Jumat, Juni 17, 2016

materi 5 teknologi kinerja



MATERI 5
TEKNOLOGI KINERJA


Sebagai intervensi Instruksional, teknologi kinerja memang tepat diterapkan /diimplementasikan dalam Instruksional atau pembelajaran. Hal ini diperkuat dari beberapa definisi para pakar Teknologi kinerja. Pada prinsipnya Instruksional adalah mencapai hasil yang effektif dan efficient yang sangat berkorelasi positip terhadap Teknologi Kinerja.  Berikut ini definisi Teknologi Kinerja dari beberapa pakar :
Nickols (1977, p. 14) mengatakan bahwa performance sebagai hasil sebuah tingkah laku”. Tingkah laku adalah aktifitas individu sedangkan akibat-akibat dari tingkah laku adalah cara-cara dimana lingkungan individu bereaksi dan ini berbeda berdasarkan hasil dari tingkah lakunya.”
Gilbert (1974) , menyamakan kinerja dengan prestasi-prestasi yang dicapai.
Ryle (1949) yang menggunakan istilah prestasi (achievement),  dimana dia menggunakannya untuk melihat efek-efek prilaku yang berkaitan pada makna kinerja (performance). Akibatnya, prestasi itu dinilai oleh sistem, prestasi-prestasi- ini yang terkait dengan HPT.
istilah ini sering digunakan dalam mengarahkan pada prosedur-prosedur penerapan yang berasal dari penelitian ilmiah dan pegalaman para pelaksana dalam memecahkan beberapa masalah di lapangan (Clark dan Sugrue, 1990; Hawkridge, 1976; Stolovitch dan LaRocque, 1983).
HPT adalah salah satu dari berbagai keturunan teori sistem umum, yang digunakan oleh beberapa organisasi. Sistem dianggap sebagai “ sebuah sekelompok kompleks manusia dan mesin dimana dari keseluruhannya terdapat tujuan yang sama.” (Checkland, 1972, p. 91).
Menurut Ainsworth (1979, p. 5), “ sebuah landasan dasar dari HPT adalah sebuah hasil yang signifikan- menemukan dengan  benar, tujuan-tujuan kinerja yang berguna dan menyatakannya dalam istilah yang mudah dipahami.”  Interversi-interversi yang tepat dirancang untuk merubah, dan ini diawasi dan dimodifikasi sampai sistem itu mencapai standar kinerja yang diharapkan.
HPT juga membawa sejumlah asumsi dan atribut. Ini sudah dinyatakan oleh Geis (1986). Berikut ini adalah poin-poin pentingnya:
1.    Teknologi kinerja manusia sah menurut hukum dan sering diprediksi dan diawasi.
2.    ilmu tentang prilaku manusia sangat terbatas, oleh karena itu HPT harus bergantung pada pengalaman dan penelitian para ilmuwan.
3.    HPT berasal dari beberapa penelitian yang dilakukan pada saat menghasilkannya.
4.    HPT adalah hasil dari sejumlah sumber ilmu: cyber netika tingkah laku, psikologi, ilmu komunikasi, ilmu infomasi, ilmu sistem, ilmu managemen, dan yang akhir-akhirnya sedang marak yaitu ilmu kognitif.
5.    HPT tidak diakui pada beberapa sistem pengiriman tidak juga dibatasi pada golongan tertentu dan area tertentu. Ini dapat digunakan pada setiap kinerja manusia, tapi biasanya lebih banyak digunakan dalam suatu organisasi dan dunia kerja.
6.    HPT bersifat empiris. Ini mebutuhkan sebuah pembuktian sebagai hasil dari analisa dan usaha-usaha intervensi.
7.    HPT bersifat mengembangkan. Berdasarkan prinsip-prinsip dasarnya, namun demikian ini memperbolehkan sejumlah ruang untuk inovasi dan kreatifitas.
8.    Walaupun teknologi kinerja tidak memiliki pondasi teoritis tentang dirinya, -teori- dan -pengalaman- yang memandunya dibentuk oleh data-data empiris yang terakumulasi sebagai hasil praktek yang telah didokumentasikan secara sistematis.Dalam beberapa cara, HPT membagi atribut-atributnya dengan bidang lainnya (managemen, pengembangan organisasi, kesehatan, dan psikiater).
Sejumlah pengarang berusaha untuk menjelaskan makna teknologi kinerja. Beberapa dari mereka telah menekankannya dalam proses dan metode-metode yaitu: “teknologi kinerja adalah sekumpulan metode dan proses untuk menyelesaikan masalah atau memberdayakan kesempatan yang berhubungan dengan kinerja seseorang. Ini dapat digunakan pada individu, kelompok kecil, atau organisasi besar ( National Society Of Performance And Instruction Citied In Rosenberg, 1990, p.46).
Untuk Benefit dan Tate (1990) “ Teknologi kinerja [manusia] adalah proses sistematis dalam mengidentifikasikan kesempatan pengembangan kinerja, standar peraturan kinerja, strategi pengidentifikasian pengembangan kinerja, analisa keuntungan dalam berkinerja”. 
untuk  Jacobs (1998 p.6-7) “ teknologi kinerja manusia menghadirkan manfaat dari pendekatan sistem dalam sejumlah bentuk yang berbeda tergantung pada masalah yang dihadapi dan aktifitas profesional yang dibutuhkan.
