Prefensi Dalam Pembentukan Kebiasaan Makan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
sebagai makhluk hidup memerlukan pola makan yang baik agar dapat hidup sehat
dan berumur panjang serta tidak mudah sakit. Manusia dalam melakukan
aktivitasnya pasti memerlukan kalori. Gula, lemak, karbohidrat, protein,
vitamin, mineral adalah termasuk kedalam kalori dan ketika manusia melakukan
akitivitasnyapasti kalori tersebut akan dibakar didalam tubuh untuk
menghasilkan energi.
Pada
saat proses metabolisme yang pertama kali dibakar didalam tubuh adalah gula,
lalu lemak, dan kemudian karbohidrat. Jika didalam tubuh masih terdapat gula
maka secara otomatis lemak yang ada didalam tubuh akan sulit utuk dibakar
akibatnya terjadi penumpukan lemak dalam tubuh. Jika jumlah lemak dalam tubuh
tidak terbatas maka akan menimbulkan banyak penyakit terutama obesitas.
Oleh
karena itu untuk menghindari penyakit-penyakit yang diakibatkan karena pola
makan yang kurang sehat diperlukan pedoman gizi bagi individu, keluarga atau
masyarakat tentang pola makan yang sehat.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa
yang dimaksud dengan preferensi pangan atau pola makan?
b.
Faktor-Faktor Preferensi Pangan
Masyarakat.
c.
Daya Dukung Gizi Dalam Pengatur Pola
Makan.
d.
Bagaimana pola makan yang sehat menurut
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)?
e.
Mengapa pola makan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan tubuh?
1.3 Tujuan
a.
Mengetahui pengertian preferensi pangan
atau pola makan
b.
Untuk mengetahui faktor-faktor dari
preferensi gizi
c.
Untuk mengetahui bagaimana daya dukung
gizi dalam pengatur pola makan.
d.
Mengetahui pola makan yang sehat menurut
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
e.
Mengetahui pengaruh pola makan terhadap
kesehatan
BAB
II
ISI
2.1 Preferensi Pangan
Setiap masyarakat memberikan definisi tertentu
tentang arti makanan, dan dalam setiap definisi setiap jenis makanan memiliki
arti yang luas. Misalnya ada jenis makanan untuk orang kaya dan ada yang
diperuntukkan bagi orang miskin, ada pula makanan yang diperuntukkan bagi
wanita, anak-anak, orang yang sedang sakit atau golongan lanjut usia. Selain
itu, ada pula jenis makanan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh
orang-orang tertentu. Setiap masyarakat mempunyai aturan-aturan,
pembatasan-pembatasan, rasa suka dan tidak suka, kepercayaan terhadap jenis
makanan-makanan yang ada, sehingga membatasi pilihannya terhadap jenis-jenis
makanan.
Adat istiadat menentukan preferensi seseorang
terhadap makanan. Latar belakang sosial budaya mempengaruhi pemilihan jenis
pangan melalui dua cara yaitu informasi mengenai gizi dan preferensi.
Preferensi terhadap makanan
didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap makanan dan
preferensi ini akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Berikut ini faktor-faktor
yang mempengaruhi preferensi pangan yaitu;
1.
Ketersediaan makanan di suatu tempat,
2.
Pembelian makanan untuk anggota keluarga
yang lain, khususnya orang tua,
3.
Pembelian makanan dan penyediaannya yang
mencerminkan hubungan kekeluargaan dan budaya,
4.
Rasa makanan, tekstur, dan tempat.
Dalam memilih makanan tertentu yang disukai
pengalaman seseorang dapat menjadi landasan yang kuat. Beberapa faktor antara
lain enak, menyenangkan, tidak membosankan, berharga murah, mudah didapat dan
diolah. Penampakan merupakan hal yang banyak mempengaruhi preferensi dan
kesukaan konsumen. Kesukaan terhadap makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Ini termasuk waktu dan konteks dimana makanan itu disajikan sama halnya dengan
kondisi pribadi kita pada saat itu, seperti seberapa kita lapar, mood pada saat
itu, dan waktu terakhir sejak kita terakhir makan makanan tersebut
Menurut Sanjur preferensi terbentuk dari persepsi
suatu produk. Preferensi adalah derajat kesukaan, pilihan, atau sesuatu hal
yang lebih disukai konsumen. Menurut Suhardjo, jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi selain dipengaruhi oleh hasil budaya setempat, juga dipengaruhi oleh
preferensi terhadap makanan tersebut. Makanan dianggap memenuhi selera atau
tidak tergantung tidak hanya pada pengaruh sosial budaya sebagai sifat
fisiknya. Reaksi indera terhadap pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi
dipengaruhi oleh pendekatan melalui media massa, radio, TV, pamflet, dan iklan.
