Senin, April 01, 2019

Prefensi Dalam Pembentukan Kebiasaan Makan

Prefensi Dalam Pembentukan Kebiasaan Makan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk hidup memerlukan pola makan yang baik agar dapat hidup sehat dan berumur panjang serta tidak mudah sakit. Manusia dalam melakukan aktivitasnya pasti memerlukan kalori. Gula, lemak, karbohidrat, protein, vitamin, mineral adalah termasuk kedalam kalori dan ketika manusia melakukan akitivitasnyapasti kalori tersebut akan dibakar didalam tubuh untuk menghasilkan energi.
Pada saat proses metabolisme yang pertama kali dibakar didalam tubuh adalah gula, lalu lemak, dan kemudian karbohidrat. Jika didalam tubuh masih terdapat gula maka secara otomatis lemak yang ada didalam tubuh akan sulit utuk dibakar akibatnya terjadi penumpukan lemak dalam tubuh. Jika jumlah lemak dalam tubuh tidak terbatas maka akan menimbulkan banyak penyakit terutama obesitas.
Oleh karena itu untuk menghindari penyakit-penyakit yang diakibatkan karena pola makan yang kurang sehat diperlukan pedoman gizi bagi individu, keluarga atau masyarakat tentang pola makan yang sehat.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa  yang dimaksud dengan preferensi pangan atau pola makan?
b.      Faktor-Faktor Preferensi Pangan Masyarakat.
c.       Daya Dukung Gizi Dalam Pengatur Pola Makan.
d.      Bagaimana pola makan yang sehat menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)?
e.       Mengapa pola makan sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh?

1.3  Tujuan
a.       Mengetahui pengertian preferensi pangan atau pola makan
b.      Untuk mengetahui faktor-faktor dari preferensi gizi
c.       Untuk mengetahui bagaimana daya dukung gizi dalam pengatur pola makan.
d.      Mengetahui pola makan yang sehat menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
e.       Mengetahui pengaruh pola makan terhadap kesehatan
BAB II
ISI

2.1  Preferensi Pangan
Setiap masyarakat memberikan definisi tertentu tentang arti makanan, dan dalam setiap definisi setiap jenis makanan memiliki arti yang luas. Misalnya ada jenis makanan untuk orang kaya dan ada yang diperuntukkan bagi orang miskin, ada pula makanan yang diperuntukkan bagi wanita, anak-anak, orang yang sedang sakit atau golongan lanjut usia. Selain itu, ada pula jenis makanan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh orang-orang tertentu. Setiap masyarakat mempunyai aturan-aturan, pembatasan-pembatasan, rasa suka dan tidak suka, kepercayaan terhadap jenis makanan-makanan yang ada, sehingga membatasi pilihannya terhadap jenis-jenis makanan.
Adat istiadat menentukan preferensi seseorang terhadap makanan. Latar belakang sosial budaya mempengaruhi pemilihan jenis pangan melalui dua cara yaitu informasi mengenai gizi dan preferensi.
 Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap makanan dan preferensi ini akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi pangan yaitu;
1.      Ketersediaan makanan di suatu tempat,
2.      Pembelian makanan untuk anggota keluarga yang lain, khususnya orang tua,
3.      Pembelian makanan dan penyediaannya yang mencerminkan hubungan kekeluargaan dan budaya,
4.      Rasa makanan, tekstur, dan tempat.

Dalam memilih makanan tertentu yang disukai pengalaman seseorang dapat menjadi landasan yang kuat. Beberapa faktor antara lain enak, menyenangkan, tidak membosankan, berharga murah, mudah didapat dan diolah. Penampakan merupakan hal yang banyak mempengaruhi preferensi dan kesukaan konsumen. Kesukaan terhadap makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ini termasuk waktu dan konteks dimana makanan itu disajikan sama halnya dengan kondisi pribadi kita pada saat itu, seperti seberapa kita lapar, mood pada saat itu, dan waktu terakhir sejak kita terakhir makan makanan tersebut
Menurut Sanjur preferensi terbentuk dari persepsi suatu produk. Preferensi adalah derajat kesukaan, pilihan, atau sesuatu hal yang lebih disukai konsumen. Menurut Suhardjo, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selain dipengaruhi oleh hasil budaya setempat, juga dipengaruhi oleh preferensi terhadap makanan tersebut. Makanan dianggap memenuhi selera atau tidak tergantung tidak hanya pada pengaruh sosial budaya sebagai sifat fisiknya. Reaksi indera terhadap pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi dipengaruhi oleh pendekatan melalui media massa, radio, TV, pamflet, dan iklan.
Setiap konsumen pasti memiliki preferensi pangan. Preferensi ini dapat diubah dan dipelajari sejak kecil. Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi membentuk preferensi teradap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan. Preferensi mempunyai struktur, serta struktur ini dapat berubah dan dipelajari sejak kecil dan bersifat plastis. Birch (1999) juga menyatakan bahwa preferensi pangan yang terjadi seiring dengan perkembangan diet sehat menunjukkan bahwa faktor lingkungan makan juga mempengaruhi preferensi walaupun genetik merupakan manifestasi. Lingkungan makan ini termasuk tersedianya makanan dan praktik pemberian makan saat kecil oleh orang tua.
Pengukuran terhadap preferensi pangan dilakukan dengan menggunakan skala, dimana responden ditanya untuk dapat mengindikasikan seberapa besar dia menyukai pangan berdasarkan kriteria. Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka, dan sangat suka. Skala hedonik adalah salah satu cara untuk mengukur derajat suka maupun tidak suka seseorang. Derajat kesukaan seseorang diperoleh dari pengalamannya terhadap makanan, yang akan memberikan pengaruh yang kuat pada angka preferensinya.