Teknologi kinerja manusia adalah untuk meningkatkan modal manusia, yang dapat diperoleh sebagai produk waktu dan kesempatan, teknologi merupakan sekumpulan prosedur yang tertata rapi dan sesuai untuk mengubah potensi menjadi kapital (modal)”. (Gilbert, 1978. hal 11-12).
Menurut Harless (dikutip daari Geis,1986, hal. 1), “Teknologi kinerja manusia adalah sebuah proses seleksi, analisa, rancangan, pengembangan, penerapan, dan pengujian program-program berdasar pada yang paling efektif berpengaruh terhadap prilaku manusia dan prestasi-prestasinya.”
Rosenberg (1990, p 46) telah memikirkan tentang ini; “ Sistem pengembangan kinerja secara total sebenarnya adalah penggabungan dari analisis kinerja yang sistematik dengan intervensi sumber daya manusia yang menyeluruh. Dan ilmu yang menggabungkan semua sistem ini dikenal sebagai Teknologi Kinerja Manusia”.
Foshay dan Moller (liat bab 42)  menekankan relevansi dan jarak dalam definisi mereka tentang Teknologi Kinerja Manusia, mereka melihat ini sebagai sesuatu yang terstruktur terutama oleh masalah-masalah Teknologi Kinerja Manusia di lingkungan dunia kerja dan yang tergambar dari setiap disiplin dengan kemampuan perspektif dalam memecahkan masalah  didalam Teknologi Kinerja Manusia, yang dapat juda diterapkan di bidang lainnya. Menurut mereka, jarak ini menunjukkan keunikan bidang ini. Sedangkan selama ini memang tidak ada ketetapan definisi yang sama.
Sedangkan selama ini memang tidak ada ketetapan definisi yang sama.
1.    HPT bersifat sistematis. Ini terorganisir, kaku, dan diterapkan dalam sebuah tingkah laku metodikal. Prosedur- prosedur yang ada yang mendorongpara praktisi untuk mengidentifikasikan perbedaan dalam kinerja (masalah-masalah dan peluang-peluangnya), mengkarakteristikannya dengan terukur atau cara-cara yang dapat diawasi, menganalisa mereka, menyeleksi intervansi yang sesuai, dan menerapkannya dalam sebuah sistem yang terkontrol dan terkendali.
2.    HPT bersifat sistemik. Ini nampak adanya perbedaan kinerja manusia sebagai elemen-elemen sistem, dimana berubah dengan sistem. Ini menolak untuk menerima penyebab-penyebab yang jelas dan solusi-solusi tanpa menguji segi yang lainnya. Kinerja dilihat sebagai hasil sejumlah pengaruh-pengaruh variabel ( seleksi, pelatihan, feedback, sumber daya,  managemen support, insentif, dan campur tangan); semuanya itu harus dianalisis dengan tepat, intervensi-intervensi hemat biaya diseleksi dan disebarkan.
3.    Teknologi Kinerja Manusia secara ilmiah didasarkan pada teori yang ada dan fakta-fakta yang empiris. Ini mencoba untuk mendapatkan kinerja manusia yang diinginkan melalui cara-cara yang berasal dari penelitian ilmiah, ketika memungkinkan, atau jika tidak memungkinkan maka dari bukti-bukti yang tersimpan. Ini menolak entusias, intervensi yang tidak kuat tidak dapat mendemonstrasikan landasan-landasan teoritis yang kuat atau hasil kinerja yang valid. HPT sangat terbuka pada ide-ide baru dan metode-metode atau intervensi-intervensi yang bermakna. Namuan demikian ini perlu bahwa, semua itu memaparkan bukti yang terorganisis secara sistematik untuk mensupport nilai potensi mereka
4.    HPT sangat terbuka pada semua cara, metode dan media. Ini tidak terbatas pada susunan sumber-sumber atau teknologi yang ada,. Sebaliknya teknologi kinera manusia berusaha mencari cara yang paling efektif dan efisisen untuk mencapai hasil yang paling maksimal.
5.    HPT ditekankan pada perolehan prestasi-prestasi, yang manusia  capai dan sistem bernilai. Ini mencari hasil garis dasar- seperti yang Gilbert jelaskan (1978. hal 17). ia mengelompokkannya dalam prestasi-prestasi yang bernilai. “kinerja yang layak”. Ini tidak memfokuskan pada behaviour atau pada sebuah kemenangan. HPT memiliki kinerja yang layak sebagaimana tujuannya yang dicapai oleh pelaksana dan organisasi dimana dia bekerja.
6.    HPT adalah sebuah pendekatan teknik untuk mencapai prestasi-prestasi yang ingin dicapai oleh manusia. Para ahli teknologi adalah mereka yang mengambil sebuah sistem dalam gap kinerja manusia, menganalisa gap dan sistem tersebut secara sistematis, dan merancang intervensi yang efektif dan efisien yang berdasarkan pada analisa data, ilmu-ilmu ilmiah, dan data-data panduan, agar dapat menutup gap yang terjadi.
Komponen Kinerja Clock
Intervensi Kelompok
*  Pelatihan


