Senin, April 01, 2019

Konseling Gizi pada Remaja yang Suka Mengkonsumsi Gorengan dan Fast Food


Konseling Gizi pada Remaja yang Suka Mengkonsumsi Gorengan dan Fast Food


BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu/keluarga tentang gizi dapat dilakukan melalui konseling gizi. Konseling gizi merupakan suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi untuk menolong individu dan keluarga guna memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya dan permasalahan yang dihadapi.
Selain untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi, metode ini juga dapat membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan gizi yang dihadapi, membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah, mencari alternative pemecahan masalah, memilih cara pemecahan masalah yang sesuai bagi dirinya, dan membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi klien.
Dewasanya, saat ini peran konselor sangat dibutuhkan guna membantu klien untuk  memahami masalahnya. Tidak hanya yang lanjut usia, tapi remaja dan anak-anakpun terkadang rentan akan berbagai macam penyakit dan penyertanya. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan lebih lanjut dari aspek gizi. Dukungan positif dari keluargapun banyak mempengaruhi keberhasilan konseling ini, terutama untuk mendukung pelaksanaan perubahan makan klien dan memantau klien untuk tetap disiplin dan bertanggungjawab dalam pelaksanaan kebiasaan pola makan yang benar.
Maka dari itu konseling gizi memegang peranan penting bagi dunia kesehatan. Khususnya bagi mereka yang peduli akan arti sehat yang sesungguhnya.
Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan proses pematangan manusia. Pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan meliputi perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi kurang maupun gizi lebih. (Jeliffe, 1989).
Kehadiran makanan cepat saji (fast food) dalam industri makanan Indonesia dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan cepat saji mengandung lemak, protein, dan garam yang relatif tinggi dan jika dikonsumsi secara berkesinambungan dan berlebihan dapat mengakibatkan masalah gizi lebih.
Gizi lebih pada usia remaja dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik ataupun mental. Pola makan yang tinggi kalori dan aktifitas fisik yang kurang diduga berperan penting terhadap terjadinya peningkatan prevalensi obesitas. Obesitas remaja dapat persisten menjadi obesitas pada dewasa yang dapat menyebabkan resiko penyakit-penyakit degeneratif dan kardiovaskuler. Maka dari itu, konseling dapat membantu mengatasi masalah remaja yang rentang akan resiko penyakit-penyakit degeneratif dan kardiovaskuler akibat pola makan dan gaya hidup yang tidak

1.      Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap), faktor pendukung (uang saku, aktivitas), dan faktor pendorong (dukungan teman, promosi makanan cepat saji) terhadap pola makan pada remaja.

2. Manfaat Penelitian
a.       Sebagai informasi bagi para remaja agar senantiasa menjalani pola makan yang sehat.
b.      Sebagai informasi bagi pihak keluarga dalam upaya meningkatkan kesadaran para remaja untuk melakukan pola makan yang sehat.

3.      Bahan dan Alat


·         Bahan
1.      Materi gizi remaja
2.      Materi konsultasi
3.      Materi fastfood
4.      Makanan fastfood
5.      Makanan gorengan
·         Alat
1.      Konselor
2.      Klien
3.      Proyektor
4.      Laptop
5.      Alat tulis
6.      Meja
7.      Kursi
8.      Piring dan gelas


4.      Tahapan Konsultasi
1.      Persiapan Konsultasi
·         Mempersiapkan materi tentang fastfood
·         Mencari materi tentang gizi remaja
·         Membuat alur cerita konsultasi
·         Mencari konsep tata ruang konsultasi
·         Mempersiapkan alat dan bahan untuk dekorasi ruangan konsultasi
2.      Perencanaan konsultasi
·         Merencanakan tata ruang konsultasi
·         Menyusun tata ruang konsultasi
·         Membagi peran sesuai karakter yang dibutuhkan
3.      Pelaksanaan Konsultasi
·         Konseling gizi pada remaja yang suka mengkonsumsi fastfood
4.      Evaluasi Konsultasi
·         Perubahan prilaku pada remaja yang suka mengkonsumsi fastfood setelah melakukan konsultasi

           

BAB II
ISI
A.    Materi Konsultasi
1.      Definisi Konseling
Konseling merupakan suatu proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. Tujuan dari konseling itu sendiri yaitu :
a.       Pemecahan masalah, meningkatkan efektifitasindividu dalam pengambilan keputusan secara tepat.
b.      Pemenuhan kebutuhan, menghilangkan perasaan yang menekan/ mengganggu.
c.       Perubahan sikap dan tingkah laku.

