Dampak
Metabolik dan Implikasi Dietetik pada Tindakan Medik Invasif
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan
anugerah yang paling berharga bagi manusia. Ketika klien mengalami penyakit
tertentu pergi berobat ke Rumah Sakit dengan harapan penyakitnya dapat
disembuhkan. Perawatan dalam pelayanan kesehatan memegang peranan yang sangat
penting dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
Salah bentuk yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan yaitu dalam aspek gizi selain obat. Asupan
makanan yang diperoleh dan jenis – jenis bahan makanan yang dikonsumsi ikut
turut serta dalam meningkatkan kondisi tubuh yang sakit. Sumber infeksi sangat
berhubungan dengan tindakan medik invasif kehigenisan dalam menyajikan makanan,
teknik aseptik dalam pengolahan makanan, kesesuaian pemberian makanan dengan
penyakit yang diderita pasien dan lain sebagainya.
Oleh karena itu dalam
makalah ini kami akan membahas tentang tindakan invasif pada penyakit batu
ginjal yang secara umum dapat memberikan gambaran untuk memberikan tindakan
medik invasif pada penyakit lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa itu tindakan medik invasif secara umum
dan tindakan invasif dalam penyakit gagal ginjal?
2.
Apa saja dampak metabolik yang
diakibatkan oleh tindakan medik invasif?
3.
Implikasi dietetik apa saja yang perlu
diperhatikan pada persiapan dan pasca tindakan medik invasif?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi tindakan medik
invasis secara umum dan tindakan medik invasif dalam penyakit gagal ginjal.
2.
Untuk mengetahui dampak metabolik yang
diakibatkan oleh tindakan medik invasif.
3.
Untuk mengetahui Implikasi dietetik apa
saja yang perlu diperhatikan pada persiapan dan pasca tindakan medik invasif?
BAB
II
ISI
2.1 Pengertian Tindakan medik Invasif
Tindakan Invasif adalah tindakan medik yang
langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh. Jadi, tindakan medis
dapat dilakukan antara lain dengan tiga cara, yaitu:
1. Penegakan
diagnosa;
2. Melakukan
terapi (pengobatan),
3.
Melakukan tindakan invasif.
Tindakan
invasif sebenarnya merupakan bagian dari terapi. Namun, karena tindakan
ini sangat sarat dengan aspek etik, hukum dan medis (misalnya dengan
melukai tubuh pasien saat melakukan tindakan operasi), maka
dalam penulisan ini dikelompokkan menjadi bagian yang berdiri sendiri. Risiko tindakan medis dapat terjadi
dalam setiap rangkaian proses pengobatan, seperti pada penegakan diagnosa,
saat dilakukan operasi, penentuan obat dan dosisnya, pasca operasi dan
lain sebagainya. Risiko medik juga dapat terjadi di semua tempat
dilakukannya pengobatan: di rumah sakit, klinik, praktik dokter, apotik,
di rumah pasien, di tempat umum (pada kegiatan
immunisasi, misalnya), dan lain-lain.
immunisasi, misalnya), dan lain-lain.
2.2 Tindakan Medik Invasif pada Pasien Batu
ginjal
BATU ginjal merupakan
penyakit yang menyerang organ ginjal dan saluran kemih, umumnya terjadi pada
pria berumur 20-40 tahun. Penyakit ini menghambat fungsi ginjal dalam
mengeluarkan sampah metabolisme dan penyerapan kembali bahan-bahan yang masih
dibutuhkan tubuh. Minum sebanyak mungkin, meskipun tidak haus, direkomendasikan
dapat mencegah dan menghilangkan batu ginjal.
Namun, tidak seluruh batu
ginjal dapat lenyap hanya dengan terapi air putih. Ada beberapa kasus yang
mengharuskan dokter mengambil tindakan medis untuk mengangkat batu ginjal pada
pasien.
Tindakan medis untuk
pengambilan batu ginjal yang umum adalah dengan teknik invasif (operasi/
pembedahan) dan non-invasif (non operasi/non pembedahan).
Teknik invasif terbagi dalam
dua teknik. Pertama, dokter melakukan tindakan percutaneus
nephrolithotripsy (PCNL),
yaitu teknik pembuangan batu ginjal melalui pembuatan lubang kecil di pinggang. Kedua, dokter melakukan operasi terbuka
dengan cara operasi besar pada pasien batu ginjal. Kedua teknik ini
mengharuskan pembiusan dan perawatan inap pada pasien. Contoh teknik invasif
yaitu hemodialisis, endourologi, pemberian dengan obat dll.
Pada teknik non-invasif,
dokter memberikan resep obat untuk mengurangi rasa nyeri dan pemakaian teknik Extracorporeal
Shock Wave Lithotripsy (ESWL).
Beberapa obat batu ginjal memang memberikan tingkat kesembuhan yang baik.
Namun, tidak seluruh pasien batu ginjal dapat sembuh hanya dengan minum obat.