*  Insentif dan motivasi

*  Lingkungan


*  Kerangka Clock



*  Intervensi-intervensi yang mendukung pemerolehan pengetahuan, keahlian dan kemampuan
*  Intervensi-intervensi yang dirancang unutk memotivasi kinerja manusia
*  Intervensi-intervensi yang dirancang untuk menyesuaikan dan mengubah lingkungan kerja
*  Intervensi-intervensi yang dirancang  untuk menyelaraskan komponen-komponen utama pekerjaan, para pekerja, dan tempat kerja.

MEMBANDINGKAN TEKNOLOGI INSTRUKSIONAL DENGAN TEKNOLOGI KINERJA MANUSIA
Teknologi instruksional dapat bermakna pengetahuan, keahlian, dan kemampuan mengadapi masalah. Ketika pengetahuan dan keahlian dilibatkan, maka sebuah intervensi yang tepat yang diterapkan. Tidak ada yang manyangkal bahwa akan selalu muncul sebuah kebutuhan-kebutuhan para pekerja akan perolehan pengetahuan dan keahlian yang baru. Dengan kenyataan bahwa rata-rata penigkatan dan perubahan yang terjadi, kebutuhan akan program-program pelatihan dan perancang instruksional akan tumbuh berkembang. Penyampaian teknologi tinggi seperti pelatihan webside (WBT) dan pelatihan berdasarkan mutimedia (MBT) memerlukan perancang instruksional lebih dari metode-metode penyampaian pelatihan tradisional lakukan. Semua pelatihan harus dirancang senagn menggunakan prinsip-prisip design instruksional. Kita semua telah melihat sebagian besar program-program pelatihan menjadi gagal karena mereka tidak dirancang dengan baik.
Perbandingan-perbandingan pada perbedaan-perbedaan yang penting antara teknologi instruksional dan teknologi kinerja telah ditulis secara ekstensif dimana-mana. Tujuan saya dalam bab ini adalah untuk menunjukkan beberapa perbedaan-perbedaan yang lebih signifikan dan menggaris bawahi beberapa tantangan yang dapat anda temui jika anda memutuskan untuk mengembangkan diri anda dari teknologi instruksional menjadi teknologi kinerja. Pada bagian berikutnya lihatlah bagian teknologi leveraging untuk mendukung teknologi instruksional dan teknologi kinerja manusia. Kedua teknologi tersebut mendukung pengembangan kinerja manusia.
Membandingkan Teknologi kinerja manusia dengan Teknologi instruksional
Teknologi kinerja manusia
Teknologi instruksional
*  Berpusat pada para pekerja dan prestasi-prestasi organisasi
*  Sistem-sistem dan hal-hal yang sistemik merupakan tema utamanya
*  Hal-hal yang terkait dengan kinerja merupakan berbagai penyebab-penyebab
*  Pastikan adanya pendukung misi-misi organisasi
*  Memerlukan jaringan-jaringan dengan para spesialis dalam disiplin-disiplin dan bidang-bidang lainnya
*  Membutuhkan keahlian-keahlian proyek managemen yang telah maju
*  Membutuhkan pembelajaran secara terus-menerus
*  Berhubungan baik dengan para klien
*  Filosofi-filosofi dikembangkan dan diperluas secara terus menerus
*  Berpusat pada kurangnya pengetahuan dan keahlian-keahlian
*  Memusatkan pada pekerjaan-pekerjaan, tanggung jawab dan tugas-tugas.

