Penulis : Diah Afrianti Rahayu Putri Suripto
DAFTAR ISI
Sejarah Batik di Indonesia 3
Sejarah Teknik Batik 6
Sejarah Batik Cirebon 8
Sejarah Batik Trusmi Cirebon 13
5 Tempat Belanja Batik Cirebon 16
Koleksi Batik Trusmi Cirebon 20
Daftar Pustaka 23
Sejarah Batik di Indonesia
Sejarah Batik Indonesia
awalnya berasal dari peninggalan nenek moyang masyarakat Jawa. Batik ini adalah
warisan yang telah dinobatkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan
kemanusiaan untuk budaya lisan dan Nonbendawi pada September 2009 lalu.
Pengakuan ini dilaksanakan secara resmi pada sidang UNECO di Abu Dhabi.
Kini setiap tanggal 2
Oktober 2009 lalu, telah dikenal sebagai Hari Batik Nasional, yang mana bentuk
sebuah ungkapan rasa syukur. Baju yang bermotif batik pun bukan lagi hanya di
pakai oleh orang Jawa. Sekarang kain batik sendiri telah dianggap pakaian resmi
yang cocok untuk dipakai dalam acara apapun. Bahkan bukan hanya orang yang
berkebangsawan, anak muda di seluruh Indonesia juga sering menggunakan baju
bermotif batik. Kata batik berasal
dari bahasa Jawa, yaitu amba dan nitik. Tahukah
kalian, awalnya batik hanya
dituliskan di atas daun lontar dan papan rumah adat Jawa. Kegiatan ini
digunakan untuk mengisi waktu luang saja. Motif yang digunakan juga sangat
sederhana, antara lain tumbuhan dan binatang.
Namun pada masa kerajaan
Majapahit di abad 17, kesenian ini mulai dikenal. Batik mulai dituliskan di atas kain
dan dibuat pakaian. Bahan yang digunakan saat itu adalah kain putih yang
merupakan hasil tenunan sendiri. Sedangkan untuk membuat pola dan gambar,
menggunakan pewarna alami yang yang berasal dari tumbuhan. Pada motif
batik itu sendiri juga masih belum berfariasi. Corak dan motifnya masih dominan
dengan bentuk tanaman dan binatang. Para pengerajin batik juga masih tidak
terlalu banyak. Saat itu membuat batik hanya digunakan sebagai kesenangan
pengerajin sendiri.
Pada perkembangannya,
sejarah dari batik itu sendiri telah menarik perhatian dari pembesar Kerajaan
Majapahit. Pada saat itu juga pembuatan batik telah berkembang. Bahan yang
awalnya dari kulit dan sebagainya sekarang berganti menjadi kain putih atau
kain yang berwarna terang. Karena dirasa dari kain putih itu sendiri motif yang
didapat lebih tahan lama dan bisa digunakan untuk pemanfaatan yang lebih luas.
Motifnya juga bukan hanya berkisar
pada hewan dan tumbuhan saja. Tapi sekarang motif-motif seperti motif abstrak,
motif candi, motif awan, motif wayang beber dan lain sebagainya, telah
digunakan pada zaman itu, yaitu pada saat berdirinya Kerajaan Majapahit.
Dari awal sejarah batik tersebut,
akhirnya menyebar luas keseluruh penjuru kerajaan lain. Karena terkenalnya
batik tersebut, akhirnya para pembesar dari Kerajaan Mataram, Kerajaan
Majapahit, Kerajaan Demak dan kerajaan-kerajaan setelahnya menjadikan batik
sebagai simbol budaya.
Tapi pada saat Islam datang
dan telah mempengaruhi banyak dari masyarakat, motif batik yang berbentuk
binatang sudah ditiadakan. Karena kain batik yang berbentuk binatang dianggap
menyalahi syariat Islam. Sehingga motif tersebut sudah dihapus dan ditiadakan.
Kecuali bila pembuatannya disamarkan menggunakan lukisan-lukisan lain.
Untuk teknik pembuatannya
sendiri, pada masa itu hanya ada teknik batik tulis. Para pembatik biasanya
masih menggunakan teknik tersebut. Karena masih belum ada teknik yang lainnya.