Setiap konsumen pasti memiliki preferensi pangan.
Preferensi ini dapat diubah dan dipelajari sejak kecil. Fisiologi, perasaan,
dan sikap terintegrasi membentuk preferensi teradap pangan dan akhirnya
membentuk perilaku konsumsi pangan. Preferensi mempunyai struktur, serta
struktur ini dapat berubah dan dipelajari sejak kecil dan bersifat plastis.
Birch (1999) juga menyatakan bahwa preferensi pangan yang terjadi seiring
dengan perkembangan diet sehat menunjukkan bahwa faktor lingkungan makan juga
mempengaruhi preferensi walaupun genetik merupakan manifestasi. Lingkungan
makan ini termasuk tersedianya makanan dan praktik pemberian makan saat kecil
oleh orang tua.
Pengukuran terhadap preferensi pangan dilakukan
dengan menggunakan skala, dimana responden ditanya untuk dapat mengindikasikan
seberapa besar dia menyukai pangan berdasarkan kriteria. Skala pengukuran dapat
dibedakan menjadi sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka, dan sangat suka.
Skala hedonik adalah salah satu cara untuk mengukur derajat suka maupun tidak
suka seseorang. Derajat kesukaan seseorang diperoleh dari pengalamannya
terhadap makanan, yang akan memberikan pengaruh yang kuat pada angka
preferensinya.
2.2 Pengertian Pola Makan
Pola
makan (dietary pattern) adalah cara yang ditempuh seseorang atau
sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagaireaksi terhadap
pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial (Harper, 1986).
Menu
seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan
proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan
dan perkembangan (Almatsier, 2004).
Konsumsi
makanan yang salah dapat membuat tubuh kekurangan nutrisi-nutrisi vital yang
diperlukan agar tubuh dapat bekerja dengan baik. Kunci menuju kesehatan yang
baik adalah diet yang seimbang dan bervariasi (Weekes, 2008).
2.3 Perilaku
Kesehatan
Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni perilaku pemeliharaan
kesehatan (health maintenance), perilaku pencarian dan penggunaan sistem
atau fasilitas pelayanan kesehatan/perilaku pencarian pengobatan (health
seekingbehavior), serta perilaku kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
2.4 Faktor-Faktor Preferensi Pangan
Masyarakat
Preferensi
pangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti:
1.
Pengalaman seseorang,
2.
Pengaruh budaya, dan
3.
Manfaat kesehatan yang dirasakan.
Rasa dan aroma tidak dapat dibantah menjadi penentu
utama apakah makanan disukai atau tidak disukai. Perbedaan individu pada
persepsi pahit, manis, asin, atau asam dapat mempengaruhi kebiasaan makan,
dimana dapat berpengaruh pada status gizi dan resiko penyakit kronis. Aroma
juga penentu penting persepsi bermacam-macam aroma, dan keanekaragaman
penciuman dapat mempengaruhi preferensi pangan.
Drewnowski
menyatakan bahwa sensoris merespon pada rasa, aroma, dan tekstur makanan
membantu untuk menentukan preferensi pangan dan kebiasaan makan. Bagaimanapun,
respon sensoris tidak memprediksikan konsumsi pangan. Pada kenyataannya,
terdapat beberapa hubungan antara persepsi rasa, preferensi rasa, preferensi
pangan, dan pilihan pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Respon rasa
dipengaruhi genetik, psikologi, dan metabolis.
Pengaruh faktor rasa pada intik pangan tergantung
pada umur dan jenis kelamin dan diatur oleh obesitas, gangguan makan, dan
patologi kebiasaan makan lainnya. Preferensi dan pilihan pangan populasi lebih
jauh dihubungkan dengan perilaku, sosial dan lebih penting adalah variabel
ekonomi seperti pendapatan. Pendidikan gizi dan strategi intervensi dimaksudkan
untuk peningkatan diet populasi untuk memperhatikan respon kesukaan terhadap
makanan, pada perluasan bahasan mengenai variabel demografis dan sosio budaya.