*  Mengasumsikan bahwa penyebab utamanya adalah pengetahuan dan kurangnya keahlian didalamnya
*  Biasanya tidak memperhatikan keselarasan sebuah faktor utama.
*  Bekerja terutama dalam komunitas design instruksional


*  Membutuhkan keahlian-keahlian proyek managemen dasar

*  Keahlian-keahlian design instruksional merupakan tujuan akhir
*  Dengan normal siloed  dalam departemen pelatihan
*  Filosofi-filosofi yang dikembangkan dengan kuat dan tidak berubah-ubah dengan mudah


HPT juga berakar pada tingkah laku, dan sering dianggap sebagai cabang dari gerakan instruksi terprogram. Ainsworth (1979. p.3) dengan kritis mengatakan bahwa “ teori yang menggerakkan HPT masih sangat berhubungan dengan teori instrukdi terpogram. HPT dihubungkan dengan kinerja terukur dan penstrukturan elemen-elemen dimana sistem berfungsi untuk meningkatkan kinerja. Para ahli teknologi harus memperhatikan dan menganalisis stimuli dimana sistem dapat mempengaruhi kinerja, merespon yang dihasilkan, dan dengan konsekuensi pada reaksi-reaksi ini (penghargaan atau celaan) agar dapat menemukan akar penyebab lemahnya kinerja. Sekali ini dicoba, dia dapat melanjutkan tujuan-tujuan kinerja yang diteliti dan terukur. Menurut Ainsworth (1979, p. 5), “ sebuah landasan dasar dari HPT adalah sebuah hasil yang signifikan- menemukan dengan  benar, tujuan-tujuan kinerja yang berguna dan menyatakannya dalam istilah yang mudah dipahami.”  Interversi-interversi yang tepat dirancang untuk merubah, dan ini diawasi dan dimodifikasi sampai sistem itu mencapai standar kinerja yang diharapkan.
HPT juga membawa sejumlah asumsi dan atribut. Ini sudah dinyatakan oleh Geis (1986). Berikut ini adalah poin-poin pentingnya:
1.    Teknologi kinerja manusia sah menurut hukum dan sering diprediksi dan diawasi.
2.    ilmu tentang prilaku manusia sangat terbatas, oleh karena itu HPT harus bergantung pada pengalaman dan penelitian para ilmuwan.
3.    HPT berasal dari beberapa penelitian yang dilakukan pada saat menghasilkannya.
4.    HPT adalah hasil dari sejumlah sumber ilmu: cyber netika tingkah laku, psikologi, ilmu komunikasi, ilmu infomasi, ilmu sistem, ilmu managemen, dan yang akhir-akhirnya sedang marak yaitu ilmu kognitif.
5.    HPT tidak diakui pada beberapa sistem pengiriman tidak juga dibatasi pada golongan tertentu dan area tertentu. Ini dapat digunakan pada setiap kinerja manusia, tapi biasanya lebih banyak digunakan dalam suatu organisasi dan dunia kerja.
6.    HPT bersifat empiris. Ini mebutuhkan sebuah pembuktian sebagai hasil dari analisa dan usaha-usaha intervensi.
7.    HPT bersifat mengembangkan. Berdasarkan prinsip-prinsip dasarnya, namun demikian ini memperbolehkan sejumlah ruang untuk inovasi dan kreatifitas.
8.    Walaupun teknologi kinerja tidak memiliki pondasi teoritis tentang dirinya, -teori- dan -pengalaman- yang memandunya dibentuk oleh data-data empiris yang terakumulasi sebagai hasil praktek yang telah didokumentasikan secara sistematis.Dalam beberapa cara, HPT membagi atribut-atributnya dengan bidang lainnya (managemen, pengembangan organisasi, kesehatan, dan psikiater).
Sejumlah pengarang berusaha untuk menjelaskan makna teknologi kinerja. Beberapa dari mereka telah menekankannya dalam proses dan metode-metode yaitu: “teknologi kinerja adalah sekumpulan metode dan proses untuk menyelesaikan masalah atau memberdayakan kesempatan yang berhubungan dengan kinerja seseorang. Ini dapat digunakan pada individu, kelompok kecil, atau organisasi besar ( National Society Of Performance And Instruction Citied In Rosenberg, 1990, p.46). Untuk Benefit dan Tate (1990) “ Teknologi kinerja [manusia] adalah proses sistematis dalam mengidentifikasikan kesempatan pengembangan kinerja, standar peraturan kinerja, strategi pengidentifikasian pengembangan kinerja, analisa keuntungan dalam berkinerja”.  untuk  Jacobs (1998 p.6-7) “ teknologi kinerja manusia menghadirkan manfaat dari pendekatan sistem dalam sejumlah bentuk yang berbeda tergantung pada masalah yang dihadapi dan aktifitas profesional yang dibutuhkan.