Dan pengerajin batik juga pada masa itu masih sangat sedikit. Di masa itu
juga, pengerajin batik masih menggunakan bahan-bahan alami untuk teknik
pewarnaannya. Biasanya bahan yang digunakan untuk mewarnai yang digunakan untuk
membatik adalah daun jati tinggi, mengkudu, pohon nila, dan soga. Dan kalau
untuk sodanya sendiri, para pembatik masih menggunakan soda abu dan tanah
lumpur.
Sejarah batik sendiri
awalnya hanya digunakan oleh kaum yang kedudukannya tinggi dan bermartabat.
Biasanya pembesar-pembesar kerajaan saja yang memakainya. Hanya terbatas ruang
lingkup keraton. Lambat laun batik itu berkembang, akhirnya masyarakat bawah juga
ikut menggunakan batik. Dari sinilah corak batik makin memiliki banyak ragam
dan motif. Karena pembuatanya juga sesuai dengan minat dan jiwa seni para
pembatik.
Setelah berjalanya waktu
yang cukup lama, sejarah batik berubah karena adanya berkembangan teknologi.
Teknik batik yang dulunya hanya menggunakan batik tulis, sekarang sudah
berkembang menggunakan teknik batik cap dan batik printing. Cara pembuatan
seperti ini berkembang setelah usainya perang duniai I dan masa
modernisasi kian menyebar. Teknik batik cap dan printing sendiri dianggap
teknik yang sangat efisien. Karena tidak membutuhkan banyak waktu untuk membuat
sebuah karya batik. Walaupun begitu, kedua teknik tersebut masih kalah dari
segi kualitas di mata dunia karena kurang memiliki nilai estetis.
Sejarah batik dari
perkembangannya tidak berhenti disitu saja, karena pada masa sekarang, batik
bukan hanya dijadikan sebagai corak pakaian saja. Banyak dari pernak-pernik
perlengkapan penampilan atau assesoris yang biasa dikenakan masyarakat sekarang
seperti sepatu, dasi, tas juga helm, telah memilih batik sebagai motif utama.
Bahkan baju-baju kedinasan,
seragam sekolah, seragam guru dan lain sebagainya menggunakan motif batik
sebagai pilihan utama. Karena motif dari batik itu sendiri yang lebih bebas dan
memiliki nilai budaya, yang membuat batik itu punya nilai tersendiri dimata
masyarakat.
Sejarah Teknik Batik
Seni pewarnaan kain dengan
teknik perintang pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni
kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak
abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi
malam untuk membentuk pola.
Di Asia, teknik serupa
batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T’ang (618-907) serta di India
dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik
dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.
Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi
sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah
semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang
Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.
Walaupun kata “batik”
berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat.
G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari
India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes
(arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan Indonesia) percaya bahwa
tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan
Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh
Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.
G.P. Rouffaer juga
melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa
Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan
alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa
sekitar itu. Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh
Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13.
Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang
mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini
menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan
canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Legenda dalam literatur
Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang
diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140
lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena
tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun
sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat
lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa
penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa,
teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London,
1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris
di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda
Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke
Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik
mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle
di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
Semenjak industrialisasi
dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru
muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional
yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam
disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam industri di Pekan tahun 1895 bagi
menghasilkan batik, kain pelangi, dan kain telepok
Sejarah Batik Cirebon
Menurut kisah pada jaman
dahulu, munculnya kegiatan membatik di Cirebon karena peranan Ki Gede Trusmi.
Beliau merupakan pengikut setia Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati
menyebarkan agama Islam salah satunya melalui kegiatan membatik.
Dahulu kegiatan membatik
juga dilakukan oleh anggota tarekat yang mengabdi di keraton cirebon dan
anggota tarekat tersebut tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya. Kegiatan
membatik dijadikan sebagai sumber pendapatan untuk kelompok tarekat tersebut.