Faktor penentu preferensi pangan berhubungan dengan
aroma, rasa, dan penampilan cara memasak, ketidaknyaman terjadi ketika
seseorang mengkonsumsi makanan, dan ini menyebabkan seseorang menjadi tidak
suka terhadap makanan tersebut. Kesukaan makan meningkatkan preferensi pangan.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa kesukaan ditentukan oleh hati. variabel
demografi juga memiliki pengaruh terhadap preferensi pangan termasuk umur,
jenis kelamin, status kesehatan, suku, pendidikan, dan pendapatan. Suhardjo
(1989) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi preferensi terhadap
makanan, yaitu karakteristik individu, makanan, dan lingkungan. Harga juga
berpengaruh dalam pemilihan pangan, namun harga sering dikesampingkan oleh
pertimbangan prestice, rasa, dan kemudahan dalam penyiapannya sehingga
harga bukanlah faktor utama dalam hal pemilihan pangan. Selain itu, faktor
lingkungan yang mempengaruhi preferensi pangan termasuk musim, lokasi
geografis, suku, mobilitas, dan tingkat urbanisasi.
Besar keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi preferensi pangan. Besar keluarga akan mempengaruhi pendapatan per
kapita dan pengeluaran untuk konsumsi pangan. Keluarga dengan banyak anak dan
jarak kelahiran antar anak yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak
masalah. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tersebut tetapi hanya mencukupi
sebagian dari anggota keluarga itu. Ketidakcukupan ini dapat menimbulkan
terjadinya stres.
Besarnya keluarga akan mempengaruhi kebiasaan makan
dan gizi, khususnya pada rumah tangga miskin yang bergantung pada pendapatan
tunai untuk membeli bahan pangan. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang
sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya, jika yang harus
diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang
besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga
tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang
besar tersebut.
2.5 Daya Dukung Gizi Dalam Pengatur Pola
Makan
Dalam segi ketersediaan pangan, masalah pokoknya
yaitu semakin terbatas dan menurunnya kapasitas produksi dan daya saing pangan
nasional. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor teknis dan sosial ekonomi.
Berdasarkan aspek konsumsi pangan, masalah teknis yang dihadapi adalah Belum
berkembangnya teknologi, industri pangan serta produk pangan alternatif berbasis
sumber daya pangan lokal.
Aplikasi daya dukung lingkungan yaitu daya dukung
gizi (nutritional carrying capacity). Daya dukung gizi (nutritional carrying capacity) adalah daya
dukung sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pangan. Berdasarkan pendekatan
perilaku konsumen, daya dukung gizi berkaitan dengan cara agar kebutuhan atau
kecukupan pangan dan gizi penduduk dapat dipenuhi dari SDA atau pangan
setempat. Berdasarkan pendekatan potensi atau ketersediaan SDA, daya dukung
gizi berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan atau kecukupan pangan dan gizi
penduduk dengan SDA atau pangan setempat. Daya dukung gizi (nutritional
carrying capacity) adalah jumlah maksimum manusia atau penduduk yang dapat
dipenuhi kebutuhan pangannya pada saat tertentu tanpa menyebabkan berkurangnya
kemampuan wilayah tersebut untuk mendukung penduduk di masa yang akan datang.
2.6 Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS)
PUGS
disusun untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional
well-being) semua yang merupakanprasyarat untuk pembangunan sumber daya
manusia. Dalam PUGS, susunan makananyang dianjurkan adalah yang menjamin
keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapaidengan mengkonsumsi beraneka
ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat salingmelengkapi dalam zat-zat gizi
yang dikandungnya.PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5
Sempurna yangmemuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah
gizi kurang, maupun masalah gizi lebih. Pengelompokan makanan didasarkan pada
tiga fungsi utamazat-zat gizi, yaitu sumber zat energi/tenaga yang dapat berupa
padi-padian, tepungtepungan,umbi-umbian, sagu, dan pisang yang dibeberapa
bagian di Indonesia jugadimakan sebagai makanan pokok. Sebagai sumber zat
pembangun berupa sayuran danbuah, serta sumber zat pengatur berupa ikan, ayam,
telur, daging, susu, kacang-kacangandan hasil olahannya, seperti tempe, tahu
dan oncom. Untuk mencapai gizi seimbanghendaknya susunan makanan sehari terdiri
dari campuran ketiga kelompok bahanmakanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih
salah satu atau lebih jenis bahan makanansesuai dengan ketersediaan bahan
makanan tersebut di pasar, keadaan sosial ekonomi,nilai gizi, dan kebiasaan
makanan (Almatsier, 2004).