2.      Pola Makan Remaja
Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan proses pematangan manusia. Kehadiran makanan cepat saji (fast food) dalam industri makanan Indonesia dapat mempengaruhi pola makan remaja. Biasanya remaja mempunyai aktivitas yang tinggi, sehingga sering lupa makan, atau terlalu sering makan sambil ‘hang out’ di mall atau café, sehingga junk food merupakan makanan pilihan. Makanan cepat saji mengandung lemak, protein, dan garam yang relatif tinggi dan jika dikonsumsi secara berkesinambungan dan berlebihan dapat mengakibatkan masalah gizi lebih.
Gizi lebih pada usia remaja dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik ataupun mental. Pola makan yang tinggi kalori dan aktifitas fisik yang kurang diduga berperan penting terhadap terjadinya peningkatan prevalensi obesitas. Obesitas remaja dapat persisten menjadi obesitas pada dewasa yang dapat menyebabkan resiko penyakit-penyakit degeneratif dan kardiovaskuler.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Health Education Authority (2002), usia 15-34 tahun adalah konsumen terbanyak yang memilih menu makanan cepat saji. Sebuah penelitian membuktikan bahwa, pola makan ala barat dengan menu seperti hamburger, kentang goreng, kue pie, sosis, daging merah, gandum olahan, makanan olahan dari susu lemak tinggi dan beraneka saus bisa berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental remaja. Selain itu kudapan dan minuman ringan tak sehat seperti soft drink, permen, chitato, bakso goreng dan lain-lain sudah terlalu banyak dijual dipasaran dan terbiasa dikonsumsi sehari-hari.
Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total asupan kalori remaja setiap hari. Kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih kudapan yang sehat.
Gangguan emosi merupakan sebab terpenting obesitas pada remaja. Pada anak yang bersedih hati dan memisahkan diri dari lingkungannya timbul rasa lapar yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap masalahnya. Adakalanya kebiasaan makan yang berlebihan ini akan berubah dengan menghilangnya gangguan emosi yang di deritanya.
Selain itu faktor yang turut berpengaruh terhadap pola makan pada remaja adalah faktor aktivitas yang banyak dilakukan remaja diluar rumah membuat seorang remaja sering dipengaruhi oleh rekan sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi, akan tetapi lebih untuk bersosialisasi dan kesenangan.

3.      Pengertian Makanan Fast Food
Makanan Fast food sudah membayangi dunia sejak abad ke-19, bertepatan dengan dimulainya babak baru dunia industri di dunia barat, ketika masyarakat tradisional memasuki dunia kerja industri dengan kebiasaan yang baru pula. Karena bentuk dari fast food yang instan, banyak hidangan fast food yang merupakan junk food.
Banyak orang yang salah persepsi akan definisi dari fast food dan junk food. Pada dasarnya intilah dari fast food dan junk food amatlah berbeda. Goreng-gorengan, snack, mie instan, atau makanan-makanan beku seperti ayam olahan yang tinggal digoreng, merupakan beberapa contoh fast food yang juga merupakan junk food.
Junk food diambil dari Bahasa Inggris yang artinya makanan rongsokan atau makanan sampah. Sampah yang dimaksud disini, tentu saja bukan bermakna sisa makanan yang telah dibuang atau tidak terpakai kemudian dibuat makanan lagi. Namun, lebih bermakna makanan yang tidak memiliki manfaat bagi tubuh kita. Istilah junk food diberikan karena makanan-makanan tersebut tidak memiliki nilai nutrisi yang baik untuk tubuh.