Pusat gerakan tarekat ini berada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Konon, perkembangan batik cirebon berhubungan erat
dengan perkembangan gerakan ini. Batik Cirebon adalah batik dengan motif yang unik dan khas yang tergolong dalam
kelompok batik pesisiran. Akan tetapi ada juga beberapa motif batik
Cirebon yang tergolong kelompok batik keraton, Keraton Kasepuhan dan Keraton
Kanoman. Berikut ini penjelasan beberapa motif batik Cirebon.
1.
Batik
Megamendung
Ikon batik Cirebon adalah motif
batik megamendung. Motif batik megamendung mempunyai kekhasan yang identik
sehingga berbeda dengan daerah lain. Kekhasan motif batik megamendung terletak
pada motifnya berupa gambar menyerupai awan dengan warna tegas, serta nilai
filosofi yang terkandung di dalamnya yang berkaitan erat dengan sejarah
lahirnya batik Cirebon secara keseluruhan. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
berencana mendaftarkan motif batik megamendung ke UNESCO guna mendapat
pengakuan sebagai salah satu warisan dunia.
Motif batik ini telah dikenal luas
sampai manca Negara. Bahkan motif megamendung sempat dijadikan cover sebuah
buku berjudul Batik Design yang merupakan terbitan luar negeri. Buku
tersebut merupakan sebuah karya dari Pepin Van Roojen, pria berkebangsaan
Belanda. H. Komarudin Kudiya S.IP, M.DS sebagai Ketua Harian yayasan Batik Jawa
Barat (YBJB) berpendapat, bahwa motif megamendung merupakan wujud karya yang
sangat luhur dan penuh makna sehingga penggunaan motif ini sebaiknya dijaga
baik dan ditempatkan sebagaimana mestinya.
2.
Batik
Sawat Pengantin
Batik sawat pengantin secara garis besar,
memberikan konotasi simbolisme menuju keesaan seperti pengantin, yang penuh
dengan harapan dan kebahagiaan. Masyarakat Cirebon-Indramayu memiliki keyakinan
tentang harapan dari Sang Pencipta yang diekspresikan melalui motif batik sawat
pengantin.
3.
Batik
Paksinaga Liman
Batik paksinaga liman bermotif kereta
kencana paksinaga liman Cirebon. Paksinaga liman merupakan perwujudan gabungan
antara binatang paksi (garuda), naga (ular) dan liman (gajah).
Paksinaga liman adalah symbol kekuatan kerajaan Cirebon yakni udara
(paksi), laut (naga) serta darat (liman). Batik paksinaga liman biasa dipesan
oleh turis Jepang untuk dijadikan bahan kimono.
4.
Batik
Patran Keris
Batik patran keris merupakan batik klasik.
Batik ini juga salah satu batik yang sering dipesan oleh orang Jepang. Orang
Jepang senang menggunakan batik patran keris sebagai bahan kimono. Hal ini
membuktikan bahwa batik Cirebon telah dikenal dan digemari oleh manca Negara.
5.
Batik
Singa Payung
Pengaruh keraton pada motif batik Cirebon
tidak dapat dipungkuri. Batik singa payung merupakan salah satu batik yang ide
pembuatannya berdasarkan lingkungan keraton kanoman.
6.
Batik
Singa Barong
Mobil merupakan salah satu alat transportasi
masa kini yang sering dijumpai. Ternyata pada jaman dahulu kesultanan Cirebon
telah memiliki kendaraan yang hampir mirip konsepnya dengan mobil canggih.
Kereta singabarong adalah sebutan untuk kendaraan tersebut. Kereta singabarong
ditarik oleh empat ekor kerbau, dan digunakan sebagai kendaraan sultan. Kini
kereta tersebut tersimpan di salah satu museum di kesultanan kasepuhan Cirebon.
Hal inilah yang mengilhami para pengrajin batik untuk mengabadikannya dalam motif
batik cirebon dengan nama batik singa barong dimana ornamen utama
pada motif batik bergambarkan kereta singa barong.
7.
Batik
Kompeni
Batik kompeni berbeda dengan motif batik
lain. Motif batik lainnya lebih menitikberatkan pada ornament flora dan fauna
serta berbagai bentuk symbol tertentu. Sedangkan batik kompeni memiliki motif
berupa gambar yang bercerita. Batik kompeni menggambarkan perang pada jaman
kolonial Belanda.