Menurut
Baliwati (2004), PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkandapat
digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur
makanansehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan
status gizi dankesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Makanlah
aneka ragam makanan.
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan
energi.
3. Makanlah
makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.
4. Batasi
konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.
5. Gunakan
garam beryodium.
6. Makanlah
makanan sumber zat besi.
7. Berikan
ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.
8. Biasakan
makan pagi.
9. Minumlah
air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
10. Lakukan
kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.
11. Hindari
minum minuman beralkohol.
12. Makanlah
makanan yang aman bagi kesehatan.
13. Bacalah
label pada makanan yang dikemas.
2.7
Kebiasaan Aneh Pada Pola Makan manusia
Berikut ini kebiasaan-kebiasaan yang sering
terjadi pada ppola makan manusia yaitu seperti berikut :
1. Necrophagia
Necrophagia adalah seorang manusia yang suka makan daging manusia yang sudah mati. Hal ini tidak umum tetapi dalam prakteknya lumrah terdapat dalam kehidupan manusia.mungkin juga sumanto termasuk didalamnya yah…hahahha
Necrophagia adalah seorang manusia yang suka makan daging manusia yang sudah mati. Hal ini tidak umum tetapi dalam prakteknya lumrah terdapat dalam kehidupan manusia.mungkin juga sumanto termasuk didalamnya yah…hahahha
2. Coprophagia
Coprophagia adalah seorang manusia yang suka menkonsumsi kotoran; ini sangat jarang pada manusia.Mengkonsumsi kotoran orang lain membawa risiko kontraktor penyakit menyebar melalui fecal, seperti hepatitis. Hepatitis A, Hepatitis E, radang paru-paru, dan influenza. Vaksinasi umumnya direkomendasikan untuk orang-orang yang terlibat dalam praktek ini.
Coprophagia adalah seorang manusia yang suka menkonsumsi kotoran; ini sangat jarang pada manusia.Mengkonsumsi kotoran orang lain membawa risiko kontraktor penyakit menyebar melalui fecal, seperti hepatitis. Hepatitis A, Hepatitis E, radang paru-paru, dan influenza. Vaksinasi umumnya direkomendasikan untuk orang-orang yang terlibat dalam praktek ini.
3. Autosarcophagy
Ini adalah kekacauan dari diri-kanibalisme. Ini dikategorikan sebagai pica (gangguan yang berkaitan dengan konsumsi hal yang tidak boleh dimakan). Beberapa orang akan terlibat dalam diri-kanibalisme ekstrim , misalnya makan kulit sendiri, minum darah mereka sendiri, yang disebut praktek autovampirism. Pada Januari 13, 2007,di Denmark artis Marco Evaristti menjadi tuan rumah pesta makan untuk teman paling akrabnya. Ini adalah tepat kutipan dari Bernd diambil dari usenet di mana dia ditawarkan untuk konsumsi diri sendiri:
Ini adalah kekacauan dari diri-kanibalisme. Ini dikategorikan sebagai pica (gangguan yang berkaitan dengan konsumsi hal yang tidak boleh dimakan). Beberapa orang akan terlibat dalam diri-kanibalisme ekstrim , misalnya makan kulit sendiri, minum darah mereka sendiri, yang disebut praktek autovampirism. Pada Januari 13, 2007,di Denmark artis Marco Evaristti menjadi tuan rumah pesta makan untuk teman paling akrabnya. Ini adalah tepat kutipan dari Bernd diambil dari usenet di mana dia ditawarkan untuk konsumsi diri sendiri:
4. Anthropophagy
Hal ini juga lebih dikenal sebagai kanibalisme. Di antara manusia itu telah dilakukan oleh berbagai kelompok di masa lalu di Eropa, Amazon Basin, biasanya terhubung ke dalam ritual perang suku. Fiji pernah dikenal sebagai ‘pulau kanibal’. Chaco Canyon reruntuhan Anasazi, budaya yang telah diinterpretasikan oleh beberapa archaeologists sebagai bukti upacara kanibalisme.
