pelatihan, feedback, sumber daya,
managemen support, insentif, dan campur tangan); semuanya itu harus
dianalisis dengan tepat, intervensi-intervensi hemat biaya diseleksi dan
disebarkan
3. Teknologi
Kinerja Manusia secara ilmiah didasarkan pada teori yang ada dan fakta-fakta
yang empiris. Ini mencoba untuk mendapatkan kinerja manusia yang diinginkan
melalui cara-cara yang berasal dari penelitian ilmiah, ketika memungkinkan,
atau jika tidak memungkinkan maka dari bukti-bukti yang tersimpan. Ini menolak
entusias, intervensi yang tidak kuat tidak dapat mendemonstrasikan
landasan-landasan teoritis yang kuat atau hasil kinerja yang valid. HPT sangat terbuka
pada ide-ide baru dan metode-metode atau intervensi-intervensi yang bermakna.
Namuan demikian ini perlu bahwa, semua itu memaparkan bukti yang terorganisis
secara sistematik untuk mensupport nilai potensi mereka
4.
HPT
sangat terbuka pada semua cara, metode dan media. Ini tidak terbatas pada
susunan sumber-sumber atau teknologi yang ada,. Sebaliknya teknologi kinera
manusia berusaha mencari cara yang paling efektif dan efisisen untuk mencapai
hasil yang paling maksimal.
5. HPT ditekankan pada perolehan prestasi-prestasi, yang
manusia capai dan sistem bernilai. Ini
mencari hasil garis dasar- seperti yang Gilbert jelaskan (1978. hal 17). ia
mengelompokkannya dalam prestasi-prestasi yang bernilai. “kinerja
yang layak”. Ini tidak memfokuskan pada behaviour atau pada sebuah kemenangan.
HPT memiliki kinerja yang layak sebagaimana tujuannya yang dicapai oleh
pelaksana dan organisasi dimana dia bekerja.
HPT adalah sebuah pendekatan teknik
untuk mencapai prestasi-prestasi yang ingin dicapai oleh manusia. Para ahli teknologi
adalah mereka yang mengambil sebuah sistem dalam gap kinerja manusia,
menganalisa gap dan sistem tersebut secara sistematis, dan merancang intervensi
yang efektif dan efisien yang berdasarkan pada analisa data, ilmu-ilmu ilmiah,
dan data-data panduan, agar dapat menutup gap yang terjadi.
Didalam lembaga apapun yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat terutama yang menyangkut palayana publik
hal penting yang paling di tuntut adalah perorma lembaga tersebut baik manusia,
birokrasi/prosedur hingga teknologi pendukung.
Kata performance atau kinerja
marujuk pada dua hal yang berkesinambungan :
1.
Kemampuan peserta didik untuk
menggunakan dan mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya, bukan
sekedar mendapat pengetahuan, namun pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan
kompetensi dapat di aplikasikan secara nyata
2.
Selain menolong peserta didik
memiliki kompetensi yang lebih baik, alat dan ide-ide teknologi pendidikan
dapat membantu para guru maupun perancang pembelajaran menjadi tenaga pendidik
yang lebih mumpuni.
Hasilnya mereka dapat menolong
berbagai institusi mencapai tujuan yang lebih baik.
Peningkatan kinerja peserta didik
sebagai pribadi pembelajaran dewasa ini menghadapi dua tantangan. Tantangan
pertama adanya prubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan
kedua adanya teknologi inormasi dan telekomunikasi yang
memperlihatkan perkembangan yang luar biasa. Dalam sebuah kerangka
pembelajaran individual, teknologi pendidikan sebagai sebuah studi berupaya
untuk meningkatkan kinerja atau peforma peserta didik melalui beberapa cara
yaitu :
1.
Memberi pengalaman belajar
bernilai lebih dengan difokuskan pada tujuan yang hendak di capai, bukan
sekedar keberhasilan melewati serangkaian
test terstruktur
2.
Alih-alih menghapal pelajaran, melalui
pemanaatan teknologi pengalaman-pengalaman belajar yang dapat diharapkan dapat
membawa tingkat pemahaman yang lebih dalam.
Pembelajaran bernilai lebih yang
dimaksud oleh Teknologi Pendidikan adalah bahwa melaui aplikasi teknologi dalam
bidang pendidikan :
1.
Tujuan pembelajaran bukan berokus
pada tes atau ujian yang sifatnya sangat dangkal dapat diubah artinya bahwa
pembelajaran bagi siswa bukanlah sekedar menggali kemampuan kogniti, apalagi
pada tingkat kognitif yang rendah yaitu pengetahuan dan pemahaman. Tujuan
pembelajaran sekedar “berhasil dalam ujian” sudah pasti tidak memberikan peningkatan
performa pada peserta didik
2.