Motif batik yang muncul berupa gambar meriam, truk, tank, bambu
runcing dan senapan. Ciri batik kompeni adalah menggambarkan tentara VOC dan
penduduk semasa panjajahan dulu. Tentara VOC biasanya digambarkan dengan
senapan laras panjang dan meriam. Sedangkan penduduk digambarkan melalui
kehidupan petani, nelayan dan pedagang. Warna latar kain batik kompeni yang
biasanya dibiarkan berwarna putih, juga menjadi ciri khas batik kompeni ini.
Namun, dijumpai pula batik kompeni yang latarnya diberi warna.
Selain ketujuh motif batik yang
dipaparkan, batik Cirebon juga masih memiliki motif lain diantaranya,
batik patran kangkung, batik singa wadas, batik kilingan, batik banjar balong,
batik ayam alas, batik katewono, batik gunung giwur, batik simbar menjangan,
dan batik tulis simbar
kendo.
Sejarah Batik Trusmi Cirebon
Bicara tentang Batik
Cirebon takkan terlepas dari Trusmi, sebuah tempat di Kabupaten Cirebon yang
kini menjadi sentra Batik Trusmi. Apa dan bagaimana sehingga Trusmi menjadi
sentra batik ? lihat kutipan sejarahnya dibawah ini. Keunikan motif serta
corak yang dihasilkan dari batik-batik berbagai daerah merupakan kekuatan yang
sangat luar biasa, khususnya bagi kekayaan batik Indonesia.Belum ada di negara
manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang di miliki oleh
bangsa Indonesia.
Bilamana kita ingin melihat
banyaknya kekayaan desain motif batik Indonesia contoh yang paling sederhana
bisa dilihat di wilayah Jawa Barat saja. Walaupun masih dalam satu propinsi dan
kultur budaya yang sama, tiap-tiap daerah seperti Cirebon dengan Indramayu
sudah memiliki karakter dan desain motif yang berbeda. Antara Cirebon dan Garut
juga memiliki perbedaan yang sangat jauh sekali dan sangat signifikan
perbedaannya.
Batik Trusmi Cirebon mulai ada sejak abad ke
14. suatu daerah dimana saat itu tumbuh banyak tumbuhan, kemudian para warga
menebang tumbuhan tersebut namun secara seketika kemudian tumbuhan itu tumbuh
kembali. Sehingga tanah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari kata
terus bersemi.
Asal mulanya Sultan kraton
menyuruh orang trusmi untuk membuat batik seperti miliknya tanpa membawa contoh
batik, dia hanya di perbolehkan melihat motifnya saja. Saat jatuh tempo, orang
trusmi itu kemudian datang kembali dengan membawa batik yang telah dia buat. Ketika itu
orang trusmi tersebut meminta batik yang asli kepada Sultan,yang kemudian di
bungkuslah kedua batik itu (batik yang asli dengan batik buatannya/duplikat).
Orang trusmi kemudian menyuruh sultan untuk
memilih batik yang asli namun sangking miripnya sultan tidak dapat
membedakannya, batik duplikat tersebut tidak ada yang meleset sama sekali dari
batik aslinya. sehingga sultan mengakui bahwa batik buatan orang trusmi sangat
apik, tanpa membawa contoh batik yang aslinya dapat membuat batik yang sama
persis.
Secara umum batik Cirebon
termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran. Namun juga sebagian batik Cirebon
termasuk dalam kelompok batik Keraton. Hal ini karena di Cirebon memiliki dua
buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon
berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebon
Klasik seperti motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Singa Payung,
Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas dan lain-lain.
Beberapa hal penting yang bisa dijadikan
keunggulan (ciri khas) batik Cirebon dibandingkan dengan produksi batik dari
daerah lain adalah sebagai berikut :
1. Batik Cirebonan untuk desain-desain klasik tradisional biasanya
selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian motif tertentu.
Disamping itu ada unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagian
yang disesuaikan dengan motif utamanya.