Hal ini juga lebih dikenal sebagai kanibalisme. Di antara manusia itu telah dilakukan oleh berbagai kelompok di masa lalu di Eropa, Amazon Basin, biasanya terhubung ke dalam ritual perang suku. Fiji pernah dikenal sebagai ‘pulau kanibal’. Chaco Canyon reruntuhan Anasazi, budaya yang telah diinterpretasikan oleh beberapa archaeologists sebagai bukti upacara kanibalisme.
5. Geophagy
Geophagy adalah orang yang punya kebiasaan makan seperti tanah liat, dan kapur. Banyak ilmuwan percaya bahwa ini berbahaya, sedangkan yang lainnya bahwa mungkin ada manfaat untuk menyesuaikan diri dengan praktek, sejak manusia dan binatang sama telah terlibat di dalamnya untuk ribuan tahun. Seperti coprophagia, mungkin berbahaya karena telur parasit dalam kotoran hewan.
Geophagy adalah orang yang punya kebiasaan makan seperti tanah liat, dan kapur. Banyak ilmuwan percaya bahwa ini berbahaya, sedangkan yang lainnya bahwa mungkin ada manfaat untuk menyesuaikan diri dengan praktek, sejak manusia dan binatang sama telah terlibat di dalamnya untuk ribuan tahun. Seperti coprophagia, mungkin berbahaya karena telur parasit dalam kotoran hewan.
6. Urophagia
Urophagia adalah konsumsi air seni,baik air seni sendiri atau orang lain. Urophagia umumnya dianggap tidak berbahaya, karena air seni individu sehat adalah steril. Namun, ada risiko yang kecil jika ada penyakit hadir, atau infeksi bakteri di pekencingan. Mungkin juga ada efek sekunder, seperti kulit Gatal-gatal di individu sensitif terhadap air kencing.
Urophagia adalah konsumsi air seni,baik air seni sendiri atau orang lain. Urophagia umumnya dianggap tidak berbahaya, karena air seni individu sehat adalah steril. Namun, ada risiko yang kecil jika ada penyakit hadir, atau infeksi bakteri di pekencingan. Mungkin juga ada efek sekunder, seperti kulit Gatal-gatal di individu sensitif terhadap air kencing.
7. Hyalophagia
Hyalophagia adalah kebiasaan makan kaca. juga dianggap sebagai bentuk pica. Hyalophagia sangat membahayakan manusia sebagai konsumsi kaca memiliki possiblity untuk memotong, membuka perut, intestines, dan tenggorokan karena melewati sistem.
Hyalophagia adalah kebiasaan makan kaca. juga dianggap sebagai bentuk pica. Hyalophagia sangat membahayakan manusia sebagai konsumsi kaca memiliki possiblity untuk memotong, membuka perut, intestines, dan tenggorokan karena melewati sistem.
8. Trichophagia
Trichophagia kebiasaan yang suka makan rambut. Seringkali, rambut panjang yang masih terpasang di kepala ditelan. Rambut akhirnya mengumpul dalam sistem gastrointestinal menyebabkan gejala seperti gangguan pencernaan dan sakit perut. pencahar dapat diberikan kepada teknologi yang trichobezoar (hairball) untuk mengeluarkannya. Pada tanggal 24 November 2007,di chicago amerika serikat telah menemukan 4,5 kg rambut dalam perut pasien berusia 18 tahun yang menderita trichophagia.
Trichophagia kebiasaan yang suka makan rambut. Seringkali, rambut panjang yang masih terpasang di kepala ditelan. Rambut akhirnya mengumpul dalam sistem gastrointestinal menyebabkan gejala seperti gangguan pencernaan dan sakit perut. pencahar dapat diberikan kepada teknologi yang trichobezoar (hairball) untuk mengeluarkannya. Pada tanggal 24 November 2007,di chicago amerika serikat telah menemukan 4,5 kg rambut dalam perut pasien berusia 18 tahun yang menderita trichophagia.