Sejumlah pengarang lain telah memfokuskan pada hasil akhir: “tujuan dari Teknologi kinerja manusis adalah unuk meningkatkan modal manusia, yang dapat diperoleh sebagai produk waktu dan kesempatan, teknologi merupakan sekumpulan prosedur yang tertata rapi dan sesuai untuk mengubah potensi menjadi kapital (modal)”. (Gilbert, 1978. hal 11-12). Menurut Harless (dikutip daari Geis,1986, hal. 1), “Teknologi kinerja manusia adalah sebuah proses seleksi, analisa, rancangan, pengembangan, penerapan, dan pengujian program-program berdasar pada yang paling efektif berpengaruh terhadap prilaku manusia dan prestasi-prestasinya.” Rosenberg (1990, p 46) telah memikirkan tentang ini; “ Sistem pengembangan kinerja secara total sebenarnya adalah penggabungan dari analisis kinerja yang sistematik dengan intervensi sumber daya manusia yang menyeluruh. Dan ilmu yang menggabungkan semua sistem ini dikenal sebagai Teknologi Kinerja Manusia”. Foshay dan Moller (liat bab 42)  menekankan relevansi dan jarak dalam definisi mereka tentang Teknologi Kinerja Manusia, mereka melihat ini sebagai sesuatu yang terstruktur terutama oleh masalah-masalah Teknologi Kinerja Manusia di lingkungan dunia kerja dan yang tergambar dari setiap disiplin dengan kemampuan perspektif dalam memecahkan masalah  didalam Teknologi Kinerja Manusia, yang dapat juda diterapkan di bidang lainnya. Menurut mereka, jarak ini menunjukkan keunikan bidang ini. Sedangkan selama ini memang tidak ada ketetapan definisi yang sama.
1.    HPT bersifat sistematis. Ini terorganisir, kaku, dan diterapkan dalam sebuah tingkah laku metodikal. Prosedur- prosedur yang ada yang mendorongpara praktisi untuk mengidentifikasikan perbedaan dalam kinerja (masalah-masalah dan peluang-peluangnya), mengkarakteristikannya dengan terukur atau cara-cara yang dapat diawasi, menganalisa mereka, menyeleksi intervansi yang sesuai, dan menerapkannya dalam sebuah sistem yang terkontrol dan terkendali.
2.    HPT bersifat sistemik. Ini nampak adanya perbedaan kinerja manusia sebagai elemen-elemen sistem, dimana berubah dengan sistem. Ini menolak untuk menerima penyebab-penyebab yang jelas dan solusi-solusi tanpa menguji segi yang lainnya. Kinerja dilihat sebagai hasil sejumlah pengaruh-pengaruh variabel ( seleksi, pelatihan, feedback, sumber daya,  managemen support, insentif, dan campur tangan); semuanya itu harus dianalisis dengan tepat, intervensi-intervensi hemat biaya diseleksi dan disebarkan
3.    Teknologi Kinerja Manusia secara ilmiah didasarkan pada teori yang ada dan fakta-fakta yang empiris. Ini mencoba untuk mendapatkan kinerja manusia yang diinginkan melalui cara-cara yang berasal dari penelitian ilmiah, ketika memungkinkan, atau jika tidak memungkinkan maka dari bukti-bukti yang tersimpan. Ini menolak entusias, intervensi yang tidak kuat tidak dapat mendemonstrasikan landasan-landasan teoritis yang kuat atau hasil kinerja yang valid. HPT sangat terbuka pada ide-ide baru dan metode-metode atau intervensi-intervensi yang bermakna. Namuan demikian ini perlu bahwa, semua itu memaparkan bukti yang terorganisis secara sistematik untuk mensupport nilai potensi mereka
4.    HPT sangat terbuka pada semua cara, metode dan media. Ini tidak terbatas pada susunan sumber-sumber atau teknologi yang ada,. Sebaliknya teknologi kinera manusia berusaha mencari cara yang paling efektif dan efisisen untuk mencapai hasil yang paling maksimal.