2. Batik Cirebonan tradisional/klasik selalu bercirikan dengan latar
belakang (dasar kain) berwarna lebih muda dibandingkan dengan warna garis motif
utamanya
3. Bagian latar/dasar kain biasanya bersih dari noda hitam atau
warna-warna yang tidak dikehendaki akibat penggunaan lilin yang pecah sehingga
pada proses pewarnaan mengakibatkan zat warna yang tidak dikehendaki menempel
pada kain.
4. Garis-garis motif pada batik Cirebonan menggunakan garis tunggal dan
tipis (kecil) kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua
dibandingkan dengan warna latarnya. Hal ini dikarenakan secara proses batik
Cirebon unggul dalam penutupan (blocking area) dengan menggunakan canting
khusus (canting tembok dan bleber).
5. Warna-warna batik Cirebonan klasik biasanya dominan warna kuning,
hitam (sogan gosok) dan warna dasar krem, sebagian lagi berwarna merah tua,
biru, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading.
Kelima ciri tersebut merupakan hal teknis
keunggulan dari batik Cirebonan klasik/tradisional.
Lain halnya dengan kelompok batik Cirebonan yang termasuk kelompok batik Pesisiran. Karakter batik Cirebonan Pesisiran dipengaruhi oleh sebagaimana karakter penduduk masyarakat pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh asing. Daerah sekitar pelabuhan biasanya banyak orang asing singgah, berlabuh hingga terjadi perkawinan lain etnis (asimilasi) maka batik Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima pengaruh dari luar.
Lain halnya dengan kelompok batik Cirebonan yang termasuk kelompok batik Pesisiran. Karakter batik Cirebonan Pesisiran dipengaruhi oleh sebagaimana karakter penduduk masyarakat pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh asing. Daerah sekitar pelabuhan biasanya banyak orang asing singgah, berlabuh hingga terjadi perkawinan lain etnis (asimilasi) maka batik Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima pengaruh dari luar.
Batik Cirebon lebih
cenderung memenuhi atau mengikuti selera konsumen dari berbagai daerah (lebih
kepada pemenuhan komoditas perdagangan dan komersialitas), sehingga warna-warna
batik Cirebonan Pesisiran lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna.
Produksi batik Cirebonan
pada masa sekarang terdiri dari batik Tulis, batik Cap dan batik kombinasi
tulis cap. Pada tahun 1990 – 2000 ada sebagian masyarakat pengrajin batik
Cirebonan yang memproduksi kain bermotif batik Cirebon dengan teknik sablon
tangan (hand printing), namun belakangan ini teknik sablon tangan hampir punah,
dikarenakan kalah segalanya oleh teknik sablon mesin yang dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan yang lebih besar.
Daerah penghasil produksi
dan pengrajin batik Cirebonan terdapat di 5 wilayah desa yang berbeda, tepatnya
daerah-daerah yang ada di sekitar desa Trusmi (pusat batik Cirebonan).
Desa-desa yang berada di sekitar desa Trusmi diantaranya desa Gamel, Kaliwulu,
Wotgali, Kalitengah dan Panembahan.
Pertumbuhan batik Trusmi
nampak bergerak dengan cepat mulai tahun 2000, hal ini bisa dilihat dari
banyaknya bermunculan showroom-showroom batik yang berada di sekitar jalan
utama desa Trusmi dan Panembahan. Pemilik showroom batik Trusmi hampir
seluruhnya dimiliki oleh masyarakat Trusmi asli walaupun ada satu atau dua saja
yang dimiliki oleh pemilik modal dari luar Trusmi.
5 Tempat Belanja Batik Cirebon
Ketika berkunjung ke Kota Cirebon maka
rasanya kurang lengkap jika tak mampir ke tempat wisata belanja. Salah satu
tempat wisata belanja yang menarik adalah batik khas Cirebon yang bisa anda
jumpai di kawasan kota atau tempat wisata lainnya. Ada banyak jenis batik yang
akan membuat anda bingung untuk memilihnya. Sebagai kota yang
terkenal akan batik motif mega mendung, rupanya Cirebon selalu
memproduksi jenis batik yang berwarna-warni. Bahkan sebagian dari batik Cirebon
diklaim mempunyai warna yang sangat mencolok, sehingga mengundang perhatian
wisatawan. Nah, berikut ini referensi tempat belanja batik khas Cirebon yang
harus anda sambangi.