2.2  Pengertian Pola Makan
Pola makan (dietary pattern) adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagaireaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial (Harper, 1986).
Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2004).
Konsumsi makanan yang salah dapat membuat tubuh kekurangan nutrisi-nutrisi vital yang diperlukan agar tubuh dapat bekerja dengan baik. Kunci menuju kesehatan yang baik adalah diet yang seimbang dan bervariasi (Weekes, 2008).
2.3       Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan/perilaku pencarian pengobatan (health seekingbehavior), serta perilaku kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

2.4  Faktor-Faktor Preferensi Pangan Masyarakat
Preferensi pangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti:
1.      Pengalaman seseorang,
2.      Pengaruh budaya, dan
3.      Manfaat kesehatan yang dirasakan.

Rasa dan aroma tidak dapat dibantah menjadi penentu utama apakah makanan disukai atau tidak disukai. Perbedaan individu pada persepsi pahit, manis, asin, atau asam dapat mempengaruhi kebiasaan makan, dimana dapat berpengaruh pada status gizi dan resiko penyakit kronis. Aroma juga penentu penting persepsi bermacam-macam aroma, dan keanekaragaman penciuman dapat mempengaruhi preferensi pangan.
Drewnowski  menyatakan bahwa sensoris merespon pada rasa, aroma, dan tekstur makanan membantu untuk menentukan preferensi pangan dan kebiasaan makan. Bagaimanapun, respon sensoris tidak memprediksikan konsumsi pangan. Pada kenyataannya, terdapat beberapa hubungan antara persepsi rasa, preferensi rasa, preferensi pangan, dan pilihan pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Respon rasa dipengaruhi genetik, psikologi, dan metabolis.
Pengaruh faktor rasa pada intik pangan tergantung pada umur dan jenis kelamin dan diatur oleh obesitas, gangguan makan, dan patologi kebiasaan makan lainnya. Preferensi dan pilihan pangan populasi lebih jauh dihubungkan dengan perilaku, sosial dan lebih penting adalah variabel ekonomi seperti pendapatan. Pendidikan gizi dan strategi intervensi dimaksudkan untuk peningkatan diet populasi untuk memperhatikan respon kesukaan terhadap makanan, pada perluasan bahasan mengenai variabel demografis dan sosio budaya.
Faktor penentu preferensi pangan berhubungan dengan aroma, rasa, dan penampilan cara memasak, ketidaknyaman terjadi ketika seseorang mengkonsumsi makanan, dan ini menyebabkan seseorang menjadi tidak suka terhadap makanan tersebut. Kesukaan makan meningkatkan preferensi pangan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kesukaan ditentukan oleh hati. variabel demografi juga memiliki pengaruh terhadap preferensi pangan termasuk umur, jenis kelamin, status kesehatan, suku, pendidikan, dan pendapatan. Suhardjo (1989) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi preferensi terhadap makanan, yaitu karakteristik individu, makanan, dan lingkungan. Harga juga berpengaruh dalam pemilihan pangan, namun harga sering dikesampingkan oleh pertimbangan prestice, rasa, dan kemudahan dalam penyiapannya sehingga harga bukanlah faktor utama dalam hal pemilihan pangan. Selain itu, faktor lingkungan yang mempengaruhi preferensi pangan termasuk musim, lokasi geografis, suku, mobilitas, dan tingkat urbanisasi.
Besar keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi pangan. Besar keluarga akan mempengaruhi pendapatan per kapita dan pengeluaran untuk konsumsi pangan. Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tersebut tetapi hanya mencukupi sebagian dari anggota keluarga itu. Ketidakcukupan ini dapat menimbulkan terjadinya stres.
Besarnya keluarga akan mempengaruhi kebiasaan makan dan gizi, khususnya pada rumah tangga miskin yang bergantung pada pendapatan tunai untuk membeli bahan pangan. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya, jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut.