5.    HPT ditekankan pada perolehan prestasi-prestasi, yang manusia  capai dan sistem bernilai. Ini mencari hasil garis dasar- seperti yang Gilbert jelaskan (1978. hal 17). ia mengelompokkannya dalam prestasi-prestasi yang bernilai. “kinerja yang layak”. Ini tidak memfokuskan pada behaviour atau pada sebuah kemenangan. HPT memiliki kinerja yang layak sebagaimana tujuannya yang dicapai oleh pelaksana dan organisasi dimana dia bekerja.
HPT adalah sebuah pendekatan teknik untuk mencapai prestasi-prestasi yang ingin dicapai oleh manusia. Para ahli teknologi adalah mereka yang mengambil sebuah sistem dalam gap kinerja manusia, menganalisa gap dan sistem tersebut secara sistematis, dan merancang intervensi yang efektif dan efisien yang berdasarkan pada analisa data, ilmu-ilmu ilmiah, dan data-data panduan, agar dapat menutup gap yang terjadi.
Didalam lembaga apapun yang bersentuhan langsung dengan masyarakat terutama yang menyangkut palayana publik hal penting yang paling di tuntut adalah perorma lembaga tersebut baik manusia, birokrasi/prosedur hingga teknologi pendukung.
Kata performance atau kinerja marujuk pada dua hal yang berkesinambungan :
1.    Kemampuan peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya, bukan sekedar mendapat pengetahuan, namun pengetahuan itu meningkatkan kompetensi dan kompetensi dapat di aplikasikan secara nyata
2.    Selain menolong peserta didik memiliki kompetensi yang lebih baik, alat dan ide-ide teknologi pendidikan dapat membantu para guru maupun perancang pembelajaran menjadi tenaga pendidik yang lebih mumpuni.
Hasilnya mereka dapat menolong berbagai institusi mencapai tujuan yang lebih baik.
Peningkatan kinerja peserta didik sebagai pribadi pembelajaran dewasa ini menghadapi dua tantangan. Tantangan pertama adanya prubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan kedua adanya teknologi inormasi dan telekomunikasi  yang  memperlihatkan perkembangan yang luar biasa. Dalam sebuah kerangka pembelajaran individual, teknologi pendidikan sebagai sebuah studi berupaya untuk meningkatkan kinerja atau peforma peserta didik melalui beberapa cara yaitu :
1.    Memberi pengalaman belajar bernilai lebih dengan difokuskan pada tujuan yang hendak di capai, bukan sekedar keberhasilan melewati serangkaian  test terstruktur
2.    Alih-alih menghapal pelajaran, melalui pemanaatan teknologi pengalaman-pengalaman belajar yang dapat diharapkan dapat membawa tingkat pemahaman yang lebih dalam.
Pembelajaran bernilai lebih yang dimaksud oleh Teknologi Pendidikan adalah bahwa melaui aplikasi teknologi dalam bidang pendidikan :
1.    Tujuan pembelajaran bukan berokus pada tes atau ujian yang sifatnya sangat dangkal dapat diubah artinya bahwa pembelajaran bagi siswa bukanlah sekedar menggali kemampuan kogniti, apalagi pada tingkat kognitif yang rendah yaitu pengetahuan dan pemahaman. Tujuan pembelajaran sekedar “berhasil dalam ujian” sudah pasti tidak memberikan peningkatan performa pada peserta didik
2.    Pengabdian pendidikan akan adanya multiple intelegensi pada peserta didik dapat dihindari. Menurut Howard Garder, hakikatnya ada 7 tipe intelegensia anak (manusia secara umum). Namun disekolah hanya ada 2 tipe yang dimasukan dalam intrakulikuler yaitu kemampuan berbahasa dan logika matematika. Sementara 5 intelegensia yaitu musik,  kemampuan spasial, kinentetik, interpersonal dan intrapersonal hanya merupakan tambahan.
3.    Pembelajaran dapat merambah pada semua tingkat atau ranah kemampuan peserta didik yang semestinya baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.