1.
Pasar Kanoman
Memang tidak ada salahnya anda pergi ke Pasar Kanoman yang
menawarkan oleh-oleh khas Cirebon dengan harga sangat miring. Keberadaan pasar
yang satu ini di Jalan Kanoman, tepatnya di kawasan Kota Tua Cirebon. Rupanya
di Pasar Kanoman bukan hanya menyediakan batik, namun ada pula makanan asli
Cirebon seperti blakutak, ikan pari asap, hingga cumi bulat gemuk nikmat,
bahkan tersedia kerupuk melarat dan rengginang udang.
2.
Pasar Pagi
Kini saatnya anda menuju ke Pasar Pagi yang merupakan tempat belanja
oleh-oleh murah meriah. Maka tak heran, pasar yang lokasinya di Jlaan Siliwangi
ini banyak dipadati para pengunjung, terutama kalangan wisatawan. Jika anda
berada di bagian lantai dasar, maka akan menjumpai toko-toko penjal oleh-oleh
khas Cirebon seperti batik yang bermotif mencolok dan menarik indah. Sama
halnya dengan Pasar Kanoman, camilan khas Cirebon juga dijual di Pasar Pagi.
3.Batik Trusmi
Batik Trusmi termasuk tempat yang sejatinya diambil dari nama
penyebar Islam di Trusmi, yakni Ki GedeTrusmi dan juga merupakan sebuah nama
desa. Sebetulnya, kawasan Trusmi sendiri terkenal sebagai sentra batik khas
Cirebon. Anda tidak hanya dapat menemukan batik motif megamendung, akan tetapi
juga batik Pekalongan, hingga batik dari daerah lain di Jawa Tengah. Selain
itu, tesedia batik tulis, cetak dan gantungan kunci batik. Untuk lokasinya
sendiri di Jl Trusmi Kulon No 148, Plered.
4.
Toko Pangestu
Selanjutnya
adalah Toko Pangestu yang terletak di Jl Sukalila Selatan No 49, atau lebih
tepatnya saling berdekatan dengan Toko Daud dan Pasar Pagi Cirebon. Toko ini
sangat legendaris, karena telah berdiri sejak tahun 1992. Hanya di Toko
Pangestu, anda akan menjumpai beragam kuliner, mulai dari abon udang ebi,
dendeng udang, terasi, petis, kerupuk rambak, hingga tape ketan. Tentu saja
toko tersebut, menawarkan aneka batik aski dari Kota Cirebon.
5.
Toko Daud
Satu lagi tempat belanja batik yang terkenal yakni Toko Daud, dimana berada di Jalan
Sukalila Utara No 4D, dekat dengan Pasar Pagi Cirebon. Bahkan bukan hanya
menawarkan batik, Toko Daud juga menyediakan aneka kuliner khas Cirebon seperti kerupuk,
terasi, hingga camilan manis. Anda pun tak usah khawatir untuk masalah harga
barang di Toko Daud, karena dibanderol mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 40 ribu.
(jow)
Koleksi Batik Trusmi Cirebon
*harga
dan produk sewaktu-waktu dapat berubah
Daftar Pustaka
·
hxxp://id.wikipedia.org/wiki/Batik_Megamendung
diakses pada 23 Maret 2019 jam 15.00 wib
·
hxxp://id.wikipedia.org/wiki/Batik_Sawat_Pengantin
diakses pada 23 Maret 2019 jam 16.23 wib
·
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/23/03/19/ndbduz-turis-jepang-jadikan-batik-cirebonan-untuk-bahan-kimono diakses
pada 23 Maret 2019 jam 08.10 wib
·
hxxp://unik.kompasiana.com/2019/03/23/uniknya-batik-cirebon-motif-kumpeni-587701.html diakses pada 23
Maret 2019 jam 06.24 wib