2.5  Daya Dukung Gizi Dalam Pengatur Pola Makan
Dalam segi ketersediaan pangan, masalah pokoknya yaitu semakin terbatas dan menurunnya kapasitas produksi dan daya saing pangan nasional. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor teknis dan sosial ekonomi. Berdasarkan aspek konsumsi pangan, masalah teknis yang dihadapi adalah Belum berkembangnya teknologi, industri pangan serta produk pangan alternatif berbasis sumber daya pangan lokal.
Aplikasi daya dukung lingkungan yaitu daya dukung gizi (nutritional carrying capacity). Daya dukung gizi (nutritional carrying capacity) adalah daya dukung sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pangan. Berdasarkan pendekatan perilaku konsumen, daya dukung gizi berkaitan dengan cara agar kebutuhan atau kecukupan pangan dan gizi penduduk dapat dipenuhi dari SDA atau pangan setempat. Berdasarkan pendekatan potensi atau ketersediaan SDA, daya dukung gizi berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan atau kecukupan pangan dan gizi penduduk dengan SDA atau pangan setempat. Daya dukung gizi (nutritional carrying capacity) adalah jumlah maksimum manusia atau penduduk yang dapat dipenuhi kebutuhan pangannya pada saat tertentu tanpa menyebabkan berkurangnya kemampuan wilayah tersebut untuk mendukung penduduk di masa yang akan datang.

2.6  Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
PUGS disusun untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua yang merupakanprasyarat untuk pembangunan sumber daya manusia. Dalam PUGS, susunan makananyang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapaidengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat salingmelengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna yangmemuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih. Pengelompokan makanan didasarkan pada tiga fungsi utamazat-zat gizi, yaitu sumber zat energi/tenaga yang dapat berupa padi-padian, tepungtepungan,umbi-umbian, sagu, dan pisang yang dibeberapa bagian di Indonesia jugadimakan sebagai makanan pokok. Sebagai sumber zat pembangun berupa sayuran danbuah, serta sumber zat pengatur berupa ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangandan hasil olahannya, seperti tempe, tahu dan oncom. Untuk mencapai gizi seimbanghendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahanmakanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis bahan makanansesuai dengan ketersediaan bahan makanan tersebut di pasar, keadaan sosial ekonomi,nilai gizi, dan kebiasaan makanan (Almatsier, 2004).
Menurut Baliwati (2004), PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkandapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanansehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dankesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Makanlah aneka ragam makanan.
2.       Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
3.      Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.
4.      Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.
5.      Gunakan garam beryodium.
6.      Makanlah makanan sumber zat besi.
7.      Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.
8.      Biasakan makan pagi.
9.      Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
10.  Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.
11.  Hindari minum minuman beralkohol.
12.  Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
13.  Bacalah label pada makanan yang dikemas.