9. Xylophagia
Xylophagia adalah seseorang yang suka mengkonsumsi kayu. Ini adalah salah satu bentuk kekacauan makan yang dikenal sebagai pica. Orang yang menderita kekacauan makan ini biasanya mengkonsumsi sesuatu seperti kertas, pencil, kulit pohon atau item lainnya yang terbuat dari kayu.biasanya tidak terkait dengan masalah psikologis; itu adalah khas dari standar lisan fiksasi bayi.
Xylophagia adalah seseorang yang suka mengkonsumsi kayu. Ini adalah salah satu bentuk kekacauan makan yang dikenal sebagai pica. Orang yang menderita kekacauan makan ini biasanya mengkonsumsi sesuatu seperti kertas, pencil, kulit pohon atau item lainnya yang terbuat dari kayu.biasanya tidak terkait dengan masalah psikologis; itu adalah khas dari standar lisan fiksasi bayi.
10. Anorexia
Anorexia sendiri adalah susah makan dan sering terkait dengan kebiasaan aneh lainnya seperti minum air jeruk laced dengan katun, wol untuk memberikan rasa kenyang palsu. Ini adalah kekacauan makan yang serius yang menyebabkan banyak kematian setiap tahun di seluruh dunia.
Anorexia sendiri adalah susah makan dan sering terkait dengan kebiasaan aneh lainnya seperti minum air jeruk laced dengan katun, wol untuk memberikan rasa kenyang palsu. Ini adalah kekacauan makan yang serius yang menyebabkan banyak kematian setiap tahun di seluruh dunia.
2.8 Cara Mengubah Pola Makan.
Konsep
diet yang kita kenal saja bermacam-macam, ada diet rendah karbo, diet makanan
mentah, diet Atkins, diet Mediterrania, dan lain sebagainya. Padahal, untuk
mengubah pola makan sebenarnya bisa dimulai dari hal-hal kecil. Perubahan
kebiasaan makan yang sederhana ini lama-kelamaan akan memperbaiki kondisi
kesehatan Anda dalam jangka panjang. Berikut ini contoh cara untuk mengubah
pola makan sehari-hari yaitu sebagai berikut :
1.
Mengurang jumlah konsumsi gula
2.
Mengurangi jumlah konsumsi karbohidrat
3.
Mengurangi konsumsi makanana yang
mengandung kolesterol tinggi
4.
Manambahkan jumlah bawang pada setiap
masakan
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pola
makan (dietary pattern) adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok
untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh
fisiologis, psikologis, budaya dan sosial (Harper, 1986).
Menu
seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan
proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan
dan perkembangan (Almatsier, 2004).
Konsumsi
makanan yang salah dapat membuat tubuh kekurangan nutrisi-nutrisi vital yang
diperlukan agar tubuh dapat bekerja dengan baik. Kunci menuju kesehatan yang
baik adalah diet yang seimbang dan bervariasi (Weekes, 2008).
Menurut
Baliwati (2004), PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan dapat
digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan
sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi
dan kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Makanlah aneka ragam makanan.
2.
Makanlah makanan untuk memenuhi
kecukupan energi.
3.
Makanlah makanan sumber karbohidrat,
setengah dari kebutuhan energi.
4.
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai
seperempat dari kebutuhan energi.
5.
Gunakan garam beryodium.
6.
Makanlah makanan sumber zat besi.
7.
Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur
empat bulan.
8.
Biasakan makan pagi.
9.
Minumlah air bersih, aman yang cukup
jumlahnya.
10. Lakukan
kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.
11. Hindari
minum minuman beralkohol.
12. Makanlah
makanan yang aman bagi kesehatan.
13. Bacalah
label pada makanan yang dikemas.
3.2 Saran
Agar
kita dapat hidup dengan sehat, maka jaga pola makan dengan memakan menu makanan
sehat dengan gizi seimbang. Selain itu, selalu mengacu kepada PUGS ( Pedoman
Umum Gizi seimbang) memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan dapat
digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan
sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi
dan kesehatan yang optimal.
Daftar
pustaka
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/36045/laporan%20kajian%20preferensi%20pangan%20masyarakat.pdf?sequence=1 [Diakses 25 Maret 2019]
http://www.cintaabadi.com/soul-spiritual-article/77-pola-menu-hidup-sehat.html [Diakses 25 Maret 2019]