Pengabdian pendidikan akan adanya
multiple intelegensi pada peserta didik dapat dihindari. Menurut Howard Garder,
hakikatnya ada 7 tipe intelegensia anak (manusia secara umum). Namun disekolah
hanya ada 2 tipe yang dimasukan dalam intrakulikuler yaitu kemampuan berbahasa
dan logika matematika. Sementara 5 intelegensia yaitu musik, kemampuan spasial, kinentetik, interpersonal
dan intrapersonal hanya merupakan tambahan.
3.
Pembelajaran dapat merambah pada
semua tingkat atau ranah kemampuan peserta didik yang semestinya baik kognitif,
afektif maupun psikomotorik.
4.
Kedalaman pembelajaran lebih
mungkin dicapai. Weigel mengemukakan istilah pembelajaran di permukaan (surface
learning) dan pembelajaran mendalam (deep learning). Surface learning
diwakilkan oleh kebiasaan penghafalan
fakta, memperlakukan materi sebagai bagian-bagian informasi yang tidak
berkaitan dan melakukan prosedur rutin tanpa berfikir. Sebaliknya tujuan dep
learning adalah mendorong peserta didik mengaitkan ide-ide dengan pengetahuan
yang sudah di dapat, mancari pola-pola utama, memepelajari
pernyataan-pernyataan yang ada secara kritis dan merefleksikannya dengan
pemahaman mereka sendiri, dan terjadi pada komunitas pembelajaran berorientasi
pada penyelidikan (inquiry-oriented). Komunitas ini tercipta melalui aplikasi
teknologi informasi dengan memanfaatkan web berbasis jaringan kerja seperti
blog.
5.
Terjadi transfer pembelajaran
dalam dunia pendidikan formal. Teknologi dapat membantu siswa memiliki
kemampuan yang tinggi, sekaligus menerapkan pengetahuan baru di luar ruang
kelas, artinya bahwa dengan teknologi transfer ilmu pengetahuan tidak terbatas
semata dalam ruang kelas melalui design pembelajaran (soft technology) yang
disusun pengajar, namun juga melalui hard technology yaitu penciptaan dan
pemanfaatan lingkungan dimana pembelajar dapat mempraktekan pengetahuan dan
kemampuannya dalam dunia nyata.[1]
Teknologi pendidikan tidak hanya
bergerak dipersekolahan tapi juga dalam
semua aktifitas manusia seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat
dll. Sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan peningkatan
kinerja. Oleh karena kinerja peserta didik baik disekolah maupun di tempat
kerja dapat di tingkatkan melalui penggunaan teknologi seperti desain pembelajaran
dan pemanfaatan lingkungan dimana peserta didik dapat mempraktekan dan
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat dan didunia nyata.
Teknologi dalam bidang pendidikan
dapat dapat menolong para tenaga pengajar menciptakan proses belajar yang lebih
menarik dan bernilai.
Beberapa langkah yang bisa
digunakan untuk memperbaiki kinerja guru dan perancangan desain pembelajaran
adalah :
1.
Menciptakan pembelajaran yang
lebih menguntungkan dari segi biaya. Desain pembelajaran yang sistematis
menolong para perencana pembelajaran mencapai hasil pembelajaran lebih
menguntungkan
2.
Menciptakan pembelajaran yang
lebih menarik maksudnya bevariasi tergantung kasus perkasus. Tetapi secara umum
pembelajaran menarik mengandung beberapa pengertian :
Menantang, memberikan expetasi yang tinggi
Memiliki kesesuaian dengan pengalama peserta didik di masa lalu dengan
di masa datang
Adanya unsur humor dan permainan dalam
pembelajaran
Mempertahankan perhatian siswauntuk hal-hal yang baru
Terlibat secara intelektual dan emosional
Menggunakan berbagai bentuk penyajian teknologi pendidikan
Usaha
perbaikan kinerja yang sifatnya non instructional intervention seperti
menciptakan kondisi kerja yang baik, alat kerja yang lebih memadai dan
memotivasi menjadi lebih giat belajar.[2]
Jadi
dengan Teknologi pendidikan diharapkan bisa memecahkan masalah belajar atau
memfasilitasi pembelajaran agar efektif, efisien, menarik dan juga bisa
meningkatkan kinerja.
Kinerja ini tentunya baik dari segi
peserta didik, guru atau perancang sedain pembelajaran serta oganisasi yang
berkaitan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Dewi. S. Prawiradilaga, dkk,
Teknologi Pembelajaran : Deinisi dan kawaasannya., 2008, Jakarta, UNJ
2.
www.Tpers.net/ensyclopedia-o-education-technology
diakses tanggal 09 juni 2016 jam 21.15
[1] Dewi.
S. Prawiradilaga, dkk, Teknologi Pembelajaran : Deinisi dan kawaasannya., 2008,
Jakarta, UNJ