2.7  Kebiasaan Aneh Pada Pola Makan manusia
Berikut ini kebiasaan-kebiasaan yang sering terjadi pada ppola makan manusia yaitu seperti berikut :
1.      Necrophagia
Necrophagia adalah seorang manusia yang suka makan daging manusia yang sudah mati. Hal ini tidak umum tetapi dalam prakteknya lumrah terdapat dalam kehidupan manusia.mungkin juga sumanto termasuk didalamnya yah…hahahha
2.      Coprophagia
Coprophagia adalah seorang manusia yang suka menkonsumsi kotoran; ini sangat jarang pada manusia.Mengkonsumsi kotoran orang lain membawa risiko kontraktor penyakit menyebar melalui fecal, seperti hepatitis. Hepatitis A, Hepatitis E, radang paru-paru, dan influenza. Vaksinasi umumnya direkomendasikan untuk orang-orang yang terlibat dalam praktek ini.
3.      Autosarcophagy
Ini adalah kekacauan dari diri-kanibalisme. Ini dikategorikan sebagai pica (gangguan yang berkaitan dengan konsumsi hal yang tidak boleh dimakan). Beberapa orang akan terlibat dalam diri-kanibalisme ekstrim , misalnya makan kulit sendiri, minum darah mereka sendiri, yang disebut praktek autovampirism. Pada Januari 13, 2007,di Denmark artis Marco Evaristti menjadi tuan rumah pesta makan untuk teman paling akrabnya. Ini adalah tepat kutipan dari Bernd diambil dari usenet di mana dia ditawarkan untuk konsumsi diri sendiri:
4.      Anthropophagy
Hal ini juga lebih dikenal sebagai kanibalisme. Di antara manusia itu telah dilakukan oleh berbagai kelompok di masa lalu di Eropa, Amazon Basin, biasanya terhubung ke dalam ritual perang suku. Fiji pernah dikenal sebagai ‘pulau kanibal’. Chaco Canyon reruntuhan Anasazi, budaya yang telah diinterpretasikan oleh beberapa archaeologists sebagai bukti upacara kanibalisme.
5.      Geophagy
Geophagy adalah orang yang punya kebiasaan makan seperti tanah liat, dan kapur. Banyak ilmuwan percaya bahwa ini berbahaya, sedangkan yang lainnya bahwa mungkin ada manfaat untuk menyesuaikan diri dengan praktek, sejak manusia dan binatang sama telah terlibat di dalamnya untuk ribuan tahun. Seperti coprophagia, mungkin berbahaya karena telur parasit dalam kotoran hewan.
6.      Urophagia
Urophagia adalah konsumsi air seni,baik air seni sendiri atau orang lain. Urophagia umumnya dianggap tidak berbahaya, karena air seni individu sehat adalah steril. Namun, ada risiko yang kecil jika ada penyakit hadir, atau infeksi bakteri di pekencingan. Mungkin juga ada efek sekunder, seperti kulit Gatal-gatal di individu sensitif terhadap air kencing.
7.      Hyalophagia
Hyalophagia adalah kebiasaan makan kaca. juga dianggap sebagai bentuk pica. Hyalophagia sangat membahayakan manusia sebagai konsumsi kaca memiliki possiblity untuk memotong, membuka perut, intestines, dan tenggorokan karena melewati sistem.
8.      Trichophagia
Trichophagia kebiasaan yang suka makan rambut. Seringkali, rambut panjang yang masih terpasang di kepala ditelan. Rambut akhirnya mengumpul dalam sistem gastrointestinal menyebabkan gejala seperti gangguan pencernaan dan sakit perut. pencahar dapat diberikan kepada teknologi yang trichobezoar (hairball) untuk mengeluarkannya. Pada tanggal 24 November 2007,di chicago amerika serikat telah menemukan 4,5 kg rambut dalam perut pasien berusia 18 tahun yang menderita trichophagia.
9.      Xylophagia
Xylophagia adalah seseorang yang suka mengkonsumsi kayu. Ini adalah salah satu bentuk kekacauan makan yang dikenal sebagai pica. Orang yang menderita kekacauan makan ini biasanya mengkonsumsi sesuatu seperti kertas, pencil, kulit pohon atau item lainnya yang terbuat dari kayu.biasanya tidak terkait dengan masalah psikologis; itu adalah khas dari standar lisan fiksasi bayi.
10.  Anorexia
Anorexia sendiri adalah susah makan dan sering terkait dengan kebiasaan aneh lainnya seperti minum air jeruk laced dengan katun, wol untuk memberikan rasa kenyang palsu. Ini adalah kekacauan makan yang serius yang menyebabkan banyak kematian setiap tahun di seluruh dunia.


2.8  Cara Mengubah Pola Makan.

Konsep diet yang kita kenal saja bermacam-macam, ada diet rendah karbo, diet makanan mentah, diet Atkins, diet Mediterrania, dan lain sebagainya. Padahal, untuk mengubah pola makan sebenarnya bisa dimulai dari hal-hal kecil. Perubahan kebiasaan makan yang sederhana ini lama-kelamaan akan memperbaiki kondisi kesehatan Anda dalam jangka panjang. Berikut ini contoh cara untuk mengubah pola makan sehari-hari yaitu sebagai berikut :
1.      Mengurang jumlah konsumsi gula
2.      Mengurangi jumlah konsumsi karbohidrat
3.      Mengurangi konsumsi makanana yang mengandung kolesterol tinggi
4.      Manambahkan jumlah bawang pada setiap masakan


BAB III
PENUTUP

3.1   Simpulan
Pola makan (dietary pattern) adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial (Harper, 1986).
Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2004).
Konsumsi makanan yang salah dapat membuat tubuh kekurangan nutrisi-nutrisi vital yang diperlukan agar tubuh dapat bekerja dengan baik. Kunci menuju kesehatan yang baik adalah diet yang seimbang dan bervariasi (Weekes, 2008).
Menurut Baliwati (2004), PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Makanlah aneka ragam makanan.
2.      Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
3.      Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.
4.      Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.
5.      Gunakan garam beryodium.
6.      Makanlah makanan sumber zat besi.
7.      Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.
8.      Biasakan makan pagi.
9.      Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
10.  Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.
11.  Hindari minum minuman beralkohol.
12.  Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
13.  Bacalah label pada makanan yang dikemas.


3.2  Saran
Agar kita dapat hidup dengan sehat, maka jaga pola makan dengan memakan menu makanan sehat dengan gizi seimbang. Selain itu, selalu mengacu kepada PUGS ( Pedoman Umum Gizi seimbang) memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.
Daftar pustaka

*    http://tipsku.info/pengertian-pola-makan/Diakses [Diakses 25 Maret 2019]