Besar batu ginjal dan
batu saluran kemih dapat dipecahkan tanpa operasi kecuali batu tersebut terlalu
besar atau ada kelainan di saluran kencing yaitu dengan menggunakan alat ESWL.
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah terapi non-invasif (tanpa
operasi/bedah) untuk memecahkan batu ginjal menggunakan terapi kejut (shock
wave) yang ditransmisi dari luar tubuh, terapi ini dapat berupa rawat jalan/one
day care dan tidak memerlukan tindakan pembiusan total.
2.3 Dampak Metabolik Akibat Tindakan Medik
Invasif
Seperti yang telah disebutkan diatas
bahwa tindakan medis batu ginjal dibagi menjadi 2 yaitu tindakan invasif dan
non invasif. Berikut ini dampak metabolik dari beberapa contoh tindakan invasif
dan tindakan non invasif yaitu sbb:
1.
Tindakan invasif
a.
Hemodialisis
Hemodialisis merupakan tindakan invasif
yang sering dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik untuk mempertahankan
pasien dalam keadaan relatif sehat. Penurunan respons imun dapat disebabkan
keadaan uremia, defisiensi vitamin D, penimbunan besi yang berlebihan dan
akibat tindakan hemodialisis itu sendiri.
Penurunan respons imun pada uremia
disebabkan oleh penurunan fungsi fagositosis leukosit polimorfonuklear (PMN)
dan monosit, serta penurunan aktivitas metabolik hexosemonophosphate shunt
(HMS) yang diperlukan untuk memproduksi reactive oxygen spesies (ROS). Vitamin
D berperan dalam perkembangan dan fungsi makrofag. Penimbunan besi yang
berlebihan akan merangsang pertumbuhan bakteri dan meningkatkan virulensi
bakteri.
Tindakan hemodialisis menyebabkan penurunan
respons imun karena terjadinya neutropenia, limfositopenia dan
hipokomplementemia yang terutama disebabkan pengaruh jenis membran dialyzer
b.
Pemberian obat-obatan
Salah satu penyebab
gagal ginjal adalah konsumsi obat-obatan bebas tanpa memperhatikan risiko dan
efek samping pada tubuh. Obat-obatan terutama obat anti sakit, obat pelangsing,
dan juga jamu-jamuan di antaranya bisa merusak kerja ginjal. Bila pengobatan
tidak dapat dilakukan secara konservatif maka perlu dilakukan cuci darah.
2.
Tindakan non invasif –
ESWL
ESWL digunakan dalam pengobatan gagal
ginjal karena dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan
terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
Mesin ESWL ada yang low energy dan high energy. Pada
Low energy menyebabkan efek samping yang ringan namun dibutuhkan lebih banyak
treatments sebelum batu dipecahkan menjadi bagian bagian kecil. 9
dari 10 pasien yang memiliki batu ginjal <10 a="" banyak="" dan="" dilakuakn="" eswl="" gejala.="" menyisakan="" mm="" name="hw204259" nbsp="" tidak="">10>
Komplikasi ESWL
: Nyeri yang disebabkan keluarnya pecahan batu melalui urine, Terhambatnya
aliran urine sebagai akibat pecahan batu yang tidak dapat keluar, Pendarahan /
hematuria.
2.4 Implikasi Dietetik pada Persiapan dan
Pasca Tindakan Medik Invasif Batu Ginjal
Implikasi dietetik yang akan terjadi
pada penderita gagal ginjal sebelum dilakukannya tindakan invasif yaitu
terjadinya malnutrisi. Tujuan diet penyakit ginjal kronik adalah untuk:
1.
Mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja
ginjal.
2.
Mencegah dan menurunkan kadar ureum
darah yang tinggi (uremia).
3.
Mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit.
4.
Mencegah atau mengurangi progresifitas
gagal ginjal, dengan memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus.
Pembedahan pada dasarnya merupakan
tindakan invasif yang akan merusak struktur jaringan tubuh, dimana pada masa
setelah operasi terjadi suatu fase metabolisme baik anabolisme maupun
katabolisme. Pasien yang menjalani operasi beresiko mengalami malnutrisi akibat
menjalani puasa, stress operasi, dan peningkatan metabolisme yang terjadi.
Nutrisi perioperatif adalah nutrisi yang diberikan pada pra bedah ,
durante, dan pasca bedah. Tujuan nutrisi perioperatif adalah untuk mencapai hasil yang optimal dari
operasi, dan mengurangi morbiditas operasi diantaranya infeksi luka operasi, penyembuhan luka yang
lambat, pneumonia, dan sepsis. Tujuan bantuan nutrisi pada pasien bedah adalah
menyediakan kalori, protein, vitamin, mineral, dan trace element yang adekuat
untuk mengkoreksi kehilangan komposisi tubuh dan untuk mempertahankan keadaan
normal dari zat-zat gizi tersebut.
a.