4.    Kedalaman pembelajaran lebih mungkin dicapai. Weigel mengemukakan istilah pembelajaran di permukaan (surface learning) dan pembelajaran mendalam (deep learning). Surface learning diwakilkan oleh kebiasaan  penghafalan fakta, memperlakukan materi sebagai bagian-bagian informasi yang tidak berkaitan dan melakukan prosedur rutin tanpa berfikir. Sebaliknya tujuan dep learning adalah mendorong peserta didik mengaitkan ide-ide dengan pengetahuan yang sudah di dapat, mancari pola-pola utama, memepelajari pernyataan-pernyataan yang ada secara kritis dan merefleksikannya dengan pemahaman mereka sendiri, dan terjadi pada komunitas pembelajaran berorientasi pada penyelidikan (inquiry-oriented). Komunitas ini tercipta melalui aplikasi teknologi informasi dengan memanfaatkan web berbasis jaringan kerja seperti blog.
5.    Terjadi transfer pembelajaran dalam dunia pendidikan formal. Teknologi dapat membantu siswa memiliki kemampuan yang tinggi, sekaligus menerapkan pengetahuan baru di luar ruang kelas, artinya bahwa dengan teknologi transfer ilmu pengetahuan tidak terbatas semata dalam ruang kelas melalui design pembelajaran (soft technology) yang disusun pengajar, namun juga melalui hard technology yaitu penciptaan dan pemanfaatan lingkungan dimana pembelajar dapat mempraktekan pengetahuan dan kemampuannya dalam dunia nyata.[1]
Teknologi pendidikan tidak hanya bergerak dipersekolahan  tapi juga dalam semua aktifitas manusia seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat dll. Sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja. Oleh karena kinerja peserta didik baik disekolah maupun di tempat kerja dapat di tingkatkan melalui penggunaan teknologi seperti desain pembelajaran dan pemanfaatan lingkungan dimana peserta didik dapat mempraktekan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat dan didunia nyata.
Teknologi dalam bidang pendidikan dapat dapat menolong para tenaga pengajar menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan bernilai.
Beberapa langkah yang bisa digunakan untuk memperbaiki kinerja guru dan perancangan desain pembelajaran adalah :
1.    Menciptakan pembelajaran yang lebih menguntungkan dari segi biaya. Desain pembelajaran yang sistematis menolong para perencana pembelajaran mencapai hasil pembelajaran lebih menguntungkan
2.    Menciptakan pembelajaran yang lebih menarik maksudnya bevariasi tergantung kasus perkasus. Tetapi secara umum pembelajaran menarik mengandung beberapa pengertian :
*  Menantang, memberikan expetasi yang tinggi
*  Memiliki kesesuaian dengan pengalama peserta didik di masa lalu dengan di masa datang
*  Adanya unsur humor dan permainan dalam  pembelajaran
*  Mempertahankan perhatian siswauntuk hal-hal yang baru
*  Terlibat secara intelektual dan emosional
*  Menggunakan berbagai bentuk penyajian teknologi pendidikan
Usaha perbaikan kinerja yang sifatnya non instructional intervention seperti menciptakan kondisi kerja yang baik, alat kerja yang lebih memadai dan memotivasi menjadi lebih giat belajar.[2]
Jadi dengan Teknologi pendidikan diharapkan bisa memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran agar efektif, efisien, menarik dan juga bisa meningkatkan kinerja.
Kinerja ini tentunya baik dari segi peserta didik, guru atau perancang sedain pembelajaran serta oganisasi yang berkaitan.

















DAFTAR PUSTAKA

1.      Dewi. S. Prawiradilaga, dkk, Teknologi Pembelajaran : Deinisi dan kawaasannya., 2008, Jakarta, UNJ
2.      www.Tpers.net/ensyclopedia-o-education-technology diakses tanggal 09 juni 2016 jam 21.15



[1] Dewi. S. Prawiradilaga, dkk, Teknologi Pembelajaran : Deinisi dan kawaasannya., 2008, Jakarta, UNJ
[2] www.Tpers.net/ensyclopedia-o-education-technology diakses tanggal 09 juni 2016 jam 21.15