4.      Kandungan Gizi Makanan Fast Food
Pada makanan yang mempunyai "label" junk food, umumnya kandungan vitamin, protein, atau mineralnya sangat sedikit. Makanan junk food mengandung banyak sodium, saturated fat, dan kolesterol. Bila jumlah ini terlalu banyak di dalam tubuh, maka akan menimbulkan banyak penyakit. Sodium tidak boleh terlalu banyak terdapat di dalam tubuh. Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 miligram. Ini sama dengan 1 3/5 sendok teh. Jika tidak, sodium dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang tinggi juga akan berpengaruh munculnya gangguan ginjal, penyakit jantung, dan stroke.
Satured fat berbahaya bagi tubuh karena zat tersebut merangsang organ hati untuk memproduksi banyak kolesterol. Beberapa junk food juga mengandung banyak gula, terutama gula buatan, yang dapat menyebabkan penyakit gula atau diabetes, kerusakan gigi, dan obesitas. Junk food yang berbentuk minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula dan sangat sedikit mengandung vitamin dan mineral. Minuman bersoda mengandung paling banyak gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari 4 gram atau satu sendok teh sehari.
Tidak semua fast food merupakan junk food. Makanan Jepang seperti sushi, sashimi, jugasalad dan sandwich dengan berbagai sayuran dan buah-buahan yang divariasikan juga merupakan fast food, tapi bermanfaat dan memberikan nutrisi baik untuk tubuh.
Berikut adalah 10 makanan junk food menurut World Health Organization (WHO): 
1)      Gorengan
Didalam gorengan mengandung kalori yang tinggi, serta kandungan lemak atau minyak dan oksidanya tinggi. Bila dikonsumsi secara regular dapat menyebabkan kegemukan, penyakit jantung koroner.
Dalam proses menggoreng banyak terbentuk zat karsiogenik, dimana telah dibuktikan kecenderungan kanker bagi mereka yang mengonsumsi makanan gorengan jauh lebih tinggi dari yang tidak atau sedikit mengonsumsi makanan gorengan.
2)      Makanan kaleng
Makanan dalam bentuk kalengan aik yang berupa buah kalengan atau daging kalengan, memiliki kandungan gizinya sudah banyak dirusak, terlebih kandungan vitaminnya hampir seluruhnya dirusak. Kandungan protein dalam makanan ini telah mengalami perubahan sifat hingga penyerapannya diperlambat.
Selain itu banyak buah kalengan berkadar gula tinggi dan diasup ke tubuh dalam bentuk cair sehingga penyerapannya sangat cepat. Dalam waktu singkat dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat, memberatkan beban pankreas. bersamaan dengan tingginya kalori dapat menyebabkan obesitas.
3)      Asinan
Dalam proses pengasinan dibutuhkan penambahan garam secara signifikan. Pada penambahan garam ini dapat mengakibatkan kandungan garam makanan tersebut melewati batas sehingga menambah beban kerja pada ginjal.
Bagi pengonsumsi makanan asinan tersebut, bahaya hipertensi pun dapat terjadi. Terlebih pada saat proses pengasianan, sering ditambahkan amonium nitrit yang menyebabkan peningkatan bahaya kanker hidung dan tenggorokan. Kadar garam yang tinggi dapat merusak selaput lendir lambung sehingga menyebabkan terjadinya radang pada lambung dan usus jika dikonsumsinya secara terus menerus.
4)      Makanan daging yang diproses (ham, sosis, dan sebagainya)
Produk setengah jadi seperti ham, sosis, dan lain sebagainya yang berbahan utama daging mengandung garam nitrit yang dapat menyebabkan kanker juga mengandung pengawet atau pewarna yang memberatkan beban hati.
5)      Makanan dari daging berlemak dan jeroan
Didalam daging berlemak dan jeroan mengandung protein yang baik, vitamin dan juga mineral. Akantetapi pada daging tersebut mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang merupakan salah satu penyebab munculnya penyakit jantung.
Mengkonsumsi jeroan binatang dalam jumlah banyak dan waktu yang cukup lama dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, dan tumor ganas (kanker usus besar), kanker payudara dan lainnya.

B.     Teori yang Mendukung Perubahan Perilaku Remaja yang Mengkonsumsi Fastfood
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007) perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi adalah faktor pencetus timbulnya perilaku yang berasal dari diri remaja sendiri seperti pengetahuan dan sikap remaja terhadap pola makan yang baik. Faktor pendukung yaitu faktor yang mendukung timbulnya perilaku, seperti uang saku dan tingkat aktivitas remajasiswi. Faktor pendorong yaitu faktor yang memperkuat untuk berperilaku seperti dukungan teman dan adanya promosi makanan cepat saji.
Para peneliti di Rockefeller University telah menemukan bahwa makanan tinggi lemak dan gula menyebabkan otak untuk melepaskan banyak bahan kimia kenikmatan yang sama yang menghasilkan kecanduan narkoba, termasuk kortisol, galanin dopamin, dan serotonin. Seiring waktu, konsumsi secara teratur dapat membuat junk food ketidakseimbangan dalam kimia, menuntun kita untuk makan lebih banyak dan lebih dalam rangka untuk mengembalikan tingkat normal.

DAFTAR PUSTAKA

·         http://www.lusa.web.id/konseling/. Diakses 25 Maret 2019.