Nutrisi pre bedah
Persiapan pre bedah penting sekali untuk
memperkecil risiko operasi karena hasil akhir suatu pembedahan sangat
tergantung pada penilaian keadaan penderita dan persiapan pre bedah. Dalam
persiapan inilah ditentukan adanya
indikasi atau kontraindikasi operasi, toleransi penderita terhadap tindakan
bedah, dan ditetapkan waktu yang tetap untuk melaksanakan pembedahan.
(jong,1997).
Pemberian diet pre bedah harus
mempertimbangkan keadaan umum pasien, macam pembedahan (mayor atau minor),
sifat operasi (segera atau elektif) dan ada tidaknya penyakit penyerta.
Pengkajian status gizi pre bedah sangat diperlukan untuk menentukan perlu
tidaknya dukungan nutrisi, yang dapat berupa suplementasi nutrisi oral, enteral
nutrisi maupun paranteral nutrisi. Pasien-pasien yang rentan terhadap
malnutrisi, terutama yang terkait dengan hipoalbuminemia adalah:
hipermetabolisme akibat stress (penyakit, infeksi, tindakan medik dan bedah),
pasien DM terutama dengan ulkus dan gangren, gangguan fungsi ginjal, gangguan
fungsi hati, penyakit saluran cerna,
b.
Nutrisi pasca bedah
Diet Pasca Bedah atau opearsi adalah
makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan
makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam operasi atau pembedahan dan
jenis penyakit penyerta. Waktu ketidakmampuan pasien setelah operasi atau
pembedahan dapat diperpendek melalui pemberian zat gizi yang cukup. Hal yang
juga harus diperhatikan dalam pemberian diet pasca operasi untuk mencapai hasil
yang optimal adalah mengenai karakter individu pasien.
Tujuan Diet Pasca Bedah adalah untuk
mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat
proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara
sebagai berikut:
a.
Memberikan kebutuhan dasar (cairan,
energi, protein),
b.
Mengganti kehilangan protein, glikogen,
zat besi, dan zat gizi lain,
c.
Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit
dan cairan.
Syarat Diet Pasca Bedah adalah
memberikan makanan secara bertahap mulai dari ebntuk cair, saring, lunak dan
biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung dari macam pembedahan
dan keadaan pasien, seperti:
·
Pasca bedah minor →makanan diusahakan
secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal.
·
Pasca bedah mayor →makanan diberikan
secara hati-hati disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.
Pada umumnya, pemenuhan zat gizi pasien
akan mengurangi waktu pemulihan atau penyembuhan, infeksi, dan komplikasi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Tindakan
Invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan
jaringan tubuh. Jadi, tindakan medis dapat dilakukan antara lain dengan
tiga cara, yaitu:
1. Penegakan
diagnosa;
2. Melakukan
terapi (pengobatan),
3. Melakukan
tindakan invasif
Tindakan medis batu ginjal dibagi
menjadi 2 yaitu tindakan invasif dan non invasif, berikut adalah contoh
tindakan invasive dan non-invasif :
a. Tindakan
invasive
·
Hemodialisis
·
Pemberian obat-obatan
b.
Tindakan non invasive
·
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Menurut
studi yang dimuat dalam Journal of the American Society Nephrology
(JASN), diet sehat yang mencakup banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayuran,
kacang-kacangan, susu rendah lemak dan biji-bijian; membatasi asupan garam,
daging merah dan daging olahan, serta mengurangi minuman yang manis merupakan
cara efektif untuk mencegah terbentuknya batu ginjal.
c.
Saran
Batu ginjal termasuk satu jenis penyakit yang ditakuti
lantaran nyeri yang luar biasa saat kambuh. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang terkena batu ginjal, seperti faktor umur, jenis kelamin,
keturunan, lingkungan, dan kelainan metabolisme. Makanan yang tidak seimbang
juga berperan menjadi pemicu timbulnya batu ginjal. Makanan kaya kalsium,
oksalat, protein hewani, purin, dan garam merupakan makanan yang perlu
dikurangi.
DAFTAR
PUSTAKA
·
http://www.kabar6.com/aneka-berita/sehat/4930-atasi-batu-ginjalsaluran-kemih-dengan-eswl.html.
Diakses 25 maret
2019.
·
http://www.univmed.org/perubahan-respons-imun-pada-penderita-gagal-ginjal-kronik-yang-menjalani-hemodialisis/?lang=IN.
Diakses pada 25 maret 2019
·
http://agoesdoctor.blogspot.com/batu-ginjal-merupakan-masalah-kesehatan.html.
Diakses pada 25 maret 2019.
·
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-supriyanta-5290-3-babii.pdf
. Diakses pada 25 maret 2019.
·
http://ritongadina.blogspot.com/gizi-pasca-operasi.html.
Diakses 25 maret 2019.
·
http://www.sahabatginjal.com/Articles/tabid/635/ID/1450/Tangkis-Batu-Ginjal-dengan-Sayur-Buah-Makanan-Rendah-Garam.aspx Diakses pada 25 